Jumat, 23 November 2012

Asal Mula Peradaban Manusia di Asia


KUMPULAN MISTERI DI DUNIA
Ada banyak kejadian aneh dan misterius yang tak dapat dijelaskan dengan akal sehat. Secara ilmiah sulit diurai, mungkin hanya lewat supranatural. Artikel ini bukan dimaksud membahas hal-hal klenik, tapi kejadian-kejadian ini sungguh terjadi dan sampai sekarang tak mampu dijelaskan sebab musababnya. Bahkan FBI yang telah turun tangan pun ‘menyerah’ dan masuk dalam ‘X File . Tapi yang pasti, dari semua bukti dari peninggalan yang ada, adalah suatu bukti bahwa hal itu memang pernah terjadi.

Dari India Ke Indonesia Atau dari Indonesia ke India
Dari judul diatas memang agak membingungkan dengan kalimat tersebut, saya sendiri setelah membaca dari beberapa artikel tentang semua yang terjadi di Indonesia pada masa lampau membuat saya semakin penasaran dan ingin tahu lebih jauh, tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Indonesia pada jaman pra sejarah, dan mungkin lebih jauh lagi dari masa tersebut.
Untuk itu saya mengedit dari beberapa artikel yang berhubungan dengan sejarah masa lampau, penemuan purbakala, dan opini publik, sehingga membuat opini sendiri tentang sosial dan budaya yang saat ini berkembang.

Menguak Tabir Peradaban dan Bencana Katastropik Purba di Nusantara

Artikel Terkait ;
Nusantara di Jaman Pra Sejarah
Sekilas mengenal Gunung Padang
Gunung padang Misteri Peradaban yang Hilang
Peradaban Kuno Atlantis sebenarnya Indonesia
Penjelasan Kalender Suku Maya dan Banjir besar

Tulisan ini berdasarkan presentasi singkat oleh DHN dan ADB tentang hasil penelitian di Banda Aceh, Batujaya, dan Trowulan. Pada acara Saresehan “Menguak Tabir Peradaban dan Bencana Katastropik Purba di Nusantara untuk Memperkuat Karakter dan Ketahanan Nasional” Tgl 7 Februari 2012 yang dihadiri juga oleh Stephen Oppenheimer salah seorang Teori ahli genetika dan struktur DNA manusia dari Oxford University, Inggris.

Adalah presentasi tersebut tentang Dua bencana gempa besar yang terjadi sekitar tahun 1390 dan 1440 M di Aceh yang diikuti tsunami sebesar yang terjadi pada tahun 2004. Bukti berupa data pengangkatan dari koral mikroatol di P. Simelue dan lapisan endapan tsunami yang ditemukan di dekat Kota Banda Aceh. Pada lapisan tsunami banyak ditemukan artefak-artefak keramik.
diduga berperan besar dalam keruntuhan kerajaan Samudra Pasai yang kemudian diikuti dengan kemunculan Kerajaan Iskandar Muda. Adanya ‘diskontinuitas’ dari peralihan dua kerajaan ini banyak membuat para sejarawan bingung. Baru mereka mengerti setelah tahu peristiwa bencana tsunami ini. Sebetulnya ‘kenangan’ tentang bencana tsunami ini masih ada dalam masyarakat Aceh sekarang yaitu dengan adanya istilah IEU-BEUNA (Airbesar) namun sayangnya mereka sudah tidak paham lagi apa maksud dari kata itu… sampai terjadi lagi bencana serupa tahun 2004.

Selanjutnya penelitian di Situs Batujaya, Krawang. Survey Georadar memperlihatkan bahwa di beberapa situs bangunan batubata merah yang hanya tersembul beberapa meter saja dipermukaan ternyata dibawahnya ada bangunan yang terkubur sampai 15 meter yang bisa merupakan bagian bangunan dengan umur sama (Abad 4 Masehi) atau peninggalan peradaban yang lebih tua lagi. ADB juga menguraikan bahwa di sekitar situs ditemukan endapan marin (laut). jadi dulunya situs ada di dekat garis pantai.
Kemudian ADB juga memperlihatkan sayatan horizontal dari hasil survey seismic 3D di utara Jakarta yang memperlihatkan jejak sungai purba dengan jelas sekali dan mengemukakan pentingnya dunia industri minyak menyumbangkan data seismic hanya sebatas data Pleistosen-Holosen yang tidak ada gunanya untuk ekslorasi minyak tapi akan banyak manfaatnya untuk penelitian pemetaan Patahan Aktif, pemetaan paleogeografi, kebencanaan, dll. Untuk Trowulan, ADB memperlihatkan bahwa dari hasil survey Georadar dan pemboran tangan dangkal juga analisa carbon dating ditemukan bahwa (jejak) kanal besar yang disimpulkan oleh para arkeolog dibuat pada Jaman Majapahit ternyata posisinya ada di bawah “ketidakselarasan” struktur batamerah Majapahit di (dekat) permukaan, atau dengan kata lain kanal itu dibuat oleh peradaban sebelum Majapahit. Hasil carbon dating menunjukan bahwa umur dari lapisan peradaban di bawah Majapahit itu sekitar 600 SM (kelahiran Budha). Dari berbagai singkapan karena penggalian tanah yang diambil untuk industri pembuatan bata ditemukan banyak struktur sisa bangunan dari batamerah di bawah lapisan Majapahit yang tertimbun oleh endapan lumpur mirip LUSI.

Di singkapan lain ada juga reruntuhan batamerah (pra-Majapahit) yang tertimbun endapan seperti lahar. SESI GUNUNG PADANG Pak Luthfi Yondri, arkeolog yang meneliti Gunung Padang, memaparkan tentang sejarah penemuan situs dan hasil penelitian arkeologi, yaitu sebatas bahwa situs Gunung Padang di Cianjur adalah Situs Megalitikum yang ‘sederhana’ terdiri dari kolom-kolom andesit/basalt yang ditata membentuk teras-teras di atas puncak sebuah bukit. Siapa yang buat, bagaimana buatnya, darimana source kolom-kolom andesit-basaltnya dan kapan dibuatnya belum diketahui.

