Literatur Modernisasi Dalam Perspektif Islam
Disunting Dari waones articles
Judul Asli : Segeralah beramal sebelum datangnya 6 perkara
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Hai? Apa kabar? Semoga dalam keadaan sehat wal'afiat yahh.. :WA kali ini tidak akan memposting Artikel yang berhubungan dengan Posting dan Gambar Porno :) tetapi WA akan mencoba menshare tentang bahasan mengenai ARTIKEL AKHIR ZAMAN yang disunting dari berbagai sumber dan sumber utama.
Pada pembahasan yang lalu, waones articles telah menyinggung bahasan mengenai Rahasia Di balik Mata Uang Dollar Amerika Terungkap, dan bila anda ingin membaca artikel lainnya yang berhubungan dengan artikel Akhir Zaman, silahkan klik Open dibawah ini dan Klik pada Link judul artikel tersebut.
Selamat membaca !!!
-------------
Klik Open >>>
=========================
--------------------
Edisi Akhir Zaman
-------------
Segeralah beramal sebelum datangnya 6 perkara
Penjelasan
Hadits ini mengajarkan salah satu rambu-rambu yang penting dalam kajian tanda-tanda kiamat. Yaitu kewajiban mempersiapkan diri untuk menghadapi kiamat degnan iman dan amal shalih, sebelum kiamat datang secara tiba-tiba, agar tidak mengalami penyesalan yang tiada guna lagi. Hal ini diajarkan oleh banyak hadits yang diawali dengan kalimat ‘bersegeralah!’. Bahkan hal ini merupakan tujuan pokok penyebutan tanda-tanda kiamat. Hadits di atas mengisyaratkan bahwa perkara-perkara besar tersebut terjadi secara tiba-tiba tanpa didahului oleh pertanda-pertanda yang jelas. Hal itu menuntut setiap muslim untuk senantiasa bersiaga, sehingga tidak dikejutkan olehnya. Perintah ‘bersegera’ dalam hadits di atas merupakan perintah untuk cepat-cepat bertaubat dan anjuran untuk beramal shalih, sebelum mengalami halangan-halangan dan keadaan-keadaan yang menyulitkannya untuk beramal.
Orang yang mengkaji keadaan generasi shahabat akan mendapati mereka begitu meresapi pelajaran ini. Mereka selalu menyiapkan diri dan mencari tahu di setiap waktu, karena khawatir akan dikejutkan oleh peristiwa-peristiwa yang besar di atas.
Dari Nadhr berkata: “Suatu ketika pada masa Anas bin Malik terjadi kabut gelap, maka aku mendatangi Anas dan bertanya kepadanya: “Wahai Abu Hamzah, apakah hal seperti ini pernah menimpa kalian pada zaman Rasulullah SAW?” Dia menjawab, “Kami berlindung kepada Allah! Dahulu jika bertiup angin kencang, kami bersegera ke masjid karena khawatir kiamat telah terjadi.”
Riwayat ini secara tegas menunjukkan tingkat pembinaan keimanan dan kesiapan jiwa yang selalu waspada menghadapi kiamat atau pertanda-pertanda besar kiamat pada generasi shahabat. Bahkan hadits pertama dari Huzaifah bin Asid menunjukkan kekawatiran dan kewaspadaan tersebut telah mencapai puncaknya, sampai-sampai Rasulullah SAW perlu menerangkan mereka bahwa kiamat tidak akan terjadi sebelum kemunculan sepuluh pertanda tersebut. Jika para shahabat yang masih jauh dari kiamat saja begini keadaan mereka, bagaimana lagi dengan (seharusnya) sikap kita yang semakin dekat dengan kiamat atau tanda-tanda terbesar permulaannya?
Hadits di atas menyebutkan lafal ‘enam’. Hal itu mengisyaratkan bahwa enam perkara tersebut merupakan bencana-bencana yang sangat besar.
