Senin, 27 April 2015

Ada 3 Golongan Manusia yang menyikapi Hari Akhir dan tanda-tanda Kedatangannya






Literatur Modernisasi Dalam Perspektif Islam

Disunting dari waones articles
Judul asli : 3 Golongan Manusia dalam menyikapi Hari Kiamat dan tanda-tanda Kedatangannya


Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Hai? Apa kabar? Semoga dalam keadaan sehat wal'afiat yahh.. :WA kali ini tidak akan memposting Artikel yang berhubungan dengan Posting dan Gambar Porno :) tetapi WA akan mencoba menshare tentang bahasan mengenai ARTIKEL AKHIR ZAMAN yang disunting dari berbagai sumber dan sumber utama.

Pada pembahasan yang lalu, waones articles telah menyinggung bahasan mengenai 2020 Dari Israel Raya Hingga Kemunculan Imam Mahdi, dan bila anda ingin membaca artikel lainnya yang berhubungan dengan artikel Akhir Zaman, silahkan klik Open dibawah ini dan Klik pada Link judul artikel tersebut.

Selamat membaca !!!
---------------

Klik Open >>>





















=========================
--------------------



Edisi Akhir Zaman
 -------------

3 Golongan Manusia dalam menyikapi Hari Kiamat dan tanda-tanda Kedatangannya  

 

 
 Secara umum, manusia terbagi menjadi tiga kelompok di dalam menyikapi nubuwat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tentang peristiwa-peristiwa akhir zaman :
 
Pertama : Kelompok yang menolak akan keyakinan datangnya hari akhir. Kelompok ini banyak diwakili oleh kebanyakan bangsa barat atau timur -semisal Jepang- yang secara umum berideologi paganisme atau sekulerisme. Kelompok ini didominasi oleh mereka yang tidak menganut agama samawi. Kecanggihan teknologi yang mereka miliki menjadikan mereka memiliki kesimpulan tersendiri tentang nasib dunia di masa mendatang. Termasuk kelompok ini adalah darwinisme dan mereka yang sepaham dengannya.
 