. Di akhir presentasi Dekan Fak Kebudayaan UI menyatakan kegembiraannya bahwa katanya penemuan-penemuan ini,khususnya di Gunung Padang, adalah sangat fenomenal. Diharapkan hal ini akan menjadi pemicu untuk studi-studi baru menguak masa silam Indonesia.

Oppenheimer yang diminta komentarnya oleh moderator menyatakan kagum dan sangat menikmati presentasi hasil penelitian Gunung Padang. Beliau bilang: ” I am really impressed that you have done all the geological-geophysical surveys so thouroughly and carefully with an amazing result. I would love to hear the next progress In my next visit to Indonesia, I would certainly will come to visit Gunung Padang.” Cerminan kerendahan hati seorang ilmuwan, setelah sebelumnya di Jakarta beliau menyatakan “skeptical” tentang penemuan ini kalau belum melihat data dan analisanya.
Oppenheimer dengan keyakinannya mengatakan bahwa Peradaban manusia modern berasal dari Nenek moyang Indonesia.
Teori ahli genetika dan struktur DNA manusia dari Oxford University, Inggris, Stephen Oppenheimer, seperti memutarbalikkan sejarah yang sudah ada. Lewat bukunya yang merupakan catatan perjalanan penelitian genetis populasi di dunia, ia mengungkapkan bahwa peradaban yang ada sesungguhnya berasal dari Timur, khususnya Asia Tenggara.
Hal itu disampaikan Oppenheimer dalam diskusi bedah bukunya berjudul ‘Eden in The East’ di gedung LIPI, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Kamis 28 Oktober 2010.
Eden In The East mengungkapkan bahwa berbagai suku di Indonesia Timur adalah pemegang kunci siklus-siklus bagi agama-agama Barat yang tertua. Buku ini ‘membalikkan’ sejumlah fakta-fakta yang selama ini diketahui dan dipercaya masyarakat dunia tentang sejarah peradaban manusia.
“Indonesia telah melakukan aktivitas pelayaran, memancing, menanam jauh sebelum orang lain melakukannya,” ujar dia. Oppenheimer mengungkapkan bahwa orang-orang Polinesia (penghuni Benua Amerika) tidak datang dari Cina, tapi dari pulau-pulau Asia Tenggara. Sementara penanaman beras yang sangat pokok bagi masyarakat tidak berada di Cina atau India, tapi di Semenanjung Malaya pada 9.000 tahun lalu.
Kutipan bukunya tentang Dominasi Austronesia


The biblical flood really did occur – at the end of the last Ice Age. The Flood drowned for ever the huge continetal shelf of Southeast Asia, and caused a population dispersal which fertilized the Neolithic cultures of China, India, Mesopotamia, Egypt and the eastern Mediterranean, thus creating the first civilizations. The Polynesians did not come from China but from the islands of Southeast Asia. The domestication of rice was not in China but in the Malay Peninsula, 9,000 years ago. In this ground breaking new book Stephen Oppenheimer reveals how evidence from oceanography, archaeology, linguistics, genetics and folklore overwhelmingly suggests that the lost ‘Eden’ – the cradle of civilization – was not in the Middle East, as is usually supposed, but in the drowned continent of Southeast Asia. ( Stephen Oppenheimer)
http://www.bradshawfoundation.com/stephenoppenheimer/reading.html

Sejarah selama ini mencatat bahwa induk peradaban manusia modern itu berasal dari Mesir, Mediterania dan Mesopotamia. Tetapi, menurut dia, nenek moyang dari induk peradaban manusia modern berasal dari tanah Melayu yang sering disebut dengan sundaland atau Indonesia.
Apa buktinya? “Peradaban agrikultur Indonesia lebih dulu ada dari peradaban agrikultur lain di dunia,” kata Oppenheimer dalam diskusi yang juga dihadiri Jimly Asshiddiqie.
Lulusan fakultas kedokteran Oxford University melalui bukunya mengubah paradigma yang ada selama ini, bahwa peradaban paling awal adalah berasal dari daerah Barat. Perjalanan yang dilakukannya dimulai dengan komentar tanpa sengaja oleh seorang pria tua di sebuah desa zaman batu di Papua Nugini.
Dari situ dia mendapati kisah pengusiran petani dan pelaut di pantai Asia Tenggara, yang diikuti serangkaian banjir pasca-sungai es hingga mengarah pada perkembangan budaya di seluruh Eurasia. Oppenheimer meyakini temuan-temuannya itu, dan menyimpulkan bahwa benih dari budaya maju, ada di Indonesia.
Buku ini mengubah secara radikal pandangan tentang prasejarah. Pada akhir Zaman Es, banjir besar yang diceritakan dalam kitab suci berbagai agama benar-benar terjadi dan menenggelamkan paparan benua Asia Tenggara untuk selamanya.
Hal itu yang menyebabkan penyebaran populasi dan tumbuh suburnya berbagai budaya Neolitikum di Cina, India, Mesopotamia, Mesir dan Mediterania Timur. Akar permasalahan dari pemekaran besar peradaban di wilayah subur di Timur Dekat Kuno, berada di garis-garis pantai Asia Tenggara yang terbenam. - VIVAnews

Dari Peradaban awal manusia di Atlantis (Nusantara) ke Plato lalu kembali Indonesia kini.

puluhan ribu tahun yang lalu wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang.

Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Prof. Dr. Aryso Santos, menegaskan teorinya bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato’s Lost Civilization(2005). Santos menampilkan 33 perbandingan ciri-ciri dari 12 lokasi di muka bumi yang diduga para sarjana lain sebagai situs Atlantis, seperti luas wilayahnya, cuacanya, kekayaan alamnya, gunung berapinya, dan cara bertaninya, dll. yang akhirnya Santos menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia sekarang. Salah satu buktinya adalah sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.



Video wawancara Santos


Santos menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Aryso Santos juga menerapkan analisis filologis (ilmu kebahasaan), antropologis dan arkeologis dalam penelitiannya. Dia banyak mendapatkan petunjuk dari reflief-relief dari bangunan-bangunan dan artefak bersejarah dan piramida di Mesir, kuil-kuil suci peninggalan peradaban Maya dan Aztec di Amerika Selatan, candi-candi dan artefak-artefak bersejarah peninggalan peradaban Hindu di lembah sungai Hindustan (Peradaban Mohenjodaro dan Harrapa). Juga dia mengumpulkan petunjuk-petunjuk dari naskah-naskah kuno, kitab-kita suci berbagai agama seperti the Bible dan kitab suci Hindu Rig Veda, Puranas, dll.

Piramida Aztex di Benua Amerika 


Candi Sukuh di Gunung Lawu Jawa Tengah yang mirip dengan Piramid Aztek



http://www.atlan.org/articles/checklist/

bentuk pyramid Mesir mewarisi budaya dari India

Menurut penelitian Aryso Santos, para pendeta (rohaniwan) Mesir kuno ini, mewarisi informasi tentang Atlantis ini dari para leluhurnya yang berasal dari Hindustan (India yang merupakan peradaban Atlantis ke-2) dari peradaban bangsa Atlantis pertama di Sunda Land (Lemuria) atau Nusantara. Aryso Santos juga menemukan banyak informasi-informasi yang mengarahkan kesimpulannya dari artefak-artefak dan situs bersejarah di Mesir.

Video Tentang Atlantis adalah Indonesia


Aryso Santos juga menemukan bahwa cerita tentang Atlantis terkait dengan kisah para “dewa’ dalam mitologi Yunani dan perikedupan manusia pertama, keluarganya dan masyarakat keturunannya,. Cerita ini ada kemiripan dengan kisah Zeus dalam mitology dan legenda Yunani, juga dengan kisah dalam kitab suci Hindu Rig Veda, Puranas, dll. “All nations, of all times, believed in the existence of a Primordial Paradise where Man originated and developed the fist civilization ever. This story, real and true, is told in the Bible and in Hindu Holy Books such a the Rig Veda, the Puranas and many others. That this Paradise lay “towards the Orient” no one doubts, excepting some die-hard scientists who stolidly hold that the different civilizations developed independently from each other even in such unlikely, late places such as Europe, the Americas or the middle of the Atlantic Ocean. This, despite the very considerable contrary evidence that has developed from essentially all fields of the human sciences, particularly the anthropological ones. It is mainly on those that we base our arguments in favor of the reality of a pristine source of human civilization traditionally called Atlantis or Eden, etc.” tulis Aryso Santos.

Yang cukup mengejutkan adalah bahwa Peradaban kuno Atlantis, yang kemungkinan adalah peradaban pertama umat manusia, justru sudah beradab (civilized) dan punya kemampuan sains dan teknologi, dan sistem kemasyarakatan dan ketatanegaraan ideal yang cukup maju yang tak terbayangkan oleh kita sekarang itu dapat terjadi 11.600 tahun yang lalu. Dari sudut pandang umat Islam, hal ini tidaklah mengherankan, karena Nabi Adam, sebagai manusia (kalifatullah) pertama telah diajari Allah semua ilmu pengetahuan tentang nama-nama (QS 2 : 30)

Benua Atlantis, Yunani dan Indonesia

Plato
Penjelasan Umum yang berhubungan dengan Plato, 
filosof kelahiran Yunani (Greek philosopher) yang hidup 427-347 Sebelum Masehi (SM)? Plato adalah salah seorang murid Socrates, filosof arif bijaksana, yang kemudian mati diracun oleh penguasa Athena yang zalim pada tahun 399 SM. Setelah kematian gurunya, Plato sering bertualang, termasuk perjalanannya ke Mesir.
Pada tahun 387 SM dia kembali ke Athena dan mendirikan Academy, sebuah sekolah ilmu pengetahuan dan filsafat, yang kemudian menjadi model buat universitas moderen. Murid yang paling terkenal dari Academy tersebut adalah Aristoteles yang ajarannya punya pengaruh yang hebat terhadap filsafat sampai saat ini.


Demi pemeliharaan Academy, banyak karya Plato yang terselamatkan. Kebanyakan karya tulisnya berbentuk surat-surat dan dialog-dialog, yang paling terkenal adalah Republic. Karya tulisnya mencakup subjek yang terentang dari ilmu pengetahuan sampai kepada kebahagiaan, dari politik hingga ilmu alam.
Dua dari dialognya, Timeaus and Critias, memuat satu-satunya referensi orsinil tentang pulau Atlantis (the island of Atlantis).
Plato menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang hilang atau Atlantis.

Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene) . Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air yang berasal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Samosir, yang merupakan puncak gunung Toba yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.
Video tentang Atlantis gambaran secara umum


Kata Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surga atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya (Spanyol). Plato menegaskan bahwa wilayah Atlantis pada saat itu merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu pengetahuan-teknologi, dan lain-lainnya. Plato menduga bahwa letak Atlantis itu di Samudera Atlantik sekarang. Pada masanya, ia bersikukuh bahwa bumi ini datar dan dikelilingi oleh satu samudera (ocean) secara menyeluruh.Ocean berasal dari kata Sanskrit ashayana yang berarti mengelilingi secara menyeluruh. Pendapat itu kemudian ditentang oleh ahli-ahli di kemudian hari seperti Copernicus, Galilei-Galileo, Einstein, dan Stephen Hawking.