Hadits di atas memuat empat pertanda terbesar kiamat, yaitu Dajjal, Dukhan, Daabah, dan terbitnya matahari dari tempat tenggelamnya. Hadits-hadits yang lain menerangkan bahwa jika salah satu dari keempat hal tersebut telah terjadi, maka taubat atau keimanan seseorang yang sebelumnya tidak beriman tidak memberi manfaat sedikit pun. Perintah segera beriman dan beramal shalih menunjukkan bahwa keempat hal tersebut sudah dekat, dan sekaligus mengingatkan bahwa ia terjadi saat manusia sedang lalai.
Maksud dari ‘perkara masyarakat umum’ adalah terjadinya kiamat itu sendiri. Adapun maksud dari ‘perkara pribadi salah seorang di antara kalian adalah kematiannya. Barangsiapa mati, maka kiamat telah terjadi pada dirinya.
https://granadamediatama.wordpress.com/2014/02/26/segeralah-beramal-sebelum-datangnya-6-perkara/
------------------
Beramal Selagi Mampu
Harapan, musibah dan ajal.Manusia memiliki harapan dan keinginan untuk memperoleh segala fasilitas kehidupan dunia yang mempesona dan kenikmatannya yang menggoda, karena Allah telah menjadikan dunia ini dengan segala isinya sebagai hiasan indah yang menarik hati manusia yang memandangnya. Allah berfirman:
(إِنَّا جَعَلْنَا مَاعَلَى اْلأَرْضِ زِينَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً ) الكهف:7
Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya. (QS. 18:7)Rasulullah saw bahkan memperumpakan dunia dengan buah-buahan yang manis dan dedaunan yang hijau, beliau bersabda:
( إن الدنيا حلوة خضرة وإن الله مستخلفكم فيها فينظر كيف تعملون) رواه مسلم
“Sesungguhnya dunia ini manis dan hijau dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian khalifah-Nya di dunia ini lalu Ia akan melihat bagaimana kalian beramal”Harapan dan keinginan manusia untuk meraih keindahan dunia karena itu merupakan fitrahnya yang diakui oleh Allah. Allah berfirman:
(زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَاْلأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللهُ عِندَهُ حُسْنُ الْمَئَابِ) العمران : 14
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (QS. 3:14)Memang tidak ada menusia yang tidak memiliki harapan dan angan-angan untuk meraih kenikmatan dunia, siapa manusia yang tidak mencintai wanita?, siapa manusia yang tidak mencintai anak-anak sebagai buah hatinya?, siapa manusia yang tidak mencintai harta sebagai sarana penunjang kehidupannya?, hanya orang-orang yang tidak mengertilah yang mengharamkan atas dirinya keindahan dunia ini, karena itu Allah mencela mereka yang bersikap seperti ini, Ia berfirman:
(قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللهِ الَّتِى أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ اْلأَيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ) الأعراف:32
Katakanlah:"Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah di keluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik". Katakanlah:"Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui. (QS. 7:32)Itulah keagungan Islam, agama yang menyatukan antara dunia dan akhirat, karena ia diturunkan oleh sang pencipta manusia yang mengetahui akan ciptaaan-Nya.
Sesungguhnya keindahan dunia ini hanyalah ujian dari Allah, Ia ingin melihat siapakah diantara mereka yang terbaik amalnya dan yang terburuk.
Manusia yang terbaik amalnya adalah yang memahami tentang hakikat kehidupan ini, ia mengerti dunia adalah negeri yang fana tidak kekal, tepat beramal, arena memperbanyak amal baik sebelum ajal tiba dan akhirat adalah tempat yang kekal abadi, saat mendapatkan balasan amal di dunia.
