Literatur Modernisasi Dalam Perspektif Islam
Disunting Dari waones articles
Judul Asli : Hadits Mutawatir Berkenaan Munculnya Al-Mahdi
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Hai? Apa kabar? Semoga dalam keadaan sehat wal'afiat yahh.. :WA kali ini tidak akan memposting Artikel yang berhubungan dengan Posting dan Gambar Porno :) tetapi WA akan mencoba menshare tentang bahasan mengenai ARTIKEL AKHIR ZAMAN yang disunting dari berbagai sumber dan sumber utama.
Pada pembahasan yang lalu, waones articles telah menyinggung bahasan mengenai Global Warming dan Keluarnya Dajjal Bag.2, dan bila anda ingin membaca artikel lainnya yang berhubungan dengan artikel Akhir Zaman, silahkan klik Open dibawah ini dan Klik pada Link judul artikel tersebut.
Selamat membaca !!!
-------------
Klik Open >>>
=========================
--------------------
Edisi Akhir Zaman
-------------
Hadits Mutawatir Berkenaan Munculnya Al-Mahdi
Riwayat-riwayat yang sampai kepada kita berkenaan dengan Al-Mahdi telah mencapai jumlah minimal riwayat mutawatir yang memberi faidah ilmu yakin sehingga tidak boleh diragukan.
Apa yang dinyatakan oleh Ibnu Qudamah tepat untuk riwayat-riwayat berkenaan dengan Al-Mahdi. Banyak sekali riwayat berkenaan dengannya, lebih dari 80 riwayat yang musnad (bersanad); ada yang shahîh, ada yang hasan, dan ada pula yang dha’if.
Para hafizh dan ahli ilmu telah menyebutkan kemutawatiran kabar tentang Al-Mahdi. Di antara mereka adalah: Al-Hafizh Abu Al-Hasan Al-Aburi (wafat th. 363 H.), Imam Al-Qurthubi penulis tafsir (wafat th. 671 H.), Al-Hafizh As-Sakhawi (wafat th. 902 H.), Al-Allamah As-Sifaraini (wafat th. 1188 H.), Syaikh Muhammad Al-Barzanji (wafat th. 1103 H.), Al-Allamah Asy-Syaukani (wafat th. 1250 H.), Al-Allamah Shiddiq Hasan Al-Qanwaji Al-Bukhari (wafat th. 1307 H.), dan Syaikh Muhammad Ja’far Al-Kattani (wafat th. 1345 H.).
Inilah pernyataan mereka:
1. Di dalam tafsirnya, Imam Al-Qurthubi menulis, “Kabar-kabar yang shahîh telah sampai ke derajat mutawatir berkenaan dengan bahwa Al-Mahdi adalah dari keturunan Rasulullah saw.”
2. Al-Hafizh Abu Al-Hasan Al-Aburi berkata, “Kabar-kabar telah mutawatir dan mustafidh (banyak, berlimpah) dengan banyaknya periwayat dari Al-Mushthafa saw, bahwa Al-Mahdi akan muncul, bahwa dia termasuk Ahlulbait, dan bahwa dia akan memenuhi bumi dengan keadilan. Juga, bahwa dia akan muncul bersama Isa as dan bekerja sama dengan beliau untuk membinasakan Dajjal di pintu Ludd, suatu tempat di Palestina, juga bahwa dia akan mengimami umat ini dan Isa mengerjakan shalat di belakangnya.”
Beliau adalah orang pertama yang menyatakan kemutawatiran kabar munculnya Al-Mahdi sejauh yang kami tahu. Banyak ahli ilmu yang telah menyitir perkataan beliau. Di antara mereka adalah Imam Al-Qurthubi dalam At-Tadzkirah, Al-Mizzi dalam Tahdzîb Al-Kamâl, Ibnul Qayyim dalam Al-Manâr Al-Munîf, Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fath Al-Bârî, As-Sakhawi dalam Fath Al-Mughîts, As-Suyuthi dalam Akhbâr Al-Mahdi, Al-Allamah Mar’i bin Yusuf dalam kitab beliau Fawâ’id Al-Fikri fî Zhuhûr Al-Mahdiyyi Al-Muntazhar, dan Ibnu Hajar Al-Haitami dalam dalam Ash-Shawâ’iq Al-Muhriqah. Mereka tidak mengomentari pernyataan beliau baik berupa kritikan atau pun sesuatu yang menunjukkan ketidakridhaan.
3. Al-Hafizh Syamsuddin As-Sakhawi.
Muhammad bin Ja’far Al-Kattani berkata, “Tidak hanya satu orang yang menyitir pernyataan Al-Hafizh As-Sakhawi bahwa kabar tentang Al-Mahdi mutawatir. As-Sakhawi menyebut hal itu dalam Fath Al-Mughîts”.
4. Syaikh Muhammad Al-Barzanji. Beliau berkata, “Akhir dari kabar-kabar yang shahîh, sharih, banyak, dan masyhur yang sampai ke derajat mutawatir maknawi adalah bahwa tanda-tanda hari Kiamat yang besar itu ada; di antaranya -bahkan yang pertama- adalah kemunculan Al-Mahdi”.
5. Al-Allamah As-Sifaraini berkata, “Banyak sekali riwayat tentang kemunculan Al-Mahdi yang telah sampai ke batas mutawatir maknawi dan hal itu telah tersebar di kalangan ulama sunnah dan terhitung sebagai salah satu akidah mereka.”
6. Al-Allamah Al-Qadhi Muhammad bin Ali Asy-Syaukani berkata, Di antara hadits-hadits tentang Al-Mahdi ada 50-an hadits yang bisa dijadikan pijakan. Di antaranya ada yang shahîh, hasan, dan dha’if yang tertolak. Hadits-hadits ini mutawatir tanpa diragukan lagi. Bahkan, istilah mutawatir mana pun yang ada dalam ilmu ushul, semua sesuai dengan keadaan hadits tentang Al-Mahdi ini.”
Beliau juga berkata, “Maka tetaplah bahwa hadits-hadits yang menyebut tentang Al-Mahdi Al-Muntazhar adalah mutawatir; hadits-hadits yang menyebut tentang Dajjal, mutawatir; dan hadits-hadits yang menyebut tentang Isa bin Maryam pun mutawatir.”
7. Syaikh Shiddiq Hasan A-Qanwaji Al-Bukhari berkata, “Hadits-hadits yang datang berkenaan dengannya -Al-Mahdi- dengan riwayat yang berbeda-beda banyak sekali; telah sampai ke batas tawatur. Itu semua di dalam Sunan, dan yang lainnya di dalam Mu’jam dan Musnad.”