Plato mendapatkan ilham filsafat politiknya serta informasi tentang peradaban dan perikehidupan bangsa antik yang luhur Atlantis, dari Socrates gurunya, juga dari jalur kakeknya yang bernama Critias. Di mana Critias mendapatkan berita tentang Atlantis dari Solon yang mendapatkannya dari para pendeta (ruhaniawan) di Mesir kuno.

tsunami-krakatoa1
Sebuah bangsa kepulauan, yang menurut anggapan Plato berlokasi di tengah Samudra Atlantik, dihuni oleh suatu ras manusia yang mulia dan sangat kuat (noble and powerfull). Rakyat tanah air tersebut sangat makmur sejahtera yang sangat bersyukur atas segala karunia sumber daya alam yang diketemukan di seantero kepulauan mereka. Kepulauan itu adalah sebuah pusat perdagangan dan kegiatan komersial. Pemerintahan negeri itu memperjalankan para penduduknya untuk memperdagankan hasil buminya sampai ke Afrika dan Eropa




Gambaran Negara Atlantis.

Poseidon = Pasundan ???
Menurut cerita Plato Atlantis adalah wilayahnya Poseidon, dewa laut. Ketika Poseidon jatuh cinta kepada wanita yang bisa mati, Cleito, dia membuat sebuah sumur di puncak bukit di tengah-tengah pulau dan membuat kanal-kanal air berbentuk lingkaran cincin di sekitar sumur tersebut untuk melindungi istrinya itu. Cleito melahirkan lima pasang anak kembar laki-laki yang menjadi penguasa pertama Atlantis. Negeri pulau itu dibagi-bagi di antara para saudara laki-lakinya. Yang tertua, Atlas, raja pertama Atlantis, diberi kontrol atas pusat bukit dan area sekitarnya.
Pada puncak tengah bukit, untuk menghormati Poseidon, sebuah bangunan candi, kuil atau istana dibangun yang menempatkan sebuah patung emas raksasa dari Poseidon yang mengendarai sebuat kereta yang ditarik kuda terbang. Di sinilah para penguasa Atlantis biasa mendiskusikan hukum, menentapkan keputusan dan memberi penghormatan kepada Poseidon.
Untuk memfasilitasi perjalanan dan perdagangan, sebuah kanal (saluran) air dibuat memotong cincin-cincin kanal air yang melingkari wilayah, sehingga terbentuk jalan air sepanjang 9 km ke arah selatan menuju laut.
Kota Atlantis menduduki tempat pada wilayah luar lingkaran cincin air, menyebar di sepanjang dataran melingkar sepanjang 17 km. Inilah tempat yang padat penduduk di mana mayoritas pendudukanya tinggal.


Di belakang kota terhampar seuatu lahan subur sepanjang 530 km dan selebar 190 km yang dikitari oleh kanal air lain yang digunakan untuk memngumpulkan air dari sungai-sungai dan aliran air pengunungan. Iklimnya memungkinkan mereka dapat 2 kali panenan dalam setahun. Pada saat musim penghujan, lahan disirami air hujan dan pada musim panas/kemarau, lahan diairi irigasi dari kanal-kanal air.
Mengitari dataran di sebelah utaranya ada pengunungan yang menjulang tinggi ke langit. Pedesaaan, danau-danau dan sungai dan meadow menandai titik-titik pengunungan.
Disamping hasil panenan, kepulauan besar tersebut menyediakan semua jenis tanaman herbal, buah-buahan dan kacang-kacangan, dan sejumlah hewan termasuk gajah, yang memenuhi kepulauan.

Ilustrasi kota Atlantis yang damai
Dari generasi ke genarasi orang-orang Atlantean hidup dengan sederhana, hidup penuh dengan kebaikan. Namun lambat-laun meerka mulai berubah. Keserakahan dan kekuasaan mulai mengkorupsi mereka. Ketika Maha Dewa Zeus melihat ketidakdapatmatian (immortality) para penduduk Atlantis, maka Dia mengumpulkan para dewa lainnya untuk menentukan sebuah hukuman yang layak bagi mereka.
Segera, dalam sebuah bencana besar mereka lenyap. Kepulauan Atlantis, penduduknya, dan ingatan-ingatanya musnah tersapu lautan.

Beberapa Hipotesa dan teori Mengenai Atlantis yang cukup bisa di percaya

Konteks Indonesia Secara Geologis dan Geografis
http://mitra-sbm.blogspot.com/2012/09/asal-kata-nama-indonesia.html

Menurut Prof. Dr. H. Priyatna Abdul Rasyid, Ph.D. Direktur Kehormatan International Institute of Space Law (IISL), Paris-Prancis: bukanlah suatu kebetulan ketika Indonesia pada tahun 1958, atas gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja melalui UU No. 4 Perpu tahun 1960, mencetuskan Deklarasi Djoeanda. Isinya menyatakan bahwa negara Indonesia dengan perairan pedalamannya merupakan kesatuan wilayah nusantara. Fakta itu kemudian diakui oleh Konvensi Hukum Laut Internasional 1982.

Merujuk hasil penelitian Santos;
Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es di muka bumi mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos, dengan mengutip teori para geolog, menamakannya sebagai Heinrich Events, bencana katastrop yang berdampak global. Beberapa artikel resume dari buku Aryso Santos ini dipublikasikan di situs internetnya dihttp://www.atlan.org.

Menurut Santos, dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”
ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni
pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia.
Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.”
Ketiga, soal semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya tercampur air laut menjadi lumpur. Endapan lumpur di laut ini kemudian meresap ke dalam tanah di daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan gas-gas alam yang merupakan impossible barrier of mud (hambatan lumpur yang tidak bisa dilalui), atau in navigable (tidak dapat dilalui), tidak bisa ditembus atau dimasuki. Dalam kasus di Sidoarjo, pernah dilakukan remote sensing, penginderaan jauh, yang menunjukkan adanya sistim kanalisasi di wilayah tersebut. Ada kemungkinan kanalisasi itu bekas penyaluran semburan lumpur panas dari masa yang lampau.

