Sebuah Pulau di Samudra Pasifik
Sebuah pulau yang terletak dekat New Caledonia, Samudra Pasifik, hilang saat diperiksa para peneliti Australia. Peristiwa aneh ini belum dapat dijelaskan mereka. Pulau yang dikenal dengan nama Sandy itu seharusnya terletak antara Australia dan pulau milik pemerintah Prancis, Kaledonia Baru.
Namun, saat peneliti mencoba mendatangi Pulau Sandy, yang ditemukan hanyalah laut luas tidak berpulau.
Aplikasi Google Earth dan Google Map menunjukkan adanya pulau tersebut. Selain itu, peta dunia pun telah membuktikan bahwa pulau itu memang fakta. "Kita ingin memeriksa daerah tersebut karena diagram navigasi menunjukkan kedalaman laut mencapai 1.400 meter, sangat dalam, padahal peta menunjukkan adanya pulau," jelas peneliti dari University of Sydney, Maria Seton.
"Kami sudah periksa di Google Earth dan peta, tapi kami sangat kebingungan karena tidak menemukan apa pun," tambahnya. Diskusi di situs www.abovetopsecret.com menyebutkan bahwa Pemerintah Prancis sudah menghapusnya dari peta sejak 1979. Namun, Seton mengatakan, pulau ini terus muncul di peta sejak tahun 2000.
google aflikasi |
Misteri Pulau Pasifik
Sydney (AFP/ANTARA) – Seorang peneliti asal Selandia Baru pada Senin mengaku telah memecahkan teka-teki misteri pulau Pasifik Selatan yang hilang, meski ditampilkan dalam Google Earth dan peta dunia, menyalahkan kapal penangkap ikan paus pada 1876.
Daratan misterius di Laut Koral ditunjukkan sebagai Pulau Sandy di Google Earth dan Google map, dan seharusnya berada di pertengahan antara Australia dan New Caledonia yang dikuasai oleh Prancis.
Times Atlas of the World mengidentifikasinya sebagai Pulau Sable, namun menurut ilmuwan Australia yang melakukan pencarian bulan lalu, pulau tersebut tidak ditemukan.
Penasaran, Shaun Higgins, seorang peneliti di Auckland Museum, mulai menyelidiki dan mengklaim bahwa pulau itu tidak pernah ada, dengan kapal penangkap ikan paus yang menjadi sumber kesalahannya.
"Sejauh yang saya tahu, pulau itu direkam oleh kapal penangkap ikan paus Velocity," ujar Higgins kepada radio ABC, menambahkan bahwa nakhoda kapal melaporkan serangkaian "pulau berpasir".
"Anggapan saya adalah bahwa mereka hanya mencatat bahaya pada saat itu. Mereka mungkin mencatat karang di dataran rendah atau berpikir bahwa mereka melihat sebuah terumbu. Mereka bisa berada di tempat yang salah. Semua itu merupakan kemungkinan," ujarnya.
"Tapi apa yang kita miliki adalah bentuk bertitik pada peta yang dicatat pada waktu itu dan tampaknya hanya disalin dari waktu ke waktu."
Berita mengenai pulau tak terlihat tersebut memicu perdebatan di media sosial, dengan beberapa tweet menunjukkan bahwa Sandy juga ada di Maps Yahoo serta Bing Maps.
Pada www.abovetopsecret.com, diskusi menjadi sengit dengan satu user mengklaim bahwa telah mengonfirmasi kepada kantor hidrografi Prancis bahwa itu memang sebuah pulau hantu dan seharusnya dihapus dari peta pada 1979.
Google mengatakan kepada AFP pada bulan lalu bahwa pihaknya selalu menyambut umpan balik mengenai peta dan "terus mengeksplorasi cara untuk mengintegrasikan informasi baru dari pengguna kami dan partner-partner dalam Google Maps".
Tampaknya Pulau Sandy kini telah dihapus dari petanya. (dh/pt)
Ilmuwan Australia Gagal Temukan Pulau Pasifik Misterius
Sebuah pulau Pasifik Selatan yang diidentifikasi oleh Google Earth dan peta dunia dinyatakan tidak ada, menurut para ilmuwan Australia yang melakukan pencarian daratan misteri tersebut selama ekspedisi geologi.
Pulau hantu yang cukup besar dan berada di Laut Coral tersebut ditampilkan sebagai Pulau Sandy di Google Earth dan peta Google, seharusnya berada di tengah Australia dan New Caledonia yang diperintah Prancis.
Times Atlas of the World mengidentifikasinya sebagai Pulau Sable dan menurut Dr Maria Saton peta cuaca yang digunakan oleh Southern Surveyor, sebuah kapal penelitian maritim Australia, juga mengatakan bahwa pulau tersebut ada.
Namun ketika Southern Surveyor, yang ditugaskan mengidentifikasi fragmen kerak benua Australia terendam di Laut Coral, mencari pulau itu, mereka tidak menemukan pulaunya dimanapun.
“Kami ingin memeriksanya karena grafik navigasi kapal menunjukkan kedalaman air 1.400 meter di daerah itu, sangat dalam,” kata Seton, dari University of Sydney, kepada AFP setelah 25 hari perjalanan.
“Pulaunya ada di Google Earth dan peta-peta lainnya jadi kami ingin memeriksa dan rupanya di sana tidak ada pulau. Kami benar-benar bingung. Ini sangat aneh.”
“Bagaimana pulau itu berada di peta? Kami tidak tahu, namun kami berencana untuk menindak lanjuti dan mencari tahu.” (ai/pt)
Edit; wawansurya
Sumber ;
www.affiliate-waones.com
http://mitra-sbm.blogspot.com
http://waones-sbm.blogspot.com
Liputan6.com, Jakarta
AFP/ANTARA
merchant
Tidak ada komentar:
Posting Komentar