Juga, “Perkara Al-Mahdi masyhur di kalangan seluruh umat Islam dari masa ke masa. Di akhir zaman kelak pasti muncul seseorang dari kalangan Ahlulbait Nabi yang akan mengokohkan agama dan menebar keadilan. Dia akan diikuti oleh seluruh umat Islam dan berkuasa atas seluruh kerajaan Islam. Namanya adalah Al-Mahdi.”
Beliau juga berkata, “Maka keraguan berkenaan dengan keturunan Fathimah yang dijanjikan dan dinanti-nanti dan ditegaskan oleh banyak dalil itu tidak bermakna. Bahkan, mengingkarinya sama juga dengan kelancangan yang besar terhadap nash-nash yang mustafidh dan masyhur yang mencapai batas mutawatir.”
8. Syaikh Muhammad bin Ja’far Al-Kattani berkata, “Walhasil, hadits-hadits yang datang berkenaan dengan Al-Mahdi Al-Muntazhar adalah mutawatir. Demikian pula yang datang berkenaan dengan Dajjal dan Sayyiduna Isa bin Maryam as.”
9. Al-Allamah ‘Abdul ’Aziz bin ‘Abdullah bin Baz berkata, “Perkara Al-Mahdi adalah perkara yang maklum. Hadits-hadits yang membahasnya mustafîdh, bahkan mutawatir dan saling menguatkan.”
Beliau juga berkata, “Hadits-hafits itu -sesungguhnya- menunjukkan bahwa sosok yang dijanjikan itu, perkaranya jelas dan kemunculannya benar adanya. Dia adalah Muhammad bin Abdullah Al-Hasani; salah seorang keturunan Hasan bin Ali bin Abu Thalib -semoga Allah merahmati mereka semua-. Keberadaan imam ini adalah salah satu rahmat Allah bagi umat ini di akhir zaman. Dia akan muncul, menegakkan keadilan dan kebenaran, mencegah kezhaliman dan laku durjana, dan dengannya Allah akan mengibarkan panji-panji kebaikan atas umat sebagai sebentuk keadilan, hidayah, taufik, dan irsyad bagi manusia.”
https://granadamediatama.wordpress.com/arsip/hadits-mutawatir-berkenaan-munculnya-al-mahdi/
---------------------------
Pasal Pertama : Kemutawatiran Hadits-Hadits Tentang al-Mahdi
Oleh
Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil
5. Kemutawatiran Hadits-Hadits Tentang al-Mahdi
Hadits-hadits yang telah kami sebutkan sebelumnya juga yang tidak kami nukil pada pembahasan ini -khawatir terlalu panjang- menunjukkan bahwa hadits-hadits yang menerangkan al-Mahdi memiliki derajat mutawatir ma’nawi (mutawatir secara makna) dan hal itu telah dinyatakan oleh para imam. Pada kesempatan ini kami akan menyebutkan sebagian pernyataan mereka.
a. Al-Hafizh Abul Hasan al-Abari berkata, “Khabar-khabar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang al-Mahdi telah mencapai derajat mutawatir, sesungguhnya dia dari kalangan Ahlul Bait. Dia berkuasa selama tujuh tahun, memenuhi bumi dengan keadilan, dan Nabi ‘Isa Alaihissallam akan turun lalu membantunya untuk membunuh Dajjal. Dia (al-Mahdi) mengimami shalat umat Islam, dan Nabi ‘Isa shalat di belakangnya.” [1]
b. Muhammad al-Barzanzi rahimahullah[2] dalam kitabnya al-Isyaa’ah li Asyraathis Saa’ah berkata, “Bab ketiga tentang tanda-tanda besar Kiamat yang ber-lanjut dengan kedatangan Kiamat, dan hal itu banyak sekali, di antaranya adalah al-Mahdi, sebagai tanda yang pertama. Dan ketahuilah bahwa hadits-hadits yang menjelaskannya dengan berbagai redaksi yang berbeda hampir-hampir tidak tidak dapat dihitung.”[3]
Beliau pun berkata, “Engkau telah mengetahui tentang hadits-hadits yang menjelaskan akan keluarnya al-Mahdi, dan sesungguhnya beliau dari keturunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari putera Fathimah di mana telah mencapai batasan mutawatir ma’nawi, (mutawatir secara makna). Maka tidak ada alasan lagi untuk mengingkarinya.”[4]
c. Al-‘Allamah Muhammad as-Safarini rahimahullah [5] berkata, “Telah banyak riwayat yang menerangkan keluarnya -al-Mahdi-, hingga mencapai derajat mutawatir secara makna. Dan hal itu telah tersebar di antara para ulama Sunnah, sehingga diperhitungkan sebagai prinsip ‘aqidah mereka.”