Menurut Priyatna, bahwa Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis, tentu harus membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam pergaulan internasional, sebab Atlantis pada masanya ialah pusat peradaban dunia. Namun sebagai wilayah yang rawan bencana, sebagaimana telah dialami oleh Atlantis itu, sudah saatnya kita belajar dari sejarah dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir untuk dapat mengatasinya.
Koran Republika, Sabtu, 18 Juni 2005 menulis bahwa para peneliti AS menyatakan bahwa Atlantis is Indonesia. Hingga kini cerita tentang benua yang hilang ‘Atlantis’ masih terselimuti kabut misteri. Sebagian orang menganggap Atlantis cuma dongeng belaka, meski tak kurang 5.000 buku soal Atlantis telah ditulis oleh para pakar.
Bagi para arkeolog atau oceanografer moderen, Atlantis tetap merupakan obyek menarik terutama soal teka-teki di mana sebetulnya lokasi sang benua. Banyak ilmuwan menyebut benua Atlantis terletak di Samudera Atlantik.
Sebagian arkeolog Amerika Serikat (AS) bahkan meyakini benua Atlantis dulunya adalah sebuah pulau besar bernama Sunda Land, suatu wilayah yang kini ditempati Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Sekitar 11.600 tahun silam, benua itu tenggelam diterjang banjir besar seiring berakhirnya zaman es.

Peta Atlantis jaman Es dan Indonesia kini
”Para peneliti AS ini menyatakan bahwa Atlantis is Indonesia,” kata Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Umar Anggara Jenny, Jumat (17/6), di sela-sela rencana gelaran ‘International Symposium on The Dispersal of Austronesian and the Ethnogeneses of the People in Indonesia Archipelago, 28-30 Juni 2005.
Kata Umar, dalam dua dekade terakhir memang diperoleh banyak temuan penting soal penyebaran dan asal usul manusia. Salah satu temuan penting ini adalah hipotesa adanya sebuah pulau besar sekali di Laut Cina Selatan yang tenggelam setelah zaman es.
Hipotesa itu, kata Umar, berdasarkan pada kajian ilmiah seiring makin mutakhirnya pengetahuan tentang arkeologi molekuler. Tema ini, lanjutnya, bahkan menjadi salah satu hal yang diangkat dalam simposium internasional di Solo, 28-30 Juni 2005
Menurut Umar, salah satu pulau penting yang tersisa dari benua Atlantis — jika memang benar — adalah Pulau Natuna, Riau. Berdasarkan kajian biomolekuler, penduduk asli Natuna diketahui memiliki gen yang mirip dengan bangsa Austronesia tertua.
Bangsa Austronesia diyakini memiliki tingkat kebudayaan tinggi, seperti bayangan tentang bangsa Atlantis yang disebut-sebut dalam mitos Plato. Ketika zaman es berakhir, yang ditandai tenggelamnya ‘benua Atlantis’, bangsa Austronesia menyebar ke berbagai penjuru.
Mereka lalu menciptakan keragaman budaya dan bahasa pada masyarakat lokal yang disinggahinya dalam tempo cepat yakni pada 3.500 sampai 5.000 tahun lampau. Kini rumpun Austronesia menempati separuh muka bumi.
Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI), Harry Truman Simanjuntak, mengakui memang ada pendapat dari sebagian pakar yang menyatakan bahwa benua Atlantis terletak di Indonesia. Namun hal itu masih debatable.
Yang jelas, terang Harry, memang benar ada sebuah daratan besar yang dahulu kala bernama Sunda Land. Luas daratan itu kira-kira dua kali negara India. ”Benar, daratan itu hilang. Dan kini tinggal Sumatra, Jawa atau Kalimantan,” terang Harry. Menurut dia, sah-sah saja para ilmuwan mengatakan bahwa wilayah yang tenggelam itu adalah benua Atlantis yang hilang, meski itu masih menjadi perdebatan yang perlu diverifikasi secara ilmiah oleh berbagai pihak yang berwenang (otoritatif), misalnya Badan Arkeologi Nasional RI.
Menurut Umar Anggara Jenny, Austronesia sebagai rumpun bahasa merupakan sebuah fenomena besar dalam sejarah manusia. Rumpun ini memiliki sebaran yang paling luas, mencakup lebih dari 1.200 bahasa yang tersebar dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di Timur. Bahasa tersebut kini dituturkan oleh lebih dari 300 juta orang.
”Pertanyaannya dari mana asal-usul mereka? Mengapa sebarannya begitu meluas dan cepat yakni dalam 3500-5000 tahun yang lalu. Bagaimana cara adaptasinya sehingga memiliki keragaman budaya yang tinggi,” tutur Umar.
Salah satu teori, menurut Harry Truman, mengatakan penutur bahasa Austronesia berasal dari Sunda Land yang tenggelam di akhir zaman es. Populasi yang sudah maju, proto-Austronesia, menyebar hingga ke Asia daratan hingga ke Mesopotamia, mempengaruhi penduduk lokal dan mengembangkan peradaban.

Peta Penyebaran Umat Manusia pasca Ledakan Supervolcano Toba 75.000 tahun yang lalu.  
Apa yang diungkap Prof. Dr. Umar Anggara Jenny dan Harry Truman tentang sebaran dan pengaruh bahasa dan bangsa Austronesia ini dibenarkan oleh Prof.Dr. Abdul Hadi WM, budayawan dan sastrawan terkemuka Indonesia.

Konteks Indonesia secara Filosofis dan Spiritual

Secara filosofis dan historis, apa yang telah dirumuskan oleh para Founding FathersRepublik Indonesia menjadi Panca Sila, apakah secara langsung atau tidak, mungkin terinspirasi atau ada kemiripan (paralelisme) dengan konsep Plato tentang “Negara Ideal” yang tertulis dalam karyanya “Republic”. Konsep Plato tentang sistem kepemimpinan masyarakat dan siapa yang berhak memimpin bangsa, bukanlah berdasarkan sistem demokrasi formal-prosedural yang liberal ala demokrasi Barat (Amerika) saat ini. Secara sederhana konsep kepemimpinan Platonis adalah “King Philosopher” atau “Philospher King”. Konsep ini Plato dapatkan dari kisah tentang sistem pemerintahan dan negara Atlantis.

analisa-lambang-negara-
garuda-panca-sila
Menurut Plato suatu bangsa hanyalah akan selamat hanya bila dipimpin oleh orang yang dipimpin oleh “kepala”-nya (oleh akal sehat, ilmu pengetahuan dan hati nuraninya), dan bukan oleh orang yang dipimpin oleh “otot dan dada” (arogansi), bukan pula oleh “perut” (keserakahan), atau oleh “apa yang ada di bawah perut” (hawa nafsu).

Hanya para filosof, yang dipimpin oleh kepalanya, yaitu para pecinta kebenaran dan kebijaksanaan-lah yang dapat memimpin dengan selamat, dan bukan pula para sophis (para intelektual pelacur, demagog) seperti orang kaya yang serakah (tipe Qarun, “manusia perut” zaman Nabi Musa), atau tipe Bal’am (ulama-intelektual-penyihir yang melacurkan ilmunya kepada tiran Fir’aun). Plato membagi jenis karakter manusia menjadi 3: “manusia kepala” (para filosofof-cendikiawan-arif bijaksana), “manusia otot dan dada” (militer), dan “manusia perut” (para pedagang, bisnisman-konglomerat). Negara akan hancur dan kacau bila diserahkan kepemimpinannya kepada “manusia otot-dada” atau “manusia perut”, menurut Plato.



dayang-sumbi-situmang-sangkuriang
Dr. Jalaluddin Rakhmat menjelaskan dalam konteks terminologi agama mutakhir: Islam, istilah Philosophia atau Sapientia, era Yunani itu identik dengan terminologi Hikmah dalam al-Qur’an. Istilah Hikmah terkait denganHukum (hukum-hukum Tuhan Allah SWT yang tertuang dalam Kitab-Kitab Suci para Nabi dan para Rasul Allah, utamanya Al-Qur’an al-Karim, dan Sunnah Rasulullah terakhir Muhammad SAW, yang telah merangkum dan melengkapi serta menyempurnakan ajaran dan hukum rangkaian para nabi dan rasul Allah sebelumnya. Hukum yang berdasarkan dan bergandengan dengan Hikmah, bila ditegakkan oleh para Hakim dalam sebuah sistem Hukumah (pemerintahan) inilah yang akan benar-benar dapat merealisasikan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah-kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan, serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Maka semakin jelaslah mengapa konsep kepemimpinan berdasarkan Panca Sila itu terkait erat dengan konsep kepemimpinan negara versi Plato, karena ia mengambilnya dari peradaban tertua yang luhur dari peradaban umat manusia pertama (Adam As dan keturunannya) yang mendapat hidayah dan ilmu langsung dari Tuhan YME: Allah SWT. Dan entah benar atau tidak, lokasinya adalah di Nusantara (Asia Tenggara).

Replika Situs Atlantis telah diketemukan di Sumatra ?
Beberapa orang yang penulis temukan secara tak sengaja, antara Maret-Mei tahun ini telah mengaku menemukan jejak-jejak situs yang diduga kemungkinan besar adalah replika situs Atlantis. Menurut pengakuan mereka, mereka terdorong oleh ilham dan mimpi serta cerita-cerita tambo, mitos dan legenda yang diwarisi dari leluhur mereka tentang cerita istana Dhamna yang hilang di tengah pulau Sumatra, di sekitar perbatasan Propinsi Sumatra Barat, Jambi dan Riau.

Tim Ekspedisi Kandis
Sekitar 6 bulan mereka melakukan riset dan ekspedisi ke lokasi, dengan partisipasi seorang arkeolog dan panduan beberapa tokoh masyarakat adat setempat mereka menemukannya di tengah bukit dan hutan yang sukar dijangkau manusia. Di tempat yang sekarang dikenal sebagai Lubuk Jambi itu konon telah diketemukan oleh masyarakat setempat berbagai artefak dan sisa bangunan peninggalan kerajaan Kandis, yang diduga Atlantis itu di dekat sungai Kuantan Singgigi. Beberapa foto dirimkan oleh mereka kepada penulis sebagai bukti hasil ekspedisi mereka. Namun demikian, menurut mereka, tempat tersebut dijaga dan dipelihara, selain oleh masyarakat adat setempat juga oleh kekuatan makluk supra natural tertentu yang menjaganya ribuan tahun. Bahkan menurut mereka, jarum kompas yang mereka bawa ke tempat itu pun tidak bisa berfungsi lagi, karena pengaruh kutub magnetis bumi pun menjadi hilang di sana. Salah satu dari tim ekspedisi itu mengaku melihat dan merasakan kehadiran semacam siluman macan/harimau yang menjaga tempat itu. Wallahu ‘alam bi shawab.
Lebih lanjut silahkan baca makalah pimpinan team ekspedisi Kandis itu di :http://ahmadsamantho.wordpress.com/2009/06/22/kerajaan-kandis-“atlantis-nusantara”/

Lokasi Kandis - Atlantis
Namun terlepas dari benar tidaknya pengakuan mereka, ada juga beberapa pihak yang mengaitkan diketemukannya bukti-bukti situs Atlantis sebagai peradaban umat manusia pertama dengan sejarah kehidupan Nabi Adam As dan anak-cucu keturunannya, dengan prediksi kebangkitan kembali agama-agama dan spiritualisme dunia menjelang akhir zaman. Ini konon terhubung dengan persiapan kedatangan Imam Mahdi dan mesianisme kebangkitan kembali Nabi Isa al-Masih, sebelum kiamat tiba.


Inilah yang mungkin masih menjadi pertanyaan tersirat ES Ito yang menulis novel Negara Kelima. Bagaimanakah revolusi menuju negara ke lima itu mendapatkan jalannya?


Nusantara, Indonesia sekarang, menurut Tato Sugiarto, telah dipersiapkan Tuhan YME sebagai negeri tempat persemaian dan tumbuh kembangnya kearifan ilahiah dan shopia perennialisyang berevolusi melalui berbagai agama dunia dan kearifan-kearifan lokal nusantara, yang merefleksikan falsafah Bhineka Tunggal Ika. Menurut pria kelahiran 1937, mantan tea taster dan market analisis PT perkebunan I – IX Sumatara Utara – Aceh, walau terjadi paradoks –di balik krisis lingklungan seiring dengan krisis peradaban global, mengutip Alvin Tofler, terjadi pula gejala-gejala kebangkitan agama-agama, yang paralel dengan kebangkitan spiritualisme menurut John Naisbit. Ini menutut Tato, adalah pertanda masa transisi proses kebangkitan umat manusia menyosong tranformasi menuju “Kebangkitan Peradaban Mondial Millenium Ketiga”.

Simbol ajaran kenegaraan Nusantara
Gejala ini juga terlihat jelas di kawasan Nusantara ini, dan pesan-pesannya pun dipahami para ahli makrifat yang waskita. Walau fenomena ini tampil paradoksal, namun sesungguhnya bersifat komplementer, merupakan survival instinctmanusia. Ini merupakan peringatan dini dalam mengatisipasi apocaliptic threatsyang akan hadir di masa datang. Prophetic intelegence yang relevan dengan itu berabad-abad yang lampau sebenarnya telah diisyaratkan dalam Injil dan al-Qur’an sebagai nubuat (ramalan) Kebangkitan Isa al-Masih (QS 3: 55, QS 19:33) ataupun yang dalam pagelaran wayang purwo ditampilkan sebagai mitos “Kresna Gugah”.
Tato Sugiarto menjelaskan: Wayang Purwo warisan Wali Songo adalah “tontonan dan tuntunan” adiluhung yang cocok dengan semua agama. Tampil sebagai seni budaya yang sarat dengan muatan aneka ilmu pengetahuan.



Kresna Gugah = Kebangkitan Imam Mahdi ???
Medium pendidikan massal ini dikemas sebagai total arts, yang kehadirannya mewakili pagelaran seni makrifat atau meditative arts. Kini wayang purwo telah melampaui batas wilayah Nusantara, lalu diakui sebagai warisan dunia, yaitu sejak dinyatakan oleh UNESCO (PBB) sebagai “A Masterpiece of the Oral and Intangible heritage of Humanity” pada tgl 7 November 2003 di Paris Perancis.
Kresna













Dalam ungkapan seorang aktifis urban sufism di Jakarta, Rani Angraini, “karena di sinilah peradaban luhur pertama umat manusia berawal, maka di sini pula peradaban umat manusia bangkit kembali dan berakhir di penghujung zaman.”Wallahu ‘Alam bi shawab.




Kesimpulan Akhir;

Dengan teori geologi yang dibuktikan dengan beberapa sumber seperti yang sudah di tulis diatas, suatu peradaban yang maju yang mungkin terjadi pada masa sebelum jaman es hanya bisa terjadi di daerah tropis. Sedangkan pada masa itu daerah subtropis seperti Eropa masih ditutupi es, tidak memungkinkan suatu kehidupan apalagi suatu peradaban yang maju. Dari segi logika masuk akal, memang teorinya masih harus mendapatkan dukungan bukti-bukti arkeologi yang lebih nyata di belahan benua lain selain Atlantis.

Plato said that Atlantis is a prosperous country that the sun bathed all the time. Whereas age at the time was Ice Age, where the temperature of the earth as a whole is approximately 15 degrees Celsius colder than today.Location was bathed in sunlight at the time that Indonesia is indeed located at the equator.
Plato menyebutkan bahwa Atlantis adalah negara makmur yang bermandi matahari sepanjang waktu. Padahal zaman pada waktu itu adalah Zaman Es, dimana temperatur bumi secara menyeluruh adalah kira-kira 15 derajat Celcius lebih dingin dari sekarangLokasi yang bermandi sinar matahari pada waktu itu hanyalah Indonesia yang memang terletak di katulistiwa.

Sedangkan Benua Amerika adalah mustahil bagi peradaban kuno yang berada di Asia maupun Eropa, sampai ditemukan oleh Christopher Columbus pada tahun 1492. Oleh karena itu Samudra Atlantik oleh peradaban kuno termasuk didalamnya Samudra Pacific. Samudra Pacific baru ada setelah ditemukan Benua Amerika.

Bencana tsunami maha besar diakibatnya mencairnya es di puncak gunung Himalaya yang terjadi sekitar 3.000 tahun sebelum Masehi yang mejadikan peta India dan Indonesia seperti saat ini. Periode rekonstruksi peradaban yang hilang yang menjadi peradaban yang ada seperti sekarang ini.

Dulunya India dan Indonesia adalah menjadi suatu kesatuan kerajaan maha luas yang berpusat di Indonesia yang saat ini diperkirakan sebagai Atlantis yang tenggelam di Palung Sunda (Laut China Selatan dan Laut Jawa) ketika pulau-pulau di Indonesia masih bersatu dengan benua Asia.

Konsep Peta Benua Atlantis jaman dulu
Artefak peta Atlantis

Mungkin salah satu teori inilah kerajaan Sriwijaya yang kekuasaannya bisa mencapai sampai ke India selatan, Kamboja, Vietnem yang ingin menyatukan kembali berdasarkan kisah kejayaan Atlantis dulu.
Kerajaan Sriwijaya dan daerah kekuasaan

Atlantis sendiri merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya.
Baca sejarah kerajaan Sriwijaya dan daerah Kekuasaan / Jajahan.
http://www.affiliate-waones.com/2012/08/kingdom-of-sriwijaya-in-indonesia.html

Di dalam bukunya, Prof. Arysio Santos becerita banyak tentang sumber cerita pewayangan yaitu Ramayana, Mahabharata, dan Pustaka Raja Purwa. Tiga sumber utama cerita pewayangan di Jawa. Bahkan menterjemahkan kerajaan Alengkadireja di Ramayana terletak di Sumatera sebelum gunung Toba meletus bukan Sri Langka yang sering disebut oleh sumber di India.

Pustaka Raja Purwa karangan R. Ng. Ronggowarsito (1802 – 1873) adalah serat pedalangan versi Solo, sedangkan versi Jogja adalah Serat Purwakhanda karangan Sri Sultan Hamengkubuwana V (1822 – 1855), sedangkan versi Mangkunegaran adalah Serat Pedhalangan Ringgit Purwa hasil karya KGPAA Mangkunegara VII (1916 – 1944).
Para dalang di Jawa lebih melihat buku Pustaka Raja Purwa, Purwakhanda, atau Pedhalangan Ringgit Purwa sebagai sumber cerita wayang, dibandingkan dengan buku Ramayana atau Mahabharata.

Hal ini yang menimbulkan suatu spekulasi, bahwa ada kemungkinan memang ada kaitannya antara Pustaka Raja Purwa dengan Ramayana dan Mahabharata. Bukan dalam pengertian saat ini yang umum berlaku, yaitu Pustaka Raja Purwa adalah cerita yang dikembangkan dari cerita Ramayana dan Mahabharata. Tapi malahan sebaliknya, sumber ceritanya telah berkembang di Jawa secara turun temurun dalam bentuk pementasan wayang kulit, kemudian dibukukan menjadi Pustaka Raja Purwa, Purwakanda dan Pedalangan Ringgit Purwa. Sama sekali proses yang berbeda dengan keberadaan Ramayana dan Mahabharata yang berasal dari India walaupun menceritakan hal yang sama.

Kalau kita mengamati cerita wayang di Pustaka Raja Purwa / Purwakanda / Pedhalangan Ringgit Purwa adalah sangat detil, jauh lebih detil dari cerita Ramayana dan Mahabharata. Kalau kita mengacu pada teori Prof. Arysio Santos bahwa pusat peradaban berasal dari Indonesia, justru orang-orang India yang berasal dari Indonesia yang selamat dari akibat tsunami dikarenakan meletusnya gunung Krakatau yang mengakhirinya jaman es, mengembangkan peradaban di India, kemudian menulis cerita pra-tsunami dalam dua episode cerita yaitu buku Ramayana dan Mahabharata, oleh karena itu lebih ringkas dibandingkan dengan sumber cerita yang sama di Jawa. Sudah barang tentu cerita ataupun legenda akan lebih detil apabila lebih dekat dengan sumbernya.

Karena pusat peradaban tengelam, yang selamat adalah mereka yang hidup di dataran tinggi yang saat ini adalah pulau-pulau di Indonesia saat ini. Sebagai contoh saat ini yang baru saja diekspos kembali tentang keberadaan situs gunung Padang di Cianjur yang disinyalir mempunyai kebudayaan tinggi. Sedangkan yang hidup di pulau Jawa tidak mungkin meneruskan peradaban tulis yang sudah ada dan tenggelam, jadi ceritanya dalam bentuk legenda dari mulut ke mulut dari generasi ke generasi kemudian lebih diabadikan lagi dalam bentuk pementasan wayang kulit yang akhirnya menjadi buku Pustaka Raja Purwa maupun yang lain-lainnya.

Baru belakangan sejalan dengan tumbuhnya kerajaan Hindu di Jawa, buku Ramayana dan Mahabharata datang ke Jawa bersamaan dengan pengaruh penyebaran agama Hindu dari India. Keberadaan buku Ramayana dan Mahabharata di Jawa hanya sebagai pembanding, karena cerita yang sama dan lebih lengkap sudah ada di Jawa dalam bentuk pementasan wayang kulit.

Jadi kembali lagi kejudul,  dan yang sekarang menjadi pertanyaan kembali;
Dari India Ke Indonesiakah? Atau yang sebenarnya dari Indonesia ke India? Sehingga dari India baik budaya maupun agama menyebar sampai ke negri Cina, sehingga menyebar ke ..dan ke.. lagi!!

Atlantis sendiri adalah cerita dari Plato (427SM – 347SM) tentang keberadaan benua Atlantis yang sudah punya peradaban tinggi yang tengelam didasar laut, kemudian yang selamat menyebar membawa peradaban keseluruh muka bumi.

Edit;wawan surya
Member SFI --Member Reality Networkers

Sumber Bacaan:
-          etiyoprajoko.blogspot.com/search/label/artikel
-                     -           VIVAnews.com



http://www.reality-networkers.com/marketingsecret10.php?refid=3940157


merchant 
Search Engine

Artikel Menarik Lainnya :



2 komentar:

Lendra Andesva mengatakan...

baca juga tentang kerinci suku melayu tertua di dunia mas untuk nambah referensi tentang atlantis ini

Wawan Surya mengatakan...

terima kasih atas bantuan informasi sebagai penambah referensinya