Kedua : Mereka yang kurang peduli dengan nash-nash tentang peristiwa akhir zaman dan tidak banyak mengkajinya karena dianggap kurang realistis dan bukan masanya. Mereka menganggap bahwa berbicara tentang petaka akhir zaman sebagai penghalang menuju kemajuan, karena merasa telah dibatasi oleh takdir tentang berakhirnya alam semesta. Apalagi jika peristiwa akhir zaman itu dikaitkan dengan kemenangan umat Islam di bawah kepemimpinan Al Mahdi yang akan menaklukkan seluruh dunia, mereka anggap itu hanyalah ilusi dan mimpi kosong. Kelompok ini terbagi menjadi dua :
  1. Mereka yang secara lahir adalah kelompok ilmuan / ulama yang banyak bergelut dengan dunia ilmu dan penelitian. Mereka menakwilkan hadits-hadits tentang akhir zaman dan hanya mau menerima yang bisa diterima oleh akal dan sesuai dengan logika. Sebagian ada yang membuat persyaratan-persyaratan batil untuk sahnya hadits-hadits tersebut (semisal harus mutawatir dan bukan ahad). Kelompok ini didominasi kelompok rasionalis juga sekuler, namun tidak menutup kemungkinan di antara mereka ada yang merupakan orang-orang bayaran musuh-musuh islam yang bertujuan untuk menebarkan keragu-raguan tentang janji kemenangan islam di akhir zaman. Kelompok ini juga membicarakan tentang peristiwa akhir zaman, namun cara yang mereka tempuh adalah bertolak belakang dengan apa yang menjadi kebiasaan para salaf dalam memahaminya.
  2. Mereka yang secara umum termasuk umat islam yang tidak memiliki kepedulian terhadap ilmu syar’i, tidak pernah mempelajari perkara-perkara iman kecuali sebatas jumlah dan nama rukun iman. Kelompok ini tidak pernah mendengar istilah-istilah seputar fitnah akhir zaman, tidak mengenal Dajjal, nabi Isa as, Imam Mahdi, Ya’juj wa Ma’juj, dan tema-tema semisal. Kelompok ini tidak pernah tahu tentang detilnya perihal hari kiamat kecuali sebatas katanya dan katanya, sehingga sikap mereka terhadap hari kiamat sebagaimana sikap mereka terhadap berita-berita lainnya. Kelompok ini –meski mereka juga percaya dengan adanya kiamat- namun keyakinannya tidak memberikan manfaat sama sekali untuk sikap hidupnya. Mereka tidak pernah bisa mengambil pelajaran dari semua peristiwa yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Mereka juga tidak menyadari adanya bahaya besar yang mengancam agama dan dunia mereka, dan tidak menutup kemungkinan bahwa mereka telah terperosok dalam bahaya yang pernah diingatkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tentang dahsyatnya fitnah akhir zaman :
إِنَّ بَيْنَ يَدَيْ السَّاعَةِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ فِيهَا مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا وَيُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا الْقَاعِدُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْقَائِمِ وَالْقَائِمُ فِيهَا خَيْرٌ مِنْ الْمَاشِي وَالْمَاشِي فِيهَا خَيْرٌ مِنْ السَّاعِي فَاكْسِرُوا قِسِيَّكُمْ وَقَطِّعُوا أَوْتَارَكُمْ وَاضْرِبُوا بِسُيُوفِكُمْ الْحِجَارَةَ فَإِنْ دُخِلَ عَلَى أَحَدِكُمْ بَيْتَهُ فَلْيَكُنْ كَخَيْرِ ابْنَيْ آدَمَ
“Sesungguhnya sebelum terjadinya hari kiamat akan timbul berbagai fitnah bagaikan sepotong malam yang gelap gulita. Pada pagi hari seseorang masih beriman, tetapi pada pagi harinya telah menjadi kafir. Pada saat itu orang yang duduk lebih baik daripada yang berdiri, yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan yang berjalan lebih baik daripada berlari. Karena itu pecahkanlah kekerasanmu, potonglah tali busurmu, dan pukulkanlah pedangmu ke batu (yakni jangan kamu gunakan untuk memukul atau membunuh manusia). Jika salah seorang di antara kamu terlibat dalam urusan (fitnah) itu, maka hendaklah ia bersikap seperti sikap terbaik dari dua orang putra Adam (yakni bersikap seperti Habil, jangan seperti Qabil).” .
Nabi shallallahu alaihi wa sallam telah menceritakan bahwa salah satu tanda dekatnya kiamat adalah banyaknya fitnah besar yang menyebabkan tercampurnya antara hak dan batil. Di saat itu iman manusia mudah tergoncang. Bahkan saking beratnya fitnah yang dihadapi manusia, ada di antara mereka yang di waktu pagi dalam keadaan beriman di sore hari telah menjadi kufur. Di sore hari mereka beriman ketika masuk waktu pagi mereka telah kufur. Dalam riwayat muslim disebutkan,
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
”Bersegeralah kalian melakukan amal shalih sebelum datangnya fitnah, dimana fitnah itu seperti potongan-potongan malam yang gelap gulita. Pagi pagi seorang masih beriman, tetapi di sore hari sudah menjadi kafir; dan sore hari seseorang masih beriman, kemudian di pagi harinya sudah menjadi kafir.”