Kemudian beliau menuturkan beberapa hadits juga atsar yang menjelaskan keluarnya al-Mahdi, dan nama sebagian Sahabat yang meriwayatkannya, lalu beliau berkata, “Telah diriwayatkan dari kalangan Sahabat yang telah disebutkan namanya dan yang tidak disebutkan Radhiyallahu anhum dengan beberapa riwayat yang beragam, juga dari para Tabi’in setelah mereka. Semuanya memberikan faidah adanya ilmu yang qath’i (pasti), maka beriman akan keluarnya al-Mahdi adalah wajib sebagaimana ditetapkan oleh para ulama, dan dibukukan dalam ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah.”[6]
d. Imam asy-Syaukani rahimahullah berkata, “Hadits-hadits mutawatir tentang kedatangan al-Mahdi al-Muntazhar yang mungkin dijadikan sebagai landasan, ada lima puluh hadits. Di antaranya ada yang shahih, hasan, dan dha’if yang mencapai puluhan, maka semuanya tidak diragukan dan tanpa ada kesamaran merupakan hadits mutawatir, bahkan dianggap tepat mensifati dengan mutawatir beberapa riwayat yang kurang dari jumlah lima puluh riwayat berdasarkan semua istilah yang ada dalam ilmu hadits. Adapun atsar para Sahabat yang menjelaskan kedatangan al-Mahdi, maka hal itu banyak sekali, semuanya memiliki hukum marfu’, karena tidak ada ruang ijtihad dalam masalah seperti ini.”[7]
e. Shiddiq Hasan rahimahullah [8] berkata, “Hadits-hadits yang ada tentang -al-Mahdi- dengan riwayatnya yang beragam adalah sangat banyak, mencapai derajat mutawatir. Hadits-hadits tersebut ada di dalam kitab-kitab as-Sunan juga kitab-kitab Islam lainnya berupa kitab-kitab Mu’jam dan Musnad.”[9]
f. Syaikh Muhammad bin Ja’far al-Kattani rahimahullah [10] berkata, “Kesimpulannya bahwa hadits-hadits yang menerangkan tentang al-Mahdi al-Muntazhar adalah mutawatir, demikian pula yang menjelaskan tentang Dajjal dan yang menjelaskan tentang turunnya Nabi ‘Isa bin Maryam.”[11]
6. Beberapa Ulama yang Menulis Kitab Khusus Tentang al-Mahdi
Selain kitab-kitab hadits yang masyhur, seperti Sunan yang empat juga kitab-kitab Musnad, seperti Musnad Ahmad, Musnad al-Bazzar, Musnad Abu Ya’la, Musnad al-Harits bin Abi Usamah, Mustadrak al-Hakim, Mushannaf Ibni Abi Syaibah, Shahiih Ibni Khuzaimah, dan selainnya yang di dalamnya menjelaskan al-Mahdi. Sekelompok ulama telah menulis tentang al-Mahdi al-Muntazhar secara khusus di dalam beberapa karya tulis yang di dalamnya menuturkan beberapa hadits tentangnya, di antara karya tulis tersebut adalah:
a. Al-Hafizh Abu Bakar bin Abi Khaitsamah rahimahullah[12] mengumpulkan be-berapa hadits tentang al-Mahdi, sebagaimana hal itu diungkapkan oleh Ibnu Khaldun dalam Muqaddimahnya yang dinukil dari as-Suhaili.[13]
b. As-Suyuthi menulis satu juz dengan judul al-‘Urful Wardi fi Akhbaaril Mahdi dicetak bersama kitab al-Haawi lil Fataawaa'.[14]
c. Al-Hafizh Ibnu Katsir menyebutkan di dalam kitabnya an-Nihaayah/ al-Fitan wal Malaahim, beliau menulis satu juz khusus tentang al-Mahdi.[15]
d. Demikian pula ‘Ali al-Muttaqa al-Hindi rahimahullah[16] memiliki satu risalah khu-sus tentang hal ihwal al-Mahdi.[17]
e. Ibnu Hajar al-Makki rahimahullah [18] memiliki sebuah karya tulis yang diberi judul al-Qaulul Mukhtashar fii ‘Alaamatil Mahdi al-Muntazhar.[19]
f. Al-Mulla ‘Ali al-Qari rahimahullah [20] menulis sebuah buku yang diberi judul al-Masyrabul Wardi fii Madzhabil Mahdi.[21]
g. Mar’i bin Yusuf al-Hanbali rahimahullah [22] menulis kitab Fawaa-idul Fikr fii Zhu-huuril Muntazhar.[23]
h. Asy-Syaukani rahimahullah menulis sebuah kitab dengan judul at-Taudhiih fii Tawaaturi maa Jaa-a fil Mahdil Muntazhar wad Dajjal wal Masiih.[24]
Shiddiq Hasan berkata, “Sayyid al-‘Allamah Badrul Millah al-Munir Muhammad bin Isma’il al-Amir al-Yamani rahimahullah [25] telah mengumpulkan hadits-hadits yang menunjukkan keluarnya al-Mahdi dari keluarga Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan dia akan muncul pada akhir zaman.”[26]
[Disalin dari kitab Asyraathus Saa'ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1]. Tahdziibul Kamaal fii Asmaa-ir Rijaal (III/1194), karya Abul Hajjaj Yusuf al-Mazzi, tulisan yang dicopy dari tulisan tangan Darul Kitab al-Mishriyyah, al-Manaarul Muniif (hal. 142), tahqiq ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah, Fat-hul Baari (VI/493-494), al-Haawi lil Fataawaa' di dalam juz al-‘Urful Wardi fi Akhbaaril Mahdi (II/85-86). Dan lihat pula kitab Aqiidatu Ahlis Sunnah wal Atsar fil Mahdil Muntazhar (hal. 171-172), karya Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad.
[2]. Beliau adalah Syaikh Muhammad bin ‘Abdirrasul bin ‘Abdissayyid al-Hasani al-Barzanzi, salah seorang ahli fiqih madzhab asy-Syafi’i, beliau memiliki keilmuan di bidang tafsir dan sastra, me-lakukan perjalanan ke Baghdad, Damaskus dan Mesir. Beliau menetap di Madinah, belajar, dan wafat di sana pada tahun 1103 H. Beliau memiliki beberapa karya tulis t.
Lihat al-A’laam, karya az-Zarkali (VI/203-204).
[3]. Al-Isyaa’ah (hal. 87).
[4]. Al-Isyaa’ah (hal. 112).
[5]. Beliau adalah al-‘Allamah Muhammad Salim as-Safarini, seorang ulama hadits, ushul fiqh dan sastra, juga seorang muhaqqiq. Dilahirkan di Safarin, perkampungan di Nablus. Beliau memiliki beberapa karya tulis, beliau memiliki sebuah mauzhumah (kumpulan sya’ir) tentang ‘aqidah juga syarahnya (penjelasannya) yang diberi nama Lawaami’ atau Lawaamih al-Anwaaril Bahiyyah wa Sawaati’il Asraar al-Atsariyyah al-Mudhii-ah li Syarhid Durratil Mudhii-ah fii ‘Uqdatil Firqatil Mardhiyyah, beliau menulis kitab Ghidaa-ul Albaab Syarh Manzhuumatul Aadaab dan kitab Nafatsaat Shadril Makmad juga Qurratu ‘Ainil Mas’ad Syarh Tsulaatsiyyat al-Imam Ahmad juga yang lainnya. Beliau t wafat pada tahun 1118 H di Nablus.
Lihat biografinya dalam kitab al-A’laam, karya az-Zarkali (VI/14).
[6]. Lawaami’ul Anwaaril Bahiyyah (II/84), dan lihat kitab ‘Aqiidatu Ahlis Sunnah wal Atsar (hal. 174).
[7]. Dari risalah asy-Syaukani yang diberi judul at-Taudhiih fii Tawaaturi ma Jaa-a fil Mahdi al-Muntazhar wad Dajjal wal Masiih, diungkapkan oleh Shiddiq Hasan Khan dalam kitabnya al-Idzaa’ah (hal. 113-114), al-Kattani juga menukil hal itu dari asy-Syaukani dalam kitabnya Nazhmul Mutanaatsir minal Hadiitsil Mutawaatir (hal. 145-146). Lihat pula kitab ‘Aqiidatu Ahlis Sunnah wal Atsar fil Mahdil Muntazhar (hal. 173-174).