Manusia yang memahami hakikat ini akan menjadikan semua fasilitas kehidupan yang dianugrahkan Allah sebagai bekal untuk akhirat, keindahan dunia tidak dijadikannya sebagai tujuan akhir tetapi sarana menuju tempat yang lebih baik dan abadi, ia hidup di dunia ini seperti orang asing yang tinggal di negeri nan jauh dari negerinya, ia sangat merindukan kampung halamannya dan akan kembali pada suatu hari nanti, tak pernah ia membayangkan untuk hidup membina keluarga di negeri orang lain, tetapi hasil kerja kerasnya yang telah ia curahkan ia tabung untuk kembali ke kampungnya, setiap detik merupakan waktu yang sangat berharga untuk menanam amal di ladang dunia karena ia sadar ajal tidak pernah memberitahukan kapan akan datang, karena ia berada di dalam lingkarannya. Inilah gambaran orang yang terbaik amalnya di dunia yang kelak akan mendapatkan balasan yang baik pula.
Rasulullah saw pernah suatu hari memegang pundak putra Umar bin Khattab ra lalu beliau berpesan:
(كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل)
“Jadilah di dunia ini seperti orang asing atau orang yang sedang melewati jalan”Jadilah di dunia seperti orang asing yang hanya sesaat tinggal di negeri orang lain dan pada suatu saat ia akan kembali ke kampung halamannya atau jadilah di dunia seperti orang yang sedang melewati jalan yang tidak akan tergiur oleh godaan yang akan menghambat perjalannya karena perjalanan yang ia tempuh masih jauh dan panjang. Kalaupun ia berhenti di tengah perjalanannya, ia akan berhenti hanya sesaat untuk menghilangkan keletihannya dan menambah bekalnya setelah itu iapun berangkat kembali meneruskan perjalannya.
Rasulullah saw pernah menggambarkan dirinya dengan dunia ini seperti orang yang sedang berteduh di bawah pohon dalam sebuah perjalanan untuk menghilangkan rasa lelah yang dirasakan dan untuk berlindung dari terik panasnya matahari di bawah rindangnya dedaunan lalu beliau berangkat kembali meneruskan perjalannya setelah ia merasa segar kembali.
Bagi orang yang hatinya tertutup untuk mengerti tentang arti kehidupan ini, ia akan berangan-angan panjang, bercita-cita tinggi dan berharap yang besar untuk meraih seluruh keindahan dunia. Setiap kali ia memperoleh satu kenikmatan, ia ingin memperoleh yang lainnya dan tiap kali ia mendapatkannya ia berharap mendapatkan yang lainnya, hatinya tidak pernah puas dengan satu kenikmatan tetapi terus berusaha mendapatkan yang lebih besar dari yang telah ia miliki.
(لو كان لابن آدم واد من مال لابتغى إليه ثانيا، ولو كان له واديان لابتغى لهما ثالثا ولا يملأ جوف ابن أدم إلا التراب ويتوب الله على من تاب) رواه الشيخان
“Seandainya manusia memiliki harta sebanyak satu telaga ia ingi memiliki dua telaga dan seandainya ia memiliki dua telaga ia ingin memiliki tiga telaga perut manusia hanyalah diisi dengan debu dan Allah akan menerima taubat manusia yang bertaubat kepada-Nya”Bagi manusia yang hatinya tertutup untuk mengerti tentang tujuan hidup ini akan menjadikan dunia dengan segala keindahannya yang mempesona sebagai tujuan hidupnya, ia kumpulkan harta sebanyak-banyaknya seakan ia akan hidup selamanya, jika suatu hari Allah menegurnya dengan musibah yang Ia turunkan, iapun merunduk kepada-Nya memohon pertolongan agar dikeluarkan dari musibah ini lalu Allah menyelamatkannya, setelah itu ia lupa akan janjinya saat ia diselimuti oleh musibah, ia kembali terlena dengan dunia dan membangun angan-angan yang tinggi melayang untuk meraih sebanyak mungkin kenikmatannya
(هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِم بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَاجَآءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَآءَهُمُ الْمَوْجُ مِن كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ دَعَوُا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِين،َ فَلَمَّآ أَنجَاهُمْ إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي اْلأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَنفُسِكُم مَّتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ) يونس:22-23
Dialah yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan keta'atannya kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata):"Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur". (QS. 10:22)Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kamilah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. 10:23)
Ia tidak sadar bahwa sekalipun ia dapat terhindar dari satu musibah ke musibah yang lain ia tidak akan bisa menghindar dari maut dan ajal yang mengelilinginya, sebelum angan-angannya yang jauh tercapai ajal telah mendahuluinya.
(أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُشَيَّدَةٍ...)النساء:78
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…”(QS. 4:78) Harapan manusia memperoleh kenikmatan dan keindahan dunia memang tidak terlarang dalam Islam bahkan sebaliknya mengingkari kenikmatan dunia ini sampai mengharamkannya sangat dicela oleh Allah, karena Ia telah menundukan dunia dan segala isinya untuk kebaikan hidup manusia. Allah berfirman:
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. (QS. 14:32)
dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang". (QS. 14:33)
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya.Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu dapat menhinggakannya.Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). (QS. 14:34)
Betapa banyak kenikmatan dunia yang ia tundukan untuk manusia demi kebaikan hidupnya, semua itu sesungguhnya adalah ujian untuk menyeleksi mana manusia yang memanfaatkan secara baik semua kenikmatan ini dan menjadikannya sebagai sarana untuk kehidupannya yang hakiki dan mana manusia yang terbuai oleh keindahan dunia, terlena oleh kegemerlapan dan manisnya dunia sehingga membuatnya membangun angan-angan yang panjang, harapan yang jauh kedepan dan cita-cita yang melayang untuk meraih semua kenikmatannya, ia lupa akan kampung halamannya yang pasti ia akan kembali ke sana.
Disaat manusia terlena dengan mimpi-mimpinya yang indah hanyalannya yang manis dan angan-angannya yang membuai, tiba-tiba sang maut datang, sang ajal tiba, sang pemutus kenikmatan hadir menghancurkan semua impiannya, mengubur semua angan-angannya, saat itulah ia sadar bahwa apa yang ia lakukan selama ini sia-sia dan ia berharap untuk kembali ke dunia mengulangi kembali perjalan kehidupannya dengan berbuat amal baik.
(حَتَّى إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتَ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ، لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلآ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا وَمِن وَرَآئِهِم بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ) المؤمنون:99-100
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seorang dari mereka, dia berkata:"Ya Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), (QS. 23:99)agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitan. (QS. 23:100)
Harapan, musibah dan ajal merupakan rangkaian kehidupan yang dilalui manusia di dunia ini. Manusia berharap dan bercita-cita tinggi dan melayang melewati garis-garis ajal, namun akhirnya sang ajal mendahulinya sebelum harapannya tercapai.
Beramal sebelum datang tujuh perkara
Rasulullah saw pernah bersabda:
(بادروا بالأعمال سبعا، هل تنتظرون إلا فقرا منسيا، أو غنى مطغيا، أو مرضا مفسدا، أو هرما مفندا، أوموتا مجهزا، أو الدجال، فشر غائب ينتظر، أوالساعة، و الساعة أدهى و أمر)رواه الترذي
“Segeralah beramal sebelum datang tujuh perkara; apakah kalian akan menanti sampai datang kemiskinan yang melupakan, atau kaya yang membuat sombong, atau sakit yang merusak kehidupan, atau tua yang melemahkan kekuatan, atau kematian yang menyegerakan, atau datangnya dajjal, makhluk gaib yang paling buruk dinanti, atau datangnya hari kiamat, hari yang sangat dahsyat dan mengerikan” (HR. Turmizi)Beramal sebelum kemiskinan melilit
Kemiskinan sering membuat orang lupa dengan akhirat, lupa dengan Allah, lupa dengan tujuan hidupnya yang sesungguhnya dan lupa beramal baik untuk masa depannya yang abadi, karena seseorang yang dililit oleh kemiskinan selalu disibukan oleh usahanya mencari makan dan minum untuk menyambung hidupnya, mencari tempat tinggal untuk menaungi dirinya dari siraman hujan dan sengatan terik matahari, mencari pakain untuk menutupi tubuhnya, bahkan karena kemiskinan tanpa keimanan yang kuat dan demi sesuap nasi, seseorang bisa mencuri, merampas harta orang lain seperti yang pernah terjadi pada masa khalifah Umar bin Khatab, seseorang telah mencuri karena miskin, karena miskin seorang wanita yang lemah imannya berani menjual kehormatannya dan karena kemiskianan banyak orang yang terjerumus dalam kekafiran, ia rela menjual agamanya karena tuntutan hidupnya yang sulit sementara ia dijanjikan hidup yang baik dalam agama lain,
karena itulah Rasulullah saw mengatakan: “Kemiskinan hampir menjerumuskan orang dalam kekafiran” dan beliau selalu berlindung kepada Allah dari kekafiran dan kemiskinan.
Kemiskinan memang sangat menyulitkan hidup, namun Allah telah menentukan ada manusia yang kaya dan ada manusia yang miskin sebagai ujian baginya, apakah si kaya bersyukur dengan kekayaannya dan si miskin bersabar dengan kemiskinan. Allah berfirman:
(إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقْدِرُ إِنَّهُ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيرًا بَصِيرًا) الإسراء:30
Sesungguhnya Rabbmu melapangkan rezki kepada siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha melihat akan hambva-hambanya. (QS. 17:30)Segera beramal sebelum kemiskinan melilit hidup manusia itulah yang dipesankan oleh Rasulullah saw, karena ketika manusia memiliki harta yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, banyak sarana dan kesempatan yang dapat digunakan untuk beramal, harta yang dimiliki bisa dibelanjakan di jalan yang benar dengan bersedekah, membantu orang yang tak punya, membayar zakat, menunaikan ibadah haji dan lain-lain.
Dengan kondisi kehidupan yang layak; memiliki makanan dan minuman, pakaian, tempat tinggal dan sarana transfortasi yang layak, seseorang mampu lebih berkonsentrasi dalam beramal tanpa disibukan dengan pikiran mencari sesuap nasi kecuali bagi orang yang tak pernah merasa cukup dalam hidupnya yang terus mencari dan mencari.
http://indahnya-islam15.blogspot.com/2011/09/beramal-selagi-mampu.html
-------------------
Wasiat Berharga Untuk Setiap Muslim
Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa Sallam bersabda: “Jadilah engkau (hidup) di dunia ini seakan-akan seperti orang asing atau orang yang safar (orang yang melakukan perjalanan).”
Ibnu Umar berkata, “Apabila engkau berada di waktu sore maka jangan tunggu waktu pagi dan apabila engkau berada di waktu pagi maka jangan menunggu waktu sore, manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. al-Bukhari no. 6416)
Para pembaca yang berbahagia.
Sungguh, ini merupakan untaian kata yang sangat indah dan ringkas dari Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa Sallam, yang di dalamnya terkandung banyak pelajaran berharga dan akan menjadi pedoman bagi kita semua di dalam menjalani kehidupan dunia.
Orang asing adalah seorang yang tinggal di sebuah negeri yang bukan negeri asalnya karena adanya suatu urusan maka diapun akan bersiap-siap untuk berangkat dari negeri tersebut kapan saja urusannya selesai dan kembali ke negeri asalnya, adapun orang yang safar adalah orang yang sedang melakukan suatu perjalanan yang melewati berbagai negeri dan tidak bermukim pada negeri yang dia lewati sampai dia menyelesaikan perjalanannya. Maka negeri asing dan negeri yang dilewati adalah sebagai permisalan dunia, sementara keberangkatan atau perjalanannya adalah menuju akhirat. Yang demikian ini bisa dilakukan dengan cara mengingat kematian, mengurangi angan-angan dan mempersiapkan diri menuju akhirat dengan melakukan amalan saleh. (Lihat Fathul Qowi al-Matin hal. 131-132)
Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa Sallam memberikan bimbingan dan arahan untuk menjadikan dan menempatkan jiwa pada keadaan seperti orang asing atau orang yang safar. (Lihat Subulus Salam juz 2, hal. 645)
Al-Imam an-Nawawi asy-Syafi’i Rahimahullah mengatakan, “Makna hadits ini adalah janganlah engkau condong kepada dunia, jangan menjadikannya sebagai tempat tinggal yang permanen dan jangan sampai jiwamu membisikkan kepadamu untuk tinggal selama-lamanya di dunia serta jangan sampai engkau bergantung kepadanya sebagaimana orang asing yang tidak bergantung kepada selain negeri asalnya.” (Lihat Fathul Bari juz 11, hal. 234)
Hendaklah seorang mukmin menjadikan kehidupannya di dunia berada pada salah satu dari 2 keadaan: ibarat keadaan orang asing yang tinggal di negeri asing yang kesibukannya hanyalah mempersiapkan bekal untuk kembali ke negeri asalnya (akhirat), atau ibarat keadaan orang yang safar yang tidak memiliki tempat tinggal sama sekali bahkan siang dan malamnya dia gunakan untuk berjalan menuju negeri tujuannya. Oleh karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa Sallam memberikan wasiat kepada sahabat Ibnu Umar RadhiyAllahu ‘Anhuma agar menjadi salah satu dari 2 keadaan dalam menjalani kehidupan dunia. (Lihat Jami’ul Ulum wal Hikam juz 2, hal. 378)
Kehidupan seorang mukmin di dunia hendaklah seperti orang asing yang tidak berkhayal untuk bermukim di negeri yang asing. Hatinya tidaklah bergantung dengan negeri yang asing tersebut akan tetapi hanya bergantung pada negeri yang dia akan kembali padanya. Tinggalnya dia di dunia semata-mata hanyalah dalam rangka mempersiapkan bekal untuk kembali ke negeri asalnya yaitu akhirat. Atau seperti orang yang safar yang terus berjalan menempuh perjalanan hingga mencapai batas akhir perjalanan.
Al-Fudhail bin ‘Iyadh Rahimahullah mengatakan, “Seorang mukmin dalam kehidupan dunia adalah orang yang sedih dan susah, semangatnya adalah sebatas mempersiapkan perbekalan.” (Lihat Jami’ul Ulum wal Hikam juz 2, hal. 378-379)
Dan barangsiapa yang keadaannya demikian ketika di dunia, maka tidaklah dia bersemangat kecuali semata-mata dalam rangka mempersiapkan bekal yang bermanfaat ketika dia kembali ke negeri asalnya. Maka dia pun tidak akan bersaing dengan penduduk negeri yang dia tinggal terasing di negeri tersebut dalam rangka memperebutkan kedudukan. Demikian pula tidaklah dia bersedih dikarenakan kerendahan dirinya dihadapan mereka.
Al-Hasan al-Bashri Rahimahullah berkata, “Seorang mukmin adalah ibarat orang asing, tidaklah dia bersedih dikarenakan rendah kedudukannya di kalangan mereka dan dia pun tidak akan ikut bersaing di dalam memperebutkan kedudukan. Dia memiliki kepentingan sendiri sementara orang lain pun memiliki kepentingan sendiri.” (LihatJami’ul Ulum wal Hikam juz 2, hal. 379)
‘Atha as-Sulaimi Rahimahullah berkata dalam doanya: “Ya Allah rahmatilah keasinganku dalam kehidupan dunia, dan rahmatilah kesendirianku dalam kehidupan alam kubur serta rahmatilah tempat berpijakku kelak tatkala berada di hadapan-Mu.” (Lihat Jami’ul Ulum wal Hikam juz 2, hal. 379)
Setelah mendengar wasiat Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa Sallam, Ibnu Umar RadhiyAllahu ‘Anhuma pun memberikan 2 wasiat:
1. Apabila engkau berada di waktu sore maka jangan menunggu waktu pagi dan apabila engkau berada di waktu pagi maka jangan menunggu waktu sore.
2. Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.
Pendekkanlah Angan-Anganmu
Wasiat pertama yaitu “apabila engkau berada di waktu sore maka jangan menunggu waktu pagi” maksudnya adalah segeralah engkau beramal sebelum datang waktu pagi dan jangan katakan aku akan beramal besok saja karena bisa jadi engkau akan meninggal dunia sebelum datang waktu pagi. Demikian pula “apabila engkau berada di waktu pagi maka jangan menunggu waktu sore” maksudnya adalah beramallah dan persiapkan bekal berupa amal saleh karena bisa jadi engkau akan meninggal dunia sebelum datang waktu sore. (Lihat Syarh al-’Arba’in lil ‘Utsaiminv hal. 391)
Al-Imam Ibnu Rajab al-Hanbali Rahimahullah mengatakan, “Hadits ini berisi anjuran untuk memendekkan angan-angan dalam kehidupan dunia. Dan tidak pantas bagi seorang mukmin untuk menjadikan dunia sebagai tempat tinggal permanen yang dia merasa nyaman di dalamnya. Akan tetapi hendaknya seorang mukmin di dalam menjalani kehidupan dunia ini ibarat seorang musafir yang mempersiapkan perbekalan untuk melanjutkan perjalanan berikutnya.” (Lihat Jami’ul Ulum wal Hikam juz 2, hal. 377)
Maka janganlah kalian –wahai saudaraku- menunda-nunda untuk beramal, apabila berada di waktu pagi maka jangan menunggu datangnya waktu sore atau apabila berada di waktu sore maka jangan menunggu datangnya waktu pagi. Betapa banyak orang yang masih hidup di waktu pagi namun tidak mendapati lagi waktu sore, sebaliknya betapa banyak orang yang masih hidup di waktu sore namun tidak mendapati lagi waktu pagi. Betapa banyak orang yang memakai pakaian namun tidaklah sempat dia melepaskannya kecuali orang yang memandikan jenazahnya. Betapa banyak orang yang pergi dari keluarganya dalam keadaan keluarganya telah mempersiapkan makan siang dan makan malamnya namun dia belum sempat memakannya. Betapa banyak orang yang tidur namun dia tidak sempat bangun dari peraduannya. Sehingga tidak boleh bagi seseorang untuk panjang angan-angan. (Lihat Syarh Riyadhush Shalihin lil ‘Utsaiminv juz 3, hal 458)
Manfaatkanlah Waktu Luangmu
Wasiat kedua yaitu “manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu” maksudnya adalah sebagai seorang muslim hendaklah bersegera untuk beramal saleh kapanpun dia mampu untuk melakukannya yaitu tatkala dia dalam kondisi sehat sebelum datangnya penghalang seperti sakit dan usia senja dan hendaklah mengisi umur kehidupannya dengan amal-amal saleh sebelum datangnya kematian secara tiba-tiba maka ia pun akan berpindah dari negeri amalan (dunia) menuju negeri pembalasan (akhirat). (Lihat Fathul Qowi al-Matin hal. 132-133)
Maka hendaklah diri kita untuk bersegera melakukan amal-amal saleh sebelum datangnya beberapa perkara yang akan menghalangi untuk beramal saleh seperti sakit, kematian atau munculnya tanda-tanda kiamat besar yang ketika itu tidaklah akan diterima amalan seorang hamba. Dan kapan saja datang penghalang yang menghalangi diri seseorang dengan amalannya, maka tidak ada lagi yang tersisa baginya kecuali kerugian dan penyesalan dalam hatinya, dan diapun akan berangan-angan untuk kembali kepada keadaan yang dia bisa melakukan amalan. Namun sayang, angan-angannya tidak bermanfaat sedikitpun.
Sebagaimana keadaan orang-orang kafir tatkala kematian datang menjemput:
“(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Wahai Rabbku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak, sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan.” (QS. al-Mukminun: 99-100)
Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa Sallam memberikan wasiat,
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ
“Ada 2 nikmat yang kebanyakan manusia tertipu dengannya yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. al-Bukhari no. 6412)
Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa Sallam pernah memberikan wasiat kepada seorang pemuda, “Gunakanlah 5 kesempatan sebelum datangnya 5 penghalang: masa mudamu sebelum datang masa tuamu, masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu, masa kayamu sebelum datang kemiskinanmu, waktu luangmu sebelum datang kesibukanmu dan masa hidupmu sebelum datang kematianmu.” (HR. al-Hakim no. 7846, Shahihul Jami’ no. 1077)
Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa Sallam juga pernah berwasiat,
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ سِتًّا: طُلُوعَ الشَّمْسِ مِنْ مَغْرِبِهَا، أَوِ الدُّخَانَ، أَوِ الدَّجَّالَ، أَوِ الدَّابَّةَ، أَوْ خَاصَّةَ أَحَدِكُمْ أَوْ أَمْرَ الْعَامَّةِ
“Bersegeralah beramal sebelum datangnya 6 perkara: terbitnya matahari dari arah barat, munculnya asap, munculnya hewan yang bisa berbicara, kematian dan hari kiamat.” (HR. Muslim no. 2947)
Sufyan ats-Tsauri Rahimahullah berkata, “Apabila matahari telah terbit dari barat maka para malaikat akan menutup buku-buku catatannya dan meletakkan pena-penanya.” (Lihat Jami’ul Ulum wal Hikam juz 2, hal. 390)
Sa’id bin Jubair Rahimahullah berkata, “Setiap hari dari kehidupan seorang mukmin maka itu adalah keuntungan baginya.” (Lihat Jami’ul Ulum wal Hikam, juz 2, hal. 391)
Asy-Syaikh al-’Utsaimin Rahimahullah berkata, “Sepantasnya bagi seorang yang berakal, selama dia masih hidup dan diberi kesehatan hendaklah bersemangat untuk beramal sebelum kematian datang menjemput maka akan terputuslah amalannya.” (Lihat Syarh al-’Arbai’in lil ‘Utsaimin hal. 393)
Wallahu a’lam bish shawab.
Penulis: Ustadz Muhammad RifqiSumberhttp://pemilik2cahaya.blogspot.com/2014/06/wasiat-berharga-untuk-setiap-muslim.html
-------------------
--------------
Dengan adanya keimanan yang tertanam dalam hati, manusia akan mengakui kekurangan dan kelemahan dirinya dihadapan Allah sehingga tidak sempat menyombongkan diri. Bahkan manusia akan selalu merendahkan diri, memohon petunjuk dan menerima kritik dari orang lain.
Sehingga bersihlah jiwanya baik dalam berperilaku maupun dalam beramal zariyah yang pada akhirnya makin meningkatlah rasa taqwanya pada Allah.
Sumber Artikel (wisatapedia.web.id)
Sumber Gambar (dari berbagai sumber)
---------------
Sumber asli ;
https://granadamediatama.wordpress.com/poster/penciptaan-alam-semesta-dalam-al-quran-dan-sains/
Bila anda akan meng-copy atau memperbanyak bahasan artikel ini, seyogyanya anda tetap mencantumkan sumber pada Sumber asli dan bahan tulisan di atas.
Demikian artikel tentang Segeralah beramal sebelum datangnya 6 perkara
Semoga bisa menjadi hiburan dan terutama menambah wawasan anda ...
Kembali ke Halaman Utama >>>>
Pemikiran dan Pandangan Modern Dalam ARTIKEL AKHIR ZAMAN
I Hope you like the post. Stay connected for more...
Edit; wawansurya
Sumber utama bahasan;
http://wawansurya.de.vu
http://wawansurya.tk
http://wawansurya.infos.st
http://wwbisnis.blogspot.com
www.affiliate-waones.com
http://waones-sbm.blogspot.com
http://mitra-sbm.blogspot.com
merchant
Tidak ada komentar:
Posting Komentar