Ketiga: Kelompok yang beriman dan yakin dengan semua yang dijanjikan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tentang dekatnya kehancuran alam semesta (kiamat), yang itu semua di dahului dengan tanda-tanda kecil dan besar yang mendahuluinya. Kelompok ini terbagi menjadi tiga :
  1. Mereka yang menerima nash-nash tersebut apa adanya, dimana sikap mereka terhadap nash-nash seputar nubuwat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam hanya sebatas meriwayatkan dan menerjemahkan tanpa perlu mengaktualisasikan dengan zaman dan kondisi dimana mereka hidup. Kelompok ini kurang bisa memahami maksud dan tujuan di balik turunnya hadits-hadits tersebut. Nash-nash yang sebenarnya memiliki makna peringatan dan larangan lebih diartikan sebagai khabar yang tidak mengandung pesan. Sebenarnya banyak sabda-sabda beliau tentang dekatnya kiamat yang memiliki makna peringatan agar setiap muslim menjauhi perkara itu semampunya, bukan menganggapnya sesuatu yang lazim dan biasa. Sebagaimana peringatan beliau tentang munculnya para polisi di akhir zaman yang selalu membawa cemeti, dimana mereka berangkat pagi-pagi dengan kemurkaan Allah dan pulang di sore hari dengan kemarahan dari-Nya. Mereka pahami nash tersebut sebatas khabar tanpa makna, padahal itu merupakan peringatan keras agar seseorang berhati-hati untuk tidak memilih profesi seperti ini.
  2. Juga hadits tentang permusuhan orang islam terhadap Yahudi, dimana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan bahwa kiamat tidak akan terjadi hingga kaum muslimin memerangi bangsa Yahudi. Nash ini merupakan khabar yang mengandung pesan tentang pastinya kaum muslimin memerangi Yahudi / Israel Zionis. Maka merupakan sebuah tindakan konyol jika seorang muslim membenarkan damai dengan kelompok mereka. Mereka yang menerima nash-nash tersebut dengan penuh keyakinan, namun bersikap melampaui batas dalam menerjemahkan sekaligus mengaktualisasikannya. Kelompok ini menjadikan hadits-hadits dha’if bahkan maudhu sebagai hujjah untuk mendukung pemikiran mereka. Bahkan sebagian ada yang memaksakan nash-nash tersebut untuk mendukung kelompoknya dengan menjatuhkan lawan politiknya. Kelompok ini juga banyak menggunakan khabar-khabar israiliyat, bahkan komentar-komentar ahli kitab yang tidak tsiqah dengan agama al Masih.
  3. Kelompok yang menerima nash-nash tersebut dengan penuh keyakinan, bahwa semua itu benar adanya dari nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Mereka berusaha untuk mengambil posisi yang benar terhadap hadits-hadits tersebut secara proposional, tidak cuek dan tidak terlalu kaku sebagaimana kelompok pertama, namun tidak juga terlalu ekstrim dan berlebihan sebagaimana kelompok kedua. Kelompok ini berusaha menjadikan semua nash-nash nubuwah Rasulullah sebagai pijakan hidup, agar setiap langkah mereka tidak keliru. Mereka juga selalu mencari tahu tentang hakikat yang sebenarnya dari hadits-hadits fitnah dengan maksud agar mereka selamat dari fitnah tersebut tanpa melakukan pemastian-pemastian pada hal-hal yang belum qath’i.
Mereka tetap waspada terhadap fitnah Dajjal, maka pada setiap shalat yang mereka lakukan selalu diiringi dengan doa perlindungan fitnah Dajjal. Mereka juga melakukan persiapan-persiapan amal nyata, jika suatu ketika apa yang diisyaratkan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam benar-benar nyata di depan mata.
Hal itu sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Ibnu Abbas sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari ‘Abdullah bin Abu Malikah, ia berkata: “Pada suatu pagi saya pergi kepada Ibnu ‘Abbas.” Maka ia berkata: “Malam tadi aku tidak dapat tidur sampai pagi.” Aku bertanya: “Apa sebabnya.” Beliau menjawab: “Karena orang-orang berkata bahwa bintang berekor sudah terbit, maka saya cemas akan kedatangan asap (dukhan) yang sudah mengetuk pintu, sehingga saya tidak dapat tidur sampai pagi.”
Pada riwayat di atas Ibnu Abbas termasuk khawatir dengan kejadian komet yang akan disusul dengan dukhan azab, padahal peristiwa dukhan azab merupakan salah satu tanda kiamat besar yang akan muncul di akhir zaman.
 
Sikap lain juga ditunjukkan beberapa sahabat ketika Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bercerita tentang Dajjal, maka ada di antara mereka yang berjaga-jaga, bahkan sampai ada yang memeriksa kebun-kebun mereka karena khawatir jika Dajjal telah masuk ke dalamnya.

https://granadamediatama.wordpress.com/arsip/3-golongan-manusia-dalam-menyikapi-hari-kiamat-dan-tanda-tanda-kedatangannya/
 --------------

Aku Ingin Meraih Syafa’at di Hari Akhir Nanti


Disusun oleh Muhammad Abduh Tuasikal, ST (Artikel Buletin At Tauhid) meraihHari kiamat adalah kehidupan di akhirat yang satu harinya sama dengan 50.000 tahun lamanya. Di sana tidak terdapat bangunan, pohon untuk berlindung, dan tidak ada pula pakaian yang menutupi badan. Keadaan pada saat itu saling berdesakan. Allah Ta’ala mengisahkan kejadian pada saat itu (yang artinya), “Pada hari itu manusia mengikuti (menuju kepada suara) penyeru dengan tidak berbelok-belok; dan merendahlah semua suara kepada Rabb Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja.” (QS. Thaahaa [20] : 108)

Hari tersebut adalah hari yang sangat dahsyat. Manusia pada saat itu akan menemui kesulitan dan kesusahan yang tidak mampu untuk dihilangkan selain dengan meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala melalui syafa’at. Orang-orang saat itu mendapatkan ilham untuk meminta syafa’at kepada para Nabi untuk menghilangkan kesulitan mereka saat itu. Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan Nabi Isa ‘alaihimus salam didatangi oleh orang-orang lalu mereka mengemukakan alasan tidak mampu memberi syafa’at pada saat itu. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam-lah yang akhirnya memberikan syafa’at –yang dikenal dengan syafa’at al ‘uzhma-. Inilah salah satu syafa’at yang khusus dimiliki oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan masih ada bentuk syafa’at lain yang dimiliki oleh beliau dan selainnya.

Apa itu Syafa’at ? Syaikh Sholih Al Fauzan hafizhohullah mengatakan, “Syafa’at secara bahasa diambil dari kata asy syaf’u yang merupakan lawan kata dari al witr. Sedangkan al witr adalah ganjil atau tunggal. Kata asy syaf’u berarti lebih dari satu yaitu dua, empat, atau enam. Dan ays syaf’u dikenal dengan istilah bilangan ‘genap’. Secara istilah, syafa’at adalah menjadi perantara (penghubung) dalam menyelesaikan hajat yaitu perantara antara orang yang memiliki hajat dan yang bisa menyelesaikan hajat.” (At Ta’liqot Al Mukhtashoroh ‘alal Aqidah Ath Thohawiyah, hal. 95)

Golongan Manusia Dalam Menyikapi Syafa’at Ada tiga golongan manusia dalam menyikapi syafa’at dan hanya ada satu golongan yang benar dalam menyikapinya. Golongan pertama adalah yang berlebihan dalam menetapkan adanya syafa’at bahkan mereka meminta syafa’at tersebut langsung pada mayit, penghuni kubur, berhala, pohon, dan batu. Sebagaimana terdapat pada firman Allah (yang artinya), “Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah.” (QS. Yunus [10] : 18)

Golongan kedua adalah golongan yang berlebihan dalam menolak syafa’at seperti Mu’tazilah dan Khowarij. Mereka menafikan adanya syafa’at bagi pelaku dosa besar. Mereka jelas-jelas telah menyelisihi nash-nash Al Kitab dan As Sunnah yang diriwayatkan dalam banyak jalur yang jelas-jelas menetapkan adanya syafa’at bagi pelaku dosa besar. Di antara dalil tersebut adalah dari Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Syafa’atku juga bagi pelaku dosa besar dari umatku.” (HR. Abu Daud no. 4739 dan Tirmidzi no. 2435. Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abu Daud mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Golongan ketiga yaitu golongan yang bersikap pertengahan. Merekalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Mereka mengimani adanya syafa’at sebagaimana yang telah disebutkan oleh Allah dan Rasul-Nya tanpa bersikap berlebihan dan meremehkan.

Hukum Meminta Syafa’at Kepada Selain Allah Para pemuja kuburan para wali dan orang sholih saat ini sering sekali berdalil dengan masalah syafa’at terhadap kesyirikan yang mereka lakukan. Sebagian mereka mengatakan, “Nabi dan para wali tersebut adalah pemberi syafa’at kami di hari kiamat nanti. Kenapa kalian melarang kami meminta syafa’at kepada mereka?”
Sebagai jawaban dari kerancuan di atas, perlu diingat bahwa syafa’at itu hanyalah milik Allah Ta’ala. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Katakanlah: Hanya kepunyaan Allah syafaat itu semuanya.” (QS. Az Zumar [39] : 44)
Jadi, syafa’at bukanlah milik Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, malaikat, para wali dan orang sholih lainnya. Mereka semua bisa memberikan syafa’at jika melalui izin dan ridho Allah Ta’ala. Renungkanlah ayat ini –semoga kita menjadi orang yang mendapatkan petunjuk- (yang artinya), “Dan berapa banyaknya malaikat di langit, syafaat mereka sedikitpun tidak berguna, kecuali sesudah Allah mengijinkan bagi orang yang dikehendaki dan diridhai (Nya).” (QS. An Najm [53] : 26)

Wahai saudaraku yang merindukan kebenaran, ketahuilah bahwa kami benar-benar meyakini adanya syafa’at, kami sama sekali tidak mengingkarinya. Namun, yang kami ingkari adalah perbuatan meminta-minta syafa’at kepada orang yang tidak mampu memberinya. Kenapa tidak langsung meminta syafa’at tersebut pada Allah dengan berdo’a : “Ya Allah, janganlah Engkau halangi aku untuk mendapat syafa’at beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam”, atau ”Ya Allah, berikanlah kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam hak memberi syafa’at untukku”? Sungguh kesalahan besar jika seseorang meminta syafa’at kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau orang sholih, dan tidak meminta langsung kepada Allah sembari mengatakan, “Ya Muhammad, berilah kami syafa’at” atau “Wahai orang sholih yang memiliki kedudukan mulia di sisi Allah, berilah syafa’at pada kami”. 
 
Ingatlah bentuk meminta kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang sholih seperti ini merupakan bentuk do’a kepada selain Allah. Hal semacam ini jelas-jelas dilarang dan termasuk syirik sebagaimana Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun dalam ibadahmu di samping (menyembah) Allah.” (QS. Al Jin [72] : 18).
Bagaimana mungkin seseorang bisa mendapatkan syafa’at di sisi Allah sedangkan dia berbuat syirik kepada-Nya?!
Syafa’at Tidaklah Akan Diperoleh oleh Pelaku Syirik
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Katakanlah wahai Rasulullah, siapa yang berbahagia karena mendapat syafa’atmu di hari kiamat nanti?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Wahai Abu Hurairah, aku merasa tidak ada yang bertanya kepadaku tentang hal ini selain engkau. Yang aku lihat, ini karena semangatmu mempelajari hadits. Yang berbahagia dengan syafa’atku pada hari kiamat nanti adalah yang mengucapkan laa ilaha illallah dengan ikhlas dalam hatinya.” (HR. Bukhari no. 99)
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan mengenai hadits ini, “Inilah sebab utama (paling besar) yang membuat seseorang bisa mendapatkan syafa’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yaitu dengan memurnikan tauhid. Hal ini berkebalikan dengan kelakukan orang-orang musyrik yang meyakini bahwa syafa’at itu diperoleh dengan menjadikan para wali dan para hamba selain Allah sebagai syafi’ (pemberi syafa’at). Dalam hadits ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membalikkan sangkaan mereka (orang-orang musyrik) yang dusta.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa sebab memperoleh syafa’at adalah dengan memurnikan tauhid. Dengan melakukan hal ini, barulah Allah mengizinkan pemberi syafa’at (syafi’) untuk memberikan syafa’at. Sungguh ini adalah kebodohan orang-orang musyrik. Mereka berkeyakinan bahwa siapa yang menjadikan para wali sebagai pemberi syafa’at, maka para wali tersebut akan memberi manfaat (dengan menolong mereka) di sisi Allah. 
 
Sebagaimana mereka menyangka bahwa para raja bisa menolong mereka karena adanya rekomendasi dari pembantu mereka. Padahal tidak ada yang dapat memberi syafa’at kecuali melalui izin Allah. Tidak ada izin dari-Nya selain pada orang yang Dia ridhoi perkataan dan amalnya.” (Madarijus Salikin, 1/341, Maktabah Syamilah)

Marilah Meraih Syafa’at Di Hari Kiamat Kelak Saudaraku, sungguh hari kiamat adalah hari yang sangat menyulitkan. Seseorang sangat membutuhkan syafa’at ketika itu agar terlepas dari kesulitan-kesulitan yang ada. Namun, untuk mendapatkan syafa’at ketika itu perlu ada sebab. Sebab tersebut tidaklah mungkin dilakukan ketika kita sudah berkumpul di hari kiamat nanti karena hari kiamat bukanlah hari untuk beramal lagi. Oleh karena itu, sebab mendapatkan syafa’at tersebut hanya dapat kita laksanakan di dunia ini. Lalu apa saja sebab tersebut?

Sebab utama mendapatkan syafa’at telah kami jelaskan di atas yaitu dengan memurnikan tauhid dan menjauhkan diri dari noda-noda syirik.

Sebab lain yang disebutkan dalam hadits yang shohih adalah : [1] Syafa’at Al Qur’an, [2] Syafa’at puasa, [3] Tinggal dan mati di Madinah, [4] Bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (dengan shalawat yang dituntunkan, bukan dengan shalawat yang dibuat-buat dan mengandung kesyirikan) dan memintakan wasilah (kedudukan tinggi di surga) untuknya, [5] Syafa’at orang yang menyolati mayit pada si mayit, dan [6] Memperbanyak sujud
 Inilah sedikit pembahasan seputar syafa’at. Semoga dengan tulisan yang singkat ini bisa memberikan manfaat kepada kaum muslimin. Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan syafa’at di hari kiamat kelak. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam. 