[8]. Beliau adalah al-‘Allamah Muhammad Shiddiq Khan bin Hasan al-Husaini al-Bukhari al-Qanuji, pemilik beberapa karya tulis di bidang tafsir, hadits, fiqih dan ushul. Singgah di Bahwabal, menikah dengan ratunya di sana, dan wafat pada tahun 1307 H rahimahullah. Lihat al-A’laam (VI/167-168), karya az-Zarkali.
[9]. Al-Idzaa’ah limaa Kaana wamaa Yakuunu bainai Yadayis Saa’ah (hal. 112).
[10]. Beliau adalah Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ja’far bin Idris al-Kattani al-Hasani al-Farisi, seorang pakar sejarah, ahli hadits yang dilahirkan di Persia, melakukan perjalanan ke Hijaz dan Damaskus, kemudian kembali ke Maghrib dan wafat di Faas t pada tahun 1345 H. Beliau memiliki banyak karya tulis.
Lihat al-A’laam (VI/72-73).
[11]. Nazhmul Mutanaatsir minal Hadiitsil Mutawaatir (hal. 147), karya Syaikh Muhammad bin Ja’far al-Kattani.
[12]. Beliau adalah al-Hafizh al-Kabir Abu Bakar Ahmad bin Abi Khaitsamah. Ayahnya adalah Zuhair bin Harb, seorang hafizh dan salah seorang guru Imam Muslim. Abu Bakar mengambil ilmu dari Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Ma’in, beliau juga seorang periwayat tentang adab. Beliau memiliki kitab at-Taarikhul Kabiir, adz-Dzahabi berkata tentangnya, “Aku tidak mengenal orang yang lebih banyak ilmu daripadanya,” wafat pada tahun 279 H rahimahullah.
Lihat Siyar A’laamin Nubalaa' (XI/492-493), Tadzkiratul Huffaazh (II/596), dan Thabaqaat al-Hanaabilah (I/44).
[13]. Lihat Taariikh Ibni Khaldun, Muqaddimah (hal. 556).
[14]. Al-Haawi lil Fataawaa' (II/57).
[15]. An-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim (I/30) tahqiq Dr. Thaha Zaini.
[16]. Beliau adalah ‘Ali bin Husamuddin al-Hindi. Beliau adalah salah seorang yang menyibukkan dirinya dengan hadits, tinggal di Makkah dan wafat pada tahun 975 H rahimahullah. Lihat Syadzaaratudz Dzahab (VIII/379), dan al-A’laam (IV/271).
[17]. Lihat al-Isyaa’ah li Asyraathis Saa’ah (hal. 121).
[18]. Beliau adalah Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin ‘Ali bin Hajar al-Haitsami, seorang ahli fiqih madzhab Syafi’i, penulis beberapa karya tulis, wafat di Makkah pada tahun 973 H, ada juga yang mengatakan pada tahun 984 H rahimahullah. Lihat Syadzaaratudz Dzahab (VIII/370), dan al-A’laam (I/234).
[19]. Lihat al-Isyaa’ah (hal. 105), Lawaami’ul Anwaar (II/72), dan Risaalah ‘Abdil ‘Alim fil Mahdi (hal. 43).
[20]. Beliau adalah ‘Ali bin Sulthan Muhammad Nuruddin al-Harawi. Ahli fiqih madzhab Hanafi. Tinggal di Makkah dan wafat di sana pada tahun 1014 H rahimahullah. Beliau memiliki beberapa karya tulis. Lihat al-A’laam (V/12).
[21]. Al-Isyaa’ah (hal. 113).
[22]. Beliau adalah Mar’i bin Yusuf al-Kirmi al-Maqdisi, seorang ahli sejarah dan pembesar ahli fiqih. Beliau memiliki karya tulis kurang lebih tujuh puluh kitab. Wafat di Kairo pada tahun 1033 H rahimahullah. Lihat al-A’laam (VII/203).
[23]. Lawaami’ul Anwaar (II/76), dan al-Idzaa’ah (hal. 147-148).
[24]. Lihat al-Idzaa’ah (hal. 113).
[25]. Beliau adalah Muhammad bin Isma’il bin Shalah bin Muhammad al-Hasani al-Kahlani kemudian ash-Shan’ani, penulis kitab Subulus Salaam Syarh Buluughil Maraam. Beliau memiliki beberapa karya tulis, wafat di Shan’a pada tahun 1182 H rahimahullah. Lihat al-A’laam (VI/38).
[26]. Al-Idzaa’ah (hal. 114).
Dr. Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil
5. Kemutawatiran Hadits-Hadits Tentang al-Mahdi
Hadits-hadits yang telah kami sebutkan sebelumnya juga yang tidak kami nukil pada pembahasan ini -khawatir terlalu panjang- menunjukkan bahwa hadits-hadits yang menerangkan al-Mahdi memiliki derajat mutawatir ma’nawi (mutawatir secara makna) dan hal itu telah dinyatakan oleh para imam. Pada kesempatan ini kami akan menyebutkan sebagian pernyataan mereka.
a. Al-Hafizh Abul Hasan al-Abari berkata, “Khabar-khabar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang al-Mahdi telah mencapai derajat mutawatir, sesungguhnya dia dari kalangan Ahlul Bait. Dia berkuasa selama tujuh tahun, memenuhi bumi dengan keadilan, dan Nabi ‘Isa Alaihissallam akan turun lalu membantunya untuk membunuh Dajjal. Dia (al-Mahdi) mengimami shalat umat Islam, dan Nabi ‘Isa shalat di belakangnya.” [1]
b. Muhammad al-Barzanzi rahimahullah[2] dalam kitabnya al-Isyaa’ah li Asyraathis Saa’ah berkata, “Bab ketiga tentang tanda-tanda besar Kiamat yang ber-lanjut dengan kedatangan Kiamat, dan hal itu banyak sekali, di antaranya adalah al-Mahdi, sebagai tanda yang pertama. Dan ketahuilah bahwa hadits-hadits yang menjelaskannya dengan berbagai redaksi yang berbeda hampir-hampir tidak tidak dapat dihitung.”[3]
Beliau pun berkata, “Engkau telah mengetahui tentang hadits-hadits yang menjelaskan akan keluarnya al-Mahdi, dan sesungguhnya beliau dari keturunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari putera Fathimah di mana telah mencapai batasan mutawatir ma’nawi, (mutawatir secara makna). Maka tidak ada alasan lagi untuk mengingkarinya.”[4]
c. Al-‘Allamah Muhammad as-Safarini rahimahullah [5] berkata, “Telah banyak riwayat yang menerangkan keluarnya -al-Mahdi-, hingga mencapai derajat mutawatir secara makna. Dan hal itu telah tersebar di antara para ulama Sunnah, sehingga diperhitungkan sebagai prinsip ‘aqidah mereka.”
Kemudian beliau menuturkan beberapa hadits juga atsar yang menjelaskan keluarnya al-Mahdi, dan nama sebagian Sahabat yang meriwayatkannya, lalu beliau berkata, “Telah diriwayatkan dari kalangan Sahabat yang telah disebutkan namanya dan yang tidak disebutkan Radhiyallahu anhum dengan beberapa riwayat yang beragam, juga dari para Tabi’in setelah mereka. Semuanya memberikan faidah adanya ilmu yang qath’i (pasti), maka beriman akan keluarnya al-Mahdi adalah wajib sebagaimana ditetapkan oleh para ulama, dan dibukukan dalam ‘aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaa’ah.”[6]
d. Imam asy-Syaukani rahimahullah berkata, “Hadits-hadits mutawatir tentang kedatangan al-Mahdi al-Muntazhar yang mungkin dijadikan sebagai landasan, ada lima puluh hadits. Di antaranya ada yang shahih, hasan, dan dha’if yang mencapai puluhan, maka semuanya tidak diragukan dan tanpa ada kesamaran merupakan hadits mutawatir, bahkan dianggap tepat mensifati dengan mutawatir beberapa riwayat yang kurang dari jumlah lima puluh riwayat berdasarkan semua istilah yang ada dalam ilmu hadits. Adapun atsar para Sahabat yang menjelaskan kedatangan al-Mahdi, maka hal itu banyak sekali, semuanya memiliki hukum marfu’, karena tidak ada ruang ijtihad dalam masalah seperti ini.”[7]
e. Shiddiq Hasan rahimahullah [8] berkata, “Hadits-hadits yang ada tentang -al-Mahdi- dengan riwayatnya yang beragam adalah sangat banyak, mencapai derajat mutawatir. Hadits-hadits tersebut ada di dalam kitab-kitab as-Sunan juga kitab-kitab Islam lainnya berupa kitab-kitab Mu’jam dan Musnad.”[9]
f. Syaikh Muhammad bin Ja’far al-Kattani rahimahullah [10] berkata, “Kesimpulannya bahwa hadits-hadits yang menerangkan tentang al-Mahdi al-Muntazhar adalah mutawatir, demikian pula yang menjelaskan tentang Dajjal dan yang menjelaskan tentang turunnya Nabi ‘Isa bin Maryam.”[11]
6. Beberapa Ulama yang Menulis Kitab Khusus Tentang al-Mahdi
Selain kitab-kitab hadits yang masyhur, seperti Sunan yang empat juga kitab-kitab Musnad, seperti Musnad Ahmad, Musnad al-Bazzar, Musnad Abu Ya’la, Musnad al-Harits bin Abi Usamah, Mustadrak al-Hakim, Mushannaf Ibni Abi Syaibah, Shahiih Ibni Khuzaimah, dan selainnya yang di dalamnya menjelaskan al-Mahdi. Sekelompok ulama telah menulis tentang al-Mahdi al-Muntazhar secara khusus di dalam beberapa karya tulis yang di dalamnya menuturkan beberapa hadits tentangnya, di antara karya tulis tersebut adalah:
a. Al-Hafizh Abu Bakar bin Abi Khaitsamah rahimahullah[12] mengumpulkan be-berapa hadits tentang al-Mahdi, sebagaimana hal itu diungkapkan oleh Ibnu Khaldun dalam Muqaddimahnya yang dinukil dari as-Suhaili.[13]
b. As-Suyuthi menulis satu juz dengan judul al-‘Urful Wardi fi Akhbaaril Mahdi dicetak bersama kitab al-Haawi lil Fataawaa'.[14]
c. Al-Hafizh Ibnu Katsir menyebutkan di dalam kitabnya an-Nihaayah/ al-Fitan wal Malaahim, beliau menulis satu juz khusus tentang al-Mahdi.[15]
d. Demikian pula ‘Ali al-Muttaqa al-Hindi rahimahullah[16] memiliki satu risalah khu-sus tentang hal ihwal al-Mahdi.[17]
e. Ibnu Hajar al-Makki rahimahullah [18] memiliki sebuah karya tulis yang diberi judul al-Qaulul Mukhtashar fii ‘Alaamatil Mahdi al-Muntazhar.[19]
f. Al-Mulla ‘Ali al-Qari rahimahullah [20] menulis sebuah buku yang diberi judul al-Masyrabul Wardi fii Madzhabil Mahdi.[21]
g. Mar’i bin Yusuf al-Hanbali rahimahullah [22] menulis kitab Fawaa-idul Fikr fii Zhu-huuril Muntazhar.[23]
h. Asy-Syaukani rahimahullah menulis sebuah kitab dengan judul at-Taudhiih fii Tawaaturi maa Jaa-a fil Mahdil Muntazhar wad Dajjal wal Masiih.[24]
Shiddiq Hasan berkata, “Sayyid al-‘Allamah Badrul Millah al-Munir Muhammad bin Isma’il al-Amir al-Yamani rahimahullah [25] telah mengumpulkan hadits-hadits yang menunjukkan keluarnya al-Mahdi dari keluarga Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan dia akan muncul pada akhir zaman.”[26]
[Disalin dari kitab Asyraathus Saa'ah, Penulis Yusuf bin Abdillah bin Yusuf al-Wabil, Daar Ibnil Jauzi, Cetakan Kelima 1415H-1995M, Edisi Indonesia Hari Kiamat Sudah Dekat, Penerjemah Beni Sarbeni, Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]
_______
Footnote
[1]. Tahdziibul Kamaal fii Asmaa-ir Rijaal (III/1194), karya Abul Hajjaj Yusuf al-Mazzi, tulisan yang dicopy dari tulisan tangan Darul Kitab al-Mishriyyah, al-Manaarul Muniif (hal. 142), tahqiq ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah, Fat-hul Baari (VI/493-494), al-Haawi lil Fataawaa' di dalam juz al-‘Urful Wardi fi Akhbaaril Mahdi (II/85-86). Dan lihat pula kitab Aqiidatu Ahlis Sunnah wal Atsar fil Mahdil Muntazhar (hal. 171-172), karya Syaikh ‘Abdul Muhsin al-‘Abbad.
[2]. Beliau adalah Syaikh Muhammad bin ‘Abdirrasul bin ‘Abdissayyid al-Hasani al-Barzanzi, salah seorang ahli fiqih madzhab asy-Syafi’i, beliau memiliki keilmuan di bidang tafsir dan sastra, me-lakukan perjalanan ke Baghdad, Damaskus dan Mesir. Beliau menetap di Madinah, belajar, dan wafat di sana pada tahun 1103 H. Beliau memiliki beberapa karya tulis t.
Lihat al-A’laam, karya az-Zarkali (VI/203-204).
[3]. Al-Isyaa’ah (hal. 87).
[4]. Al-Isyaa’ah (hal. 112).
[5]. Beliau adalah al-‘Allamah Muhammad Salim as-Safarini, seorang ulama hadits, ushul fiqh dan sastra, juga seorang muhaqqiq. Dilahirkan di Safarin, perkampungan di Nablus. Beliau memiliki beberapa karya tulis, beliau memiliki sebuah mauzhumah (kumpulan sya’ir) tentang ‘aqidah juga syarahnya (penjelasannya) yang diberi nama Lawaami’ atau Lawaamih al-Anwaaril Bahiyyah wa Sawaati’il Asraar al-Atsariyyah al-Mudhii-ah li Syarhid Durratil Mudhii-ah fii ‘Uqdatil Firqatil Mardhiyyah, beliau menulis kitab Ghidaa-ul Albaab Syarh Manzhuumatul Aadaab dan kitab Nafatsaat Shadril Makmad juga Qurratu ‘Ainil Mas’ad Syarh Tsulaatsiyyat al-Imam Ahmad juga yang lainnya. Beliau t wafat pada tahun 1118 H di Nablus.
Lihat biografinya dalam kitab al-A’laam, karya az-Zarkali (VI/14).
[6]. Lawaami’ul Anwaaril Bahiyyah (II/84), dan lihat kitab ‘Aqiidatu Ahlis Sunnah wal Atsar (hal. 174).
[7]. Dari risalah asy-Syaukani yang diberi judul at-Taudhiih fii Tawaaturi ma Jaa-a fil Mahdi al-Muntazhar wad Dajjal wal Masiih, diungkapkan oleh Shiddiq Hasan Khan dalam kitabnya al-Idzaa’ah (hal. 113-114), al-Kattani juga menukil hal itu dari asy-Syaukani dalam kitabnya Nazhmul Mutanaatsir minal Hadiitsil Mutawaatir (hal. 145-146). Lihat pula kitab ‘Aqiidatu Ahlis Sunnah wal Atsar fil Mahdil Muntazhar (hal. 173-174).
[8]. Beliau adalah al-‘Allamah Muhammad Shiddiq Khan bin Hasan al-Husaini al-Bukhari al-Qanuji, pemilik beberapa karya tulis di bidang tafsir, hadits, fiqih dan ushul. Singgah di Bahwabal, menikah dengan ratunya di sana, dan wafat pada tahun 1307 H rahimahullah. Lihat al-A’laam (VI/167-168), karya az-Zarkali.
[9]. Al-Idzaa’ah limaa Kaana wamaa Yakuunu bainai Yadayis Saa’ah (hal. 112).
[10]. Beliau adalah Abu ‘Abdillah Muhammad bin Ja’far bin Idris al-Kattani al-Hasani al-Farisi, seorang pakar sejarah, ahli hadits yang dilahirkan di Persia, melakukan perjalanan ke Hijaz dan Damaskus, kemudian kembali ke Maghrib dan wafat di Faas t pada tahun 1345 H. Beliau memiliki banyak karya tulis.
Lihat al-A’laam (VI/72-73).
[11]. Nazhmul Mutanaatsir minal Hadiitsil Mutawaatir (hal. 147), karya Syaikh Muhammad bin Ja’far al-Kattani.
[12]. Beliau adalah al-Hafizh al-Kabir Abu Bakar Ahmad bin Abi Khaitsamah. Ayahnya adalah Zuhair bin Harb, seorang hafizh dan salah seorang guru Imam Muslim. Abu Bakar mengambil ilmu dari Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Ma’in, beliau juga seorang periwayat tentang adab. Beliau memiliki kitab at-Taarikhul Kabiir, adz-Dzahabi berkata tentangnya, “Aku tidak mengenal orang yang lebih banyak ilmu daripadanya,” wafat pada tahun 279 H rahimahullah.
Lihat Siyar A’laamin Nubalaa' (XI/492-493), Tadzkiratul Huffaazh (II/596), dan Thabaqaat al-Hanaabilah (I/44).
[13]. Lihat Taariikh Ibni Khaldun, Muqaddimah (hal. 556).
[14]. Al-Haawi lil Fataawaa' (II/57).
[15]. An-Nihaayah/al-Fitan wal Malaahim (I/30) tahqiq Dr. Thaha Zaini.
[16]. Beliau adalah ‘Ali bin Husamuddin al-Hindi. Beliau adalah salah seorang yang menyibukkan dirinya dengan hadits, tinggal di Makkah dan wafat pada tahun 975 H rahimahullah. Lihat Syadzaaratudz Dzahab (VIII/379), dan al-A’laam (IV/271).
[17]. Lihat al-Isyaa’ah li Asyraathis Saa’ah (hal. 121).
[18]. Beliau adalah Syihabuddin Ahmad bin Muhammad bin ‘Ali bin Hajar al-Haitsami, seorang ahli fiqih madzhab Syafi’i, penulis beberapa karya tulis, wafat di Makkah pada tahun 973 H, ada juga yang mengatakan pada tahun 984 H rahimahullah. Lihat Syadzaaratudz Dzahab (VIII/370), dan al-A’laam (I/234).
[19]. Lihat al-Isyaa’ah (hal. 105), Lawaami’ul Anwaar (II/72), dan Risaalah ‘Abdil ‘Alim fil Mahdi (hal. 43).
[20]. Beliau adalah ‘Ali bin Sulthan Muhammad Nuruddin al-Harawi. Ahli fiqih madzhab Hanafi. Tinggal di Makkah dan wafat di sana pada tahun 1014 H rahimahullah. Beliau memiliki beberapa karya tulis. Lihat al-A’laam (V/12).
[21]. Al-Isyaa’ah (hal. 113).
[22]. Beliau adalah Mar’i bin Yusuf al-Kirmi al-Maqdisi, seorang ahli sejarah dan pembesar ahli fiqih. Beliau memiliki karya tulis kurang lebih tujuh puluh kitab. Wafat di Kairo pada tahun 1033 H rahimahullah. Lihat al-A’laam (VII/203).
[23]. Lawaami’ul Anwaar (II/76), dan al-Idzaa’ah (hal. 147-148).
[24]. Lihat al-Idzaa’ah (hal. 113).
[25]. Beliau adalah Muhammad bin Isma’il bin Shalah bin Muhammad al-Hasani al-Kahlani kemudian ash-Shan’ani, penulis kitab Subulus Salaam Syarh Buluughil Maraam. Beliau memiliki beberapa karya tulis, wafat di Shan’a pada tahun 1182 H rahimahullah. Lihat al-A’laam (VI/38).
[26]. Al-Idzaa’ah (hal. 114).
http://almanhaj.or.id/content/3417/slash/0/pasal-pertama-kemutawatiran-hadits-hadits-tentang-al-mahdi/
----------------------
Kedatangan Imam Mahdi yang Dinanti-nanti
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka hingga akhir zaman.
Hari kiamat dan hancurnya dunia ini adalah suatu hal yang pasti. Keyakinan ini sudah semestinya menjadi aqidah seorang muslim.
Allah Ta’ala berfirman,
يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
“Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Rabbmu.” (QS. Ar Ra’du: 2)Namun menyongsong hari kiamat tersebut muncul peristiwa-peristiwa besar yang disebut dengan asyrothus saa’ah (tanda-tanda hari kiamat). Para ulama pun menjelaskan bahwa tanda-tanda kiamat itu ada dua macam yaitu tanda shughro (kecil) dan tanda kubro (besar). Dan sebenarnya dapat pula tanda tersebut dirinci menjadi empat macam.
Pertama, tanda shughro yang pernah terjadi dan telah berakhir. Contohnya adalah diutusnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan terbelahnya bulan.
Kedua, tanda shughro yang terus menerus terjadi dan berulang. Contohnya adalah menyerahkan amanah kepada orang yang bukan ahlinya, muncul para pendusta yang mengaku sebagai nabi, muncul wanita-wanita yang berpakaian namun hakekatnya telanjang dan merebaknya perzinaan.
Ketiga, tanda shughro yang belum terjadi. Contohnya adalah tanah Arab akan menjadi subur dan penuh pengairan.
Keempat, tanda kubro, artinya bila tanda-tanda ini muncul, maka kiamat sebentar lagi akan tiba. Di antara tanda tersebut adalah munculnya Imam Mahdi, Dajjal, turunnya Nabi ‘Isa ke dunia, dan keluarnya Ya’juj-Ma’juj.
Mungkin ada yang menanyakan, “Mengapa kita harus mengetahui dan mengenal tanda-tanda hari kiamat?”
Ingat, mengenalnya bukanlah hanya untuk menambah wacana. Namun ada beberapa alasan kita mesti mengenalnya.
Pertama: Mengenal tanda-tanda hari kiamat merupakan bagian dari beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Karena bagaimana mungkin seorang hamba dikatakan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, namun tidak membenarkan berita keduanya?! Padahal Allah Ta’ala berfirman,
ذَلِكَ الْكِتَابُ لا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ, الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ
“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib.” (QS. Al Baqarah: 2-3).Kedua: Mengenal tanda-tanda tersebut juga merupakan bagian dari rukun iman –yaitu beriman kepda hari akhir-. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan mengenai definisi iman,
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
“Iman adalah engkau beriman pada Allah, pada malaikat-Nya, pada kitab-kitab-Nya, pada para Rasul-Nya, pada hari akhir dan engkau beriman pada takdir yang baik dan buruk.”[1]Ketiga: Semakin mengenal tanda-tanda tersebut akan semakin memperkokoh keimanan seseorang pada hari kiamat.
Selanjutnya kita akan melihat beberapa penjelasan mengenai tanda-tanda kiamat kubro. Karena tanda-tanda ini yang biasa diperselisihkan oleh Ahlus Sunnah dan aliran yang menyimpang. Kita akan mengkaji empat peristiwa besar yaitu kedatangan Imam Mahdi, turunnya Nabi Isa ‘alaihis salam, keluarnya Dajjal, dan keluarnya Ya’juj-Ma’juj. Semoga Allah mudahkan.
Tanda Kubro Pertama:
Kedatangan Imam Mahdi yang Dinanti-nanti
Makna Mahdi
Mahdi berarti orang yang diberi petunjuk dan dalam bahasa Arab mahdi masuk dalam kategori isim maf’ul[2]. Makna ini sebagaimana terdapat dalam hadits Al ‘Irbadh bin Sariyah,
وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ
“Dan sunnah para Khulafa’ rosyidin (yang mendapat petunjuk dalam beramal), mahdiyin (yang mendapat petunjuk ilmu).”[3]Ibnul Atsir mengatakan, “Yang dimaksud al mahdi dalam hadits ini adalah orang yang diberi petunjuk pada kebenaran. Mahdi kadang menjadi nama orang bahkan sudah seringkali digunakan seperti itu. Begitu pula Al Mahdi juga bermakna orang yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan akan muncul di akhir zaman. Juga mahdi bisa dimaksudkan dengan Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali radhiyallahu ‘anhum. Bahkan mahdi juga bisa bermakna lebih luas, yaitu siapa saja yang mengikuti jalan hidup mereka dalam beragama.”[4]
Namun yang dimaksudkan dengan Mahdi dalam pembahasan kali ini adalah Imam Mahdi yang telah dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang akan datang di akhir zaman. Dia akan menguatkan agama ini dan menyebarkan keadilan. Kaum muslimin dan kerajaan Islam akan berada di bawah kekuasaannya. Imam Mahdi berasal dari keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dia hidup di zaman Nabi Isa ‘alaihis salam turun dan di masa keluarnya Dajjal.[5]
Beberapa Pendapat Mengenai Siapakah Imam Mahdi
Ibnul Qayim rahimahullah mengatakan, “Hadits-hadits yang membicarakan tentang Imam Mahdi ada empat macam. Ada yang shahih, ada yang hasan, ada yang ghorib dan ada pula yang maudhu’ (palsu).“[6]
Pendapat pertama, mengatakan bahwa Imam Mahdi adalah Al Masih ‘Isa bin Maryam. Itulah Imam Mahdi yang sebenarnya menurut mereka. Mereka beralasan dengan hadits dari Muhammad bin Kholid Al Jundi, namun hadits tersebut adalah hadits yang tidak shahih. Seandainya pun shahih, itu bukanlah dalil untuk mengatakan bahwa Imam Mahdi adalah Nabi ‘Isa ‘alaihis salam. Karena Nabi ‘Isa tentu saja lebih pantas disebut Mahdi (karena asal makna mahdi adalah yang diberi petunjuk, -pen) daripada Imam Mahdi itu sendiri. Nabi ‘Isa itu diutus sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau akan turun lagi menjelang hari kiamat. Sebagaimana pula telah diterangkan dalam hadits yang shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Nabi ‘Isa ‘alaihis salam akan turun di menara putih, sebelah timur Damaskus. ‘Isa pun akan turun dan berhukum dengan Kitabullah (Al Qur’an), beliau akan membunuh orang Yahudi dan Nashrani, menghapuskan jizyah[7] dan akan membinasakan golongan-golongan yang menyimpang.[8]
Pendapat kedua, Imam Mahdi adalah pemimpin di masa Bani Al ‘Abbas dan masa tersebut sudah berakhir. Namun hadits-hadits yang membicarakan hal tersebut seandainya shahih, itu bukanlah dalil bahwa Imam Mahdi yang memimpin Bani Al ‘Abbas adalah Imam Mahdi yang akan muncul di akhir zaman. Ibnul Qayyim mengatakan, “Dia memang mahdi (karena asal makna mahdi adalah yang diberi petunjuk, namun dia bukan Imam Mahdi yang akan muncul di akhir zaman, pen). Sebagaimana ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz adalah mahdi (yang diberi petunjuk) dan sebenarnya beliau lebih pantas disebut mahdi daripada penguasa Bani Al ‘Abbas.”[9]
Nama Imam Mahdi
Nama Imam Mahdi adalah Muhammad, sedangkan nama ayahnya adalah ‘Abdullah. Jadi, nama Imam Mahdi dan nama ayahnya sama dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى
“Dunia ini tidak akan sirna hingga seorang pria dari keluargaku yang namanya sama dengan namaku (yaitu Muhammad) menguasai Arab.”[11] Maksud bahwa orang tersebut akan menguasai Arab adalah ia akan menguasai non Arab juga. Ath Thibi mengatakan, “Dalam hadits di atas tidak disebutkan non Arab, namun mereka tetap termasuk dalam hadits tersebut. Jika dikatakan menguasai Arab, maka itu berarti juga menguasai non Arab karena Arab dan non Arab adalah satu kata dan satu tangan.”[12]Begitu pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan mengenai Imam Mahdi,
مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى وَاسْمُ أَبِيهِ اسْمَ أَبِى
“Dia berasal dari keluargaku. Namanya (yaitu Muhammad) sama dengan namaku. Nama ayahnya (yaitu ‘Abdullah) pun sama dengan nama ayahku.”[13]Imam Mahdi berasal dari keturunan Fathimah, putri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَهْدِىُّ مِنْ عِتْرَتِى مِنْ وَلَدِ فَاطِمَةَ
“Imam Mahdi adalah dari keluargaku dari keturunan Fathimah.”[14]Hadits di atas menunjukkan bahwa Imam Mahdi berasal dari keturunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu dari jalur Fathimah. Inilah pendapat yang tepat.
Oleh karena itu, nama Imam Mahdi –sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Katsir- adalah:
مُحَمَّدٌ بْنُ عَبْدِ اللهِ العَلَوِي الفَاطِمِي الحَسَنِي
Muhammad bin Abdullah Al ‘Alawi (keturunan Ali bin Abu Tholib) Al Fathimiy (keturunan Fatimah binti Muhammad) Al Hasaniy (keturunan Hasan bin ‘Ali). [15]Waktu Munculnya Imam Mahdi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَذْهَبُ أَوْ لاَ تَنْقَضِى الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى
“Dunia tidak akan lenyap atau tidak akan sirna hingga seseorang dari keluargaku menguasai bangsa Arab. Namanya sama dengan namaku.”[16]Ibnu Katsir mengatakan, “Imam Mahdi akan muncul di akhir zaman. Saya mengira bahwa munculnya Imam Mahdi adalah sebelum turunnya Nabi ‘Isa, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits-hadits yang menyebutkan hal ini.”[17]
Sifat Fisik Imam Mahdi
Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَهْدِىُّ مِنِّى أَجْلَى الْجَبْهَةِ أَقْنَى الأَنْفِ
“Imam Mahdi adalah keturunanku. Dahinya lebar (atau rambut kepala bagian depannya tersingkap) dan hidungnya mancung.”[18] Al Qori’ dalam mengatakan, “Hidung beliau tidaklah pesek karena bentuk hidung semacam ini kurang disukai.”[19] Di Masa Imam Mahdi akan Tersebar Kemakmuran dan Keadilan
Di masa Imam Mahdi akan penuh dengan keadilan dan kemakmuran, berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Di zaman beliau, harta begitu melimpah, banyak ditumbuhi tanaman dan semakin banyak hewan ternak. Dari Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَهْدِىُّ مِنِّى أَجْلَى الْجَبْهَةِ أَقْنَى الأَنْفِ يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا يَمْلِكُ سَبْعَ سِنِينَ
“Imam Mahdi berasal dari keturunanku. Beliau memiliki dahi yang lebar dan hidung yang mancung. Di masanya, akan tersebar keadilan di muka bumi, sebagaimana sebelumnya penuh dengan kezholiman dan kelaliman. Beliau akan berkuasa selama 7 tahun.”[20]Juga dari Abu Sa’id Al Khudri, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَكُونُ فِى أُمَّتِى الْمَهْدِىُّ إِنْ قُصِرَ فَسَبْعٌ وَإِلاَّ فَتِسْعٌ فَتَنْعَمُ فِيهِ أُمَّتِى نَعْمَةً لَمْ يَنْعَمُوا مِثْلَهَا قَطُّ تُؤْتَى أُكُلَهَا وَلاَ تَدَّخِرُ مِنْهُمْ شَيْئًا وَالْمَالُ يَوْمَئِذٍ كُدُوسٌ فَيَقُومُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ يَا مَهْدِىُّ أَعْطِنِى فَيَقُولُ خُذْ
“Akan ada pada umatku Al Mahdi. Jika masanya pendek (dia memerintah) selama 7 tahun, jika tidak maka 9 tahun. Pada masa itu umatku akan mendapatkan kenikmatan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Mereka akan memperoleh banyak makanan dan mereka tidak akan menyimpannya. Pada saat itu, harta begitu melimpah. Ada seseorang yang mengatakan, ‘Wahai Imam Mahdi, berilah aku sesuatu.’ Lalu beliau mengatakan, ‘Ambillah’.”[21]Dalam riwayat Tirmidzi dikatakan,
« فَيَجِىءُ إِلَيْهِ رَجُلٌ فَيَقُولُ يَا مَهْدِىُّ أَعْطِنِى أَعْطِنِى ». قَالَ « فَيَحْثِى لَهُ فِى ثَوْبِهِ مَا اسْتَطَاعَ أَنْ يَحْمِلَهُ »
“Datanglah seseorang kepada Imam Mahdi, lalu dia berkata, ‘Wahai Imam Mahdi, berikanlah aku sesuatu, berikanlah aku sesuatu.’ Lalu Nabi berkata, “Imam Mahdi pun menuangkan sesuatu di pakaiannya yang ia tidak sanggup memikulