Penemuan Peninggalan Peradaban Manusia Jutaan Tahun Silam
Tafsiran atau dugaan atas peninggalan-peninggalan jaman purba menunjukkan kepada kita suatu kenyataan yang sangat penting. Evolusionis mendukung teorinya tidak dengan menimbang temuan-temuan ilmiah, malah justru mengabaikannya.
Di sini kita mendapati sebuah teori yang dibela membabi-buta, dan semua temuan yang meragukan teori itu diabaikan atau dipelintir demi mendukung teori. Singkatnya, teori evolusi bukan ilmu pengetahuan, tetapi dogma yang dijaga tetap hidup dengan mengabaikan ilmu pengetahuan.
Sejak lama, para ilmuwan creationist telah menentang metode penentuan umur objek purba yang dilakukan oleh para evolusionist seperti metode carbon 14 yang belakangan diketahui ternyata tidak akurat apabila digunakan untuk mengukur objek dengan usia tertentu.
Jika metode-metode ini terbukti tidak akurat, maka jelas fondasi teori evolusi akan runtuh berantakan.
Argumen para Creationist segera mendapat sanggahan dari para evolusionist. Menurut mereka, mineral yang terdapat pada lapisan tanah purba dapat menyelimuti sebuah objek baru yang menyentuhnya hingga mengeras.
Jadi berdasarkan argumen diatas, banyak yang menyatakan setuju dengan pendapat para evolusionist tersebut, karena memang pada dasarnya sebuah Objek bisa diawetkan dengan suatu proses baik melalui formula maupun proses alami.
Berikut dibawah ini beberapa penemuan yang sangat penting, dimana penemuan tersebut adalah sisa peradaban Manusia jutaan tahun silam.
Palu Yang Berusia 110 juta tahun - The London Hammer
Artikel terkait untuk bagian ini adalah :
Palu berusia Jutaan tahun Peninggalan Peradaban Manusia Ditemukan
Pada Juni 1936, Max Hahn dan istrinya Emma sedang berjalan di tepi sungai Red Creekdekat dengan rumah mereka di London. London yang dimaksud disini adalah sebuah wilayah di Texas, Amerika Serikat. Tanpa sengaja, mereka melihat sebuah batu mineral dengan sepotong kayu mencuat keluar darinya. Karena tertarik, mereka memutuskan untuk membawanya pulang.
Sekitar tahun 1946, karena rasa ingin tahu, putra mereka yang bernama George memecahkan batu itu dan menemukan sesuatu yang luar biasa. Di dalam batu yang terbelah tersebut, sebuah palu dengan kepala besi terlihat tertanam dengan rapi. Potongan kayu yang dilihat oleh Max Hahn dan istrinya 10 tahun sebelumnya adalah pegangan palu yang terbuat dari kayu.
Sebenarnya, dalam kondisi yang umum, penemuan palu ini tidak terlalu aneh. Namun yang menyebabkannya menjadi misterius adalah umur batu tempat palu tersebut ditemukan berumur sekitar 110-115 juta tahun.
Bagaimana sebuah palu yang relatif modern tertanam dengan rapi di sebuah batu berumur 110 juta tahun ?
Inilah yang disebut Ooparts. Salah tempat dan salah waktu.
Reaktor Nuklir Purba Berusia 2 Miliar tahun
Artikel terkait untuk bagian ini adalah :
Reaktor Nuklir Purba Bukti Peradaban Maju yang Hilang
Pada tahun 1972, seorang ahli fisika Prancis, Francis Perrin menyatakan sebuah laporan yang mengejutkan, bahwa telah ditemukan reaktor nuklir tertua yang pernah dibuat di dunia, yang telah ada sejak 2.000.000.000 tahun yang lalu (jauh sebelum era jurassic) dan mampu dioperasionalkan selama beberapa ratus ribu tahun kemudian, dengan penggunaan daya rendah.
Keseluruhan yang ditemukan ada 15 reaktor pada 3 deposit uranium di area pertambangan Oklo, Rep. Gabon. Dan lalu dikenal sebagai Fosil Reaktor-reaktor Oklo.
Tanggal 2 Juni 1972, petugas analis di Pierrelatte - Nuclear Fuel Processing Plant, Prancis (yang mengimpor kebutuhan uraniumnya dari Gabon) pada mulanya hanya melakukan pekerjaan rutinnya untuk memeriksa massa beberapa contoh uranium yang akan digunakan tersebut denganspektrometer. Uranium yang akan diproses, seperti biasa adalah bermassa 235U dengan nilai rasionya selalu adalah 0,00720, namun pada contoh yang diperiksa ternyata mempunyai rasio 0,00717.
Walaupun perbedaan yang ditemukan itu relatif kecil namun membuat para ahli dari Prancis lalu berdatangan langsung ke pertambangan Oklo dan di sana justru menemukan uranium dengan rasio yang jauh lebih rendah lagi, mencapai 0.00440. Perbedaan rasio yang lebih rendah ini hanya akan terjadi jika 235U sebagai bahan bakar telah pernah digunakan untuk proses reaksi nuklir. Bahkan di lokasi yang sama juga ditemukan produk keluaran proses reaksi nuklir, yaituneodymium, sama dengan yang dihasilkan oleh reaktor nuklir masa kini.
Pondok berusia 1,7 juta tahun
Add caption |
Di tempat ini, di lapisan Bed II, Leakey menemukan bahwa spesies Australopithecus, Homo habilis dan Homo erectus hidup pada masa yang sama.
Bahkan yang lebih menarik lagi adalah sebuah bangunan yang juga ditemukan Leakey di lapisan yang sama. Di sini, Leakey menemukan sisa-sisa pondok batu.
Segi tidak biasa dari peristiwa ini adalah bahwa bangunan ini, yang masih dipakai di sejumlah daerah di Afrika, hanya dapat dibangun oleh Homo sapiens! Jadi, menurut temuan Leakey, Australopithecus, Homo habilis, Homo erectus dan manusia modern tentu hidup pada masa yang sama sekitar 1,7 juta tahun silam. Temuan ini dengan telak menggugurkan teori evolusi yang menyatakan bahwa manusia modern berevolusi dari spesies mirip kera seperti Australopithecus. karena nyatanya mereka hidupa jaman yang sama.
Jejak manusia modern berusia 3,6 juta tahun
Jejak-jejak Laetoli berasal dari manusia masa kini, namun mereka hidup jutaan tahun silam. Nyatanya, sejumlah temuan lain merunut asal mula manusia modern hingga 1,7 juta tahun yang lalu. Salah satu dari temuan terpenting adalah jejak-jejak kaki yang ditemukan di Laetoli, Tanzania oleh Mary Leakey pada tahun 1977.
Jejak-jejak kaki ini ditemukan pada lapisan yang menurut perhitungan berusia 3,6 juta tahun. Yang lebih penting lagi, jejak-jejak kaki ini tidak berbeda dari jejak kaki yang ditinggalkan manusia modern (manusia jaman sekarang). Jejak-jejak kaki yang ditemukan Mary Leakey lalu dipelajari beberapa ahli paleoantropologi seperti Don Johanson dan Tim White. Hasilnya sama. White menulis: Tidak pelak lagi ... Jejak-jejak itu serupa dengan jejak kaki manusia modern. Jika satu jejak itu ditinggalkan di pasir pantai California sekarang, dan seorang anak berusia empat tahun ditanyai tentangnya, ia akan langsung menjawab bahwa seseorang telah berjalan di sana. Ia tidak akan dapat membedakannya dengan seratus jejak kaki lain di pantai, begitu pun Anda.
Setelah meneliti jejak-jejak itu, Louis Robbins dari Universitas North California mengulas demikian: Lengkungannya agak tinggi — manusia yang lebih kecil berlengkungan lebih tinggi daripada saya— dan jempol kakinya besar dan sejajar dengan telunjuk kakinya .… Jari-jari menekan tanah seperti jari-jari kaki manusia. Anda tidak akan melihat ini pada hewan. Pengujian-pengujian bentuk morfologis jejak tetap menunjukkan lagi bahwa harus diterima bahwa itu jejak-jejak manusia, lebih jauh lagi, manusia modern yang ada hari ini (Homo sapiens).
Russell Tuttle yang mempelajari hal ini menulis:
Seorang Homo sapiens kecil bertelanjang kaki mungkin telah membuatnya... Dari semua ciri morfologi yang teramati, kaki orang yang membuat jejak tidak berbeda dengan kaki manusia modern.Penelitian tak berpihak tentang jejak-jejak kaki itu mengungkapkan pemilik sebenarnya. Dalam kenyataan, jejak-jejak itu terdiri atas 20 jejak membatu seorang manusia modern berusia 10 tahun dan 27 jejak seorang yang lebih muda. Mereka jelas-jelas manusia modern seperti kita.
Situasi ini menjadikan jejak kaki Laetoli sebagai bahan perbincangan selama bertahun-tahun. Para pakar paleoantropologi evolusionis berupaya keras memikirkan sebuah penjelasan karena mereka sulit menerima kenyataan bahwa manusia modern telah berjalan di muka Bumi 3,6 juta tahun silam. Pada tahun 1990-an, “penjelasan” ini mulai terbentuk. Evolusionis memutuskan bahwa jejak kaki ini tentunya ditinggalkan oleh Australopithecus, sebab menurut teori mereka, mustahil spesies homo ada 3,6 juta tahun silam.
Akan tetapi, dalam karangannya di tahun 1990, Russell H. Tuttle menulis: Singkatnya, jejak kaki berusia 3,5 juta tahun di situs G Laetoli mirip jejak manusia modern yang biasa bertelanjang kaki. Tidak ada ciri-ciri yang menunjukkan bahwa hominid Laetoli berkemampuan bipedal yang kurang dari kita. Kalau saja jejak pada situs G ini tidak diketahui setua itu, kami akan langsung menyimpulkan bahwa jejak itu dibuat oleh anggota genus Homo ... Dalam hal ini, kita harus mengesampingkan anggapan lemah bahwa jejak Laetoli dibuat oleh jenis Lucy, yaitu Australopithecus aferensis.Dengan kata lain, jejak-jejak berumur 3,6 juta tahun ini tidak mungkin milik Australopithecus.
Satu-satunya alasan mengapa jejak-jejak ini dianggap berasal darinya adalah karena berada pada lapisan vulkanik berumur 3,6 juta tahun. Jejak itu dianggap milik Australopithecus dengan asumsi bahwa manusia tidak mungkin ada pada zaman setua itu.
Rahang Manusia Berumur 2,3 Juta Tahun
Contoh lain yang menunjukkan ketak-sahihan silsilah yang dikarang oleh para evolusionis: rahang manusia modern (Homo sapiens) berumur 2,3 juta tahun. Rahang yang diberi kode AL 666-1 ini digali di Hadar, Ethiopia. Terbitan-terbitan evolusionis mencoba mengurangi maknanya dengan merujuknya sebagai “temuan yang sangat mengejutkan.” (D. Johanson, BlakeEdgar, From Lucy to Language, h. 169).
Manusia hobbit
Belum lama ini di Indonesia di temukan tulang belulang berusia 18.000 tahun milik sejenis manusia dengan tinggi badan 3 kaki di pulau Flores, Indonesia. Manusia hobbit, begitu ilmuan dan media menyebutnya. memiliki ciri ciri yang lebih kecil pada manusia pada umumnya. penemuan Manusia hobbit ini menimbulkan perselisihan diantara ilmuwan. perselisihan tersebut adalah adanya para pakar lain yang mendukung pandangan para ilmuwan Indonesia yang berkeberatan atas dikemukakannya H. floresiensis sebagai suatu spesies tersendiri yang terpisah dari Homo sapiens. Yang terkemuka dari sederetan ilmuwan tersebut adalah ilmuwan Australia Dr. Maciej Henneberg dan Dr. Alan Thorne, dan para peneliti dari Field Museum Chicago di Amerika.
Sejumlah sanggahan baru, sebagaimana yang dilontarkan oleh para ilmuwan Indonesia, menegaskan bahwa Manusia Flores mungkin telah menderita penyakit syaraf yang dikenal sebagai microcephaly (kelainan berupa kepala yang berukuran kecil).
Microcephaly sekunder memiliki banyak sekali penyebab, mulai dari infeksi virus selama kehamilan hingga luka atau kekurangan gizi ketika baru lahir. Spesimen-spesimen tersebut ditemukan di sebuah gua di suatu pulau. Siapakah yang bisa mengatakan bahwa pulau itu belum pernah dilanda wabah virus 18.000 tahun lalu yang menyebabkan berjangkitnya kelainan tersebut? Atau mungkin penghuni [pulau itu] telah terkena wabah itu di tempat lain di gugusan kepulauan Indonesia, dan telah diusir ke Flores karena penampakan mereka yang aneh.
Atau mungkin saja bahwa mereka yang mengidap microcephaly sekunder dapat bertahan hidup dan bahkan beranak pinak: kelainan itu tidak selalu harus dihubungkan dengan kecerdasan yang rendah. Sebenarnya, [tingkat kecerdasan] bukan dikarenakan ukuran otak yang kecil saja: penentu terpenting adalah jumlah bagian [otak yang berwarna] abu-abu. Karena bagian ini tidak terawetkan pada sisa-sisa peninggalan fosil, kita tidak memiliki gambaran apakah para "hobbit" tersebut cerdas, bodoh atau biasa saja. Apa yang jelas adalah bahwa para palaeontolog terlalu bernafsu mendasarkan klaim besar pada bukti yang sudah dipastikan sangat kurang. Ini adalah kecenderungan kuat yang tidak begitu membantu mereka di masa lalu.
Pengkajian lain oleh Henneberg yang mengungkap hasil mengejutkan tentang Manusia Flores adalah perhitungannya tentang tulang lengan depan (radius) yang ditemukan di dalam sebuah gua. Dari panjang tulangnya, yang ditetapkan sebagai 210 mm (8,3 inci), Henneberg menghitung bahwa pemiliknya bertinggi tubuh antara 151 dan 162 cm (4,9 - 5,3 kaki).
Angka ini agak lebih besar daripada 1 meter (3 kaki) yang diduga merupakan ukuran tinggi Manusia Flores, dan masih dalam batas yang dianggap normal untuk manusia zaman sekarang. Henneberg mengumumkan kesimpulan yang ia capai sebagai hasil dari penelitian ini:
"Hingga tambahan tulang-tulang lain dari 'spesies baru' dugaan ini diketemukan, saya akan tetap menyatakan bahwa suatu kondisi yang sudah sangat dikenal yang diakibatkan oleh penyakitlah yang menjadi penyebab timbulnya penampakan khusus dari rangka tersebut."
Mesin tua berusia 300 juta tahun
Mesin tua dan peralatan tua yang ditemukan berusia lebih dari 300 juta tahun, setidaknya mengungkapkan adanya teknologi modern peradaban yang hilang.
Sumber berita Rusia pernah memberitakan, bahwa sebuah peralatan mesin alumunium berusia 300 juta tahun telah ditemukan di wilayah Vladivostok. Beberapa ahli mengatakan temuan itu adalah rel bergigi yang tampaknya memang diproduksi dan bukan hasil proses alam.
Tak hanya itu, beberapa temuan serupa diyakini pernah ditemukan di wilayah berbeda dan menggambarkan beberapa peralatan, mungkin pada waktu itu menjadi kebutuhan atau mungkin semua itu terbawa meteorit jatuh ke Bumi.
Peralatan Dan Mesin Tua Dari Luar Bumi?
Yulia Zamanskaya seorang penduduk Vladivostok, ketika sedang menyalakan api di malam yang dingin, dia menemukan sebuah rel berbentuk logam tertimpa pada salah satu potongan batubara yang digunakan untuk memanaskan rumahnya.
Karena merasa aneh dengan penemuan itu, dia memutuskan untuk mencari bantuan kepada ilmuwan di wilayah Primorye.
Setelah benda logam dipelajari, ahli terkemuka terkejut ketika mengasumsikan temuan potongan mesin tersebut, potongan logam itu berusia 300 juta tahun dan mesin itu tidak diciptakan oleh alam tetapi lebih mirip dengan benda-benda yang diproduksi (khususnya pabrik).
Temuan ini seperti logam rel bergigi yang diciptakan secara artifisial, potongan logam seperti ini sering digunakan pada peralatan mikroskop, perangkat teknis dan elektronik.
Bagaimana peralatan mesin ini dalam sudut pandang Biologi? Valery Brier berprofesi sebagai peneliti Anomali dan Biologi, dia mengambil sampel mikroskopis pada aluminium dan melakukan serangkaian analisis difraksi X-ray pada logam. Analisis ini menunjukkan bahwa aluminium sangat murni dan mengandung Microimpurities Magnesium berkisar 2-4 persen.
Tak begitu lama setelah temuan alat mekanis di Rusia, ditemukan pula peralatan sejenis pada batuan vulkanik yang diperkirakan berusia 400 juta tahun. Potongan peralatan mesin tua itu ditemukan diwilayah terpencil Semenanjung Kamchatka sekitar 150 mil dari desa Tigil, yang ditemukan oleh arkeolog University of St Petersburg diantara beberapa fosil aneh lainnya. Menurut arkeolog Yuri Golubev, temuan ini sangat mengagumkan dan membuka pemikiran kita bahwa mesin-mesin telah diciptakan jutaan tahun lalu!
Sampai saat ini masih belum bisa dipastikan asal-usul peralatan dan mesin tua itu, tapi semuanya ditemukan didalam sedimen batubara (yang pastinya terawetkan selama jutaan tahun).
Artefak Vas Bunga berumur sekitar 500 juta tahun
Penemuan artefak aneh pada batubara mungkin relatif sering terjadi. Penemuan seperti ini pernah juga terjadi pada tahun 1851, ketika para pekerja di salah satu tambang Massachusetts mengekstraksi Vas perak-seng dari blok-blok atau potongan batu bara yang ditambang.
Diperkirakan artefak Vas berasal dari priode Cambrian sekitar 500 juta tahun yang lalu. Vas ini terbuat dari perak-seng dengan hiasan ukiran disekitarnya, lebih tepatnya perak halus berukir anggur. Diperkirakan usia vas ini berkisar 534 juta tahun.
Enam puluh satu tahun kemudian, ilmuwan Amerika dari Oklahoma juga menemukan sebuah panci besi yang berada didalam potongan batubara berusia 312 juta tahun.
Panci besi ditemukan oleh Frank Kennard seorang pekerja di pembangkit listrik Municiple, Oklahoma. Dia menemukan sepotong batu bara besar dan memecahkannya dengan palu, yang kemudian sebuah panci jatuh dari pecahan batubara itu. Dia memeriksa batubara yang berasal dari tambang Wilburton Oklahoma. Pada tanggal 27 November 1948, Frank menegaskan fakta-fakta penemuannya.
Apakah Anda yakin bahwa semua itu diproduksi manusia purba, atau priode Jurassic yang ganas sebenarnya tidak seburuk yang kita kira? Banyak pertanyaan yang hingga saat ini tidak bisa dijawab kalangan ilmuwan, salah satunya ‘Apakah peralatan aluminium itu berasal dari luar Bumi?’.
Pertanyaan ini muncul ketika penelitian pada meteorit memiliki materi aluminium-26 yang kemudian lebur menjadi magnesium-26. Nilai 2 persen pada magnesium alloy di tambang mungkin menunjukkan asal usul aluminium. Penelitian ini juga bisa menjadi bukti tentang adanya beberapa peradaban masa lalu yang tidak diketahui hingga saat ini.
Misteri batu raksasa
• Giant Stone Balls of Costa Rika
Di Kosta Rika, ditemukan banyak sekali bola-bola batu aneh dari bahan granit dalam berbagai ukuran. Dari yang sebesar buah jeruk hingga yang berukuran raksasa, berdiameter lebih dari 2,15 meter. Benda-benda ini hingga kini belum banyak diketahui asal-usulnya, kecuali bahwa keberadaannya sudah ada sejak pendaratan pertama kali Christopher Columbus (1502) di Kosta Rika.
Setiap benda dibuat dengan sangat halus membentuk bola sempurna dan terdapat guratan-guratan yang membentuk suatu pola (petroglyph) aneh pada lapisan luarnya. Petroglyph itu ternyata ada yang mirip dengan rangkaian gugusan bintang, sehingga diduga ada kaitannya dengan keperluan astronomi pada masanya. Bola-bola misterius ini kini sebagian besar disimpan di Costa Rican National Museum, San José.
• The Grooved Spheres
Di Wonderstone Silver Mine, yang terletak di dekat kota Ottosdal, Afrika Selatan, juga telah ditemukan ratusan benda aneh berbentuk bola metalik (campuran besi dan nikel), masing-masing berdiameter 1 - 4 inci. Keseluruhannya terdapat dua tipe, yaitu tipe bulat padat kebiruan dan lainnya adalah tipe yang memiliki lubang berisi sejenis spons berwarna putih. Usia lapisan batuan pertambangan dimana ditemukan benda-benda ini adalah sekitar 3.000.000.000 tahun.
Pada 1881, seorang ahli geologi bernama H. Stopes menemukan sebuah benda aneh berbentuk bola yang pada salah satu sisinya terukir gambar seperti wajah manusia. Benda ini terpendam dalam lapisan tanah dari era Pliocene (1.600.000 s.d 5.300.000 tahun yang lalu) di Inggris.
1.Jimison, S. “Scientists Baffled by Space Spheres”. Weekly World News. July 27, 1982.
2.Quesada, Edwin. “A Costa Rica’s Stone Balls”. The California Native International Adventures. 2001
---------------------
Dari beberapa penemuan diatas, sudah jelas bahwa suatu peradaban manusia modern yang maju baik cara hidup dan pemikirannya, pernah ada dan eksis dimuka bumi ini yang telah hidup beberapa juta tahun lalu. Hal ini memang sulit diterima, mengingat umur peradaban manusia yang diakui saat ini berdasarkan terori evolusi dari masa manusia purba hingga manusia modern saat ini adalah sekitar 60 ribu tahun saja. (Baca kisahnya dalam artikel Polemik Keberadaan Adam dan Manusia Purba juga anda bisa baca tentang Awal Peradaban manusia adalah dari Indonesia)
Jadi bagaimana mungkin benda ataupun peninggalan manusia masa lampau yang dihitung umurnya sampai mencapai jutaaan tahun silam bisa ada dan sama persis dengan benda atau sesuatu yang dimiliki peradaban manusia saat ini.
Kita memang tidak pernah tahu persis sejak kapan manusia itu mulai hadir dan eksis dimuka bumi ini, dan satu yang jadi pertanyaan adalah “kalau memang peradaban manusia maju itu dulunya pernah ada, mengapa harus terputus mata rantainya, sehingga peradaban manusia harus mengulang kembali dari peradaban manusia primitif hingga sekarang ini?”
Memang pernah beberapa waktu lalu saya sempat membaca sebuah artikel menarik, dan menurut penuturan dari Mister Li Hongzi (pendiri Fulun Gong/Fulun Dafa) dalam ceramah Alam Semesta-nya, Beliau menuturkan bahwa peradaban dimuka bumi ini setidaknya telah dihancurkan kurang lebih sebanyak empat kali oleh Sang Pencipta. Dan, pada saat era dimana kita hidup sekarang ini, merupakan masa kehidupan peradaban umat manusia ke-5 dibumi.
Kalau memang benar demikian, jika peradaban kita saat ini dan nantinya sudah begitu maju tetapi kemudian dihancurkan kembali oleh Yang Maha Kuasa? lalu sampai kapan peradaban manusia ini bisa sampai menjelajahi jagat angkasa raya yang begitu luas?
Kita mungkin sebagai peradaban manusia, ditakdirkan selama perjalanan waktu yang begitu panjang untuk mengontrak selamanya hanya di BUMI. Jangankan untuk menempati planet lain, melihat planet tetangga saja yang ada di galaksi-galaksi lainnya itu tak akan pernah terjadi. Dan malahan justru sebaliknya, yang hanya bisa dilakukan peradaban manusia saat ini dan nanti adalah menunggu kedatangan mahkluk lain yang begitu cerdas dari planet antah berantah, seperti yang mungkin pernah terjadi pada peradaban-peradaban manusia sebelumnya.
Entahlah ....
----------
Sampai disini postingan tentang Beberapa Penemuan Peninggalan Peradaban Manusia Jutaan Tahun Silam, semoga artikel atau tulisan diatas dapat bermanfaat dan bisa menambah wawasan anda, salam sukses selalu ...
Sumber dan bahan tulisan;
Referensi:
- Traces of the crash “flying saucer” preserved in coal? Media berita Rusia KPRU, 12 Januari 2013.
- Dari Koleksi blog Pribadi
Edit; wawansurya
Sumber ;
http://wawansurya.de.vu
http://wawansurya.tk
http://wawansurya.infos.st
http://wwbisnis.blogspot.com
www.affiliate-waones.com
http://waones-sbm.blogspot.com
http://mitra-sbm.blogspot.com
merchant
Tidak ada komentar:
Posting Komentar