http://rumaysho.com/qolbu/aku-ingin-meraih-syafaat-di-hari-akhir-nanti-109 

-------------------------------------------

3 Golongan Manusia

Pada setiap roka’at sholat, kita diwajibkan membaca surat Al-Fatihah. Sadar atau tidak sadar, setiap kali kita membacanya, maka pada 2 ayat terakhir dari surat Al-Fatihah kita memohon kepada Allah:
Tunjukanlah kepada kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang Engkau murkai dan bukan (pula jalan)  mereka yang sesat.
Seperti apa orang yang diberi petunjuk, orang dimurkai Allah dan orang yang tersesat dapat kita lihat pada surat selanjutnya. Surat Al-Baqarah langsung membuka dengan membagi manusia menjadi 3 golongan, yaitu:
  • Orang Beriman (Al Baqarah : 2-5)
  • Orang Kafir (Al Baqarah : 6-7)
  • Orang Munafik (Al Baqarah : 8-20)
Masing-masing dilengkapi dengan ciri-cirinya serta akibat yang akan ditanggung oleh masing-masing golongan manusia tersebut.
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka  yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung (QS. Al Baqoroh:2-5).
Orang beriman ciri-cirinya adalah percaya kepada yang gaib, mendirikan  shalat, menafkahkan sebagian rizki untuk bersedekah/zakat, beriman kepada kitab-kitab suci Alloh dan hari akhir. Mereka inilah yang dinyatakan sebagai orang yang selalu mendapat petunjuk dan beruntung.
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman. Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka, serta penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat (QS. Al Baqarah:6-7). 
Orang kafir cirinya adalah tidak dapat lagi melihat kebenaran. Diberi peringatan atau tidak sama saja karena Allah telah mengunci mata, pendengaran dan hati mereka. Dan bagi mereka lah siksa yang amat berat.
Di antara manusia ada  yang mengatakan: “Kami beriman kepada Alloh dan Hari kiamat,” padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar (QS. Al Baqarah:8-9). 
Orang munafik dikatakan sebagai orang yang mengaku dia beriman, tapi sebetulnya tidak. Akibatnya, orang munafik ini lebih sulit dikenali. Jika untuk orang beriman hanya perlu menggunakan 4 ayat  dan  orang kafir hanya 2  ayat, maka untuk orang munafik Al-Qur’an memerlukan 13 ayat untuk menjelaskannya.
Beberapa ciri-cirinya  antara lain adalah, mereka biasanya tidak sadar atas keburukan sifatnya sendiri, bahkan merasa dirinya yang lebih benar dari orang lain, sehingga dapat menyesatkan orang lain. Mereka merasa lebih pintar dari orang beriman. Mereka senang mengolok-olok orang beriman. Akibat perbuatannya itu, Allah akan mengganjar mereka dengan siksa yang pedih.
Dari 20 ayat pertama di surat Al Baqarah, kita sudah dapat menilai seseorang serta diri kita sendiri termasuk pada golongan yang mana.
Selanjutnya ciri dan penjelasan tambahan untuk masing-masing golongan dapat ditemui pada bagian lain di Al Qur’an. Ciri-ciri yang dijabarkan tersebut akan semakin menambah kejelasan bagi kita untuk menilai setinggi apa keimanan  kita saat ini dan  sejauh mana kebenaran dari pelaksanaan ibadah yang telah kita lakukan.
Contoh, jika seseorang mengaku beriman namun  jarang melakukan shalat 5 waktu, termasuk golongan manakah dia? Salah satu jawabannya, bisa kita lihat di surat An Nisa': 142 :
Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Alloh, dan Alloh akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk sholat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut nama Alloh kecuali sedikit sekali.
Jika kita malas mendirikan sholat, sholat karena ingin dilihat orang lain, atau lebih banyak memikirkan hal-hal selain Alloh ketika shalat, maka sadarilah, bahwa diri kita telah menunjukkan ciri-ciri orang munafik. Na’udzubillah . . .
Wallohu a’lam bishshowab



-------------------------
--------------

Dengan adanya keimanan yang tertanam dalam hati, manusia akan mengakui kekurangan dan kelemahan dirinya dihadapan Allah sehingga tidak sempat menyombongkan diri. Bahkan manusia akan selalu merendahkan diri, memohon petunjuk dan menerima kritik dari orang lain.

 Sehingga bersihlah jiwanya baik dalam berperilaku maupun dalam beramal zariyah yang pada akhirnya makin meningkatlah rasa taqwanya pada Allah.

 
Sumber Artikel  (wisatapedia.web.id)
Sumber Gambar (dari berbagai sumber)




---------------

Sumber asli ;
https://granadamediatama.wordpress.com/poster/penciptaan-alam-semesta-dalam-al-quran-dan-sains/ 


http://waones-sbm.blogspot.com/2015/03/pemikiran-dan-pandangan-modern-dalam.html


Bila anda akan meng-copy atau memperbanyak bahasan artikel ini, seyogyanya anda tetap mencantumkan sumber pada Sumber asli dan bahan tulisan di atas.


Demikian artikel tentang 3 Golongan Manusia dalam menyikapi Hari Kiamat dan tanda-tanda Kedatangannya
Semoga bisa menjadi hiburan dan terutama menambah wawasan anda ...

Kembali ke Halaman Utama >>>>
Pemikiran dan Pandangan Modern Dalam ARTIKEL AKHIR ZAMAN


I Hope you like the post. Stay connected for more...


Edit; wawansurya
Sumber utama bahasan;
http://wawansurya.de.vu
http://wawansurya.tk
http://wawansurya.infos.st
http://wwbisnis.blogspot.com
www.affiliate-waones.com
http://waones-sbm.blogspot.com
http://mitra-sbm.blogspot.com

Terima kasih sudah Mau Berkunjung Keblog Ini .. bila ada yang tidak berkenan .... Comment aja ... yah!!!

merchant 
Search Engine

Artikel Menarik Lainnya :



Tidak ada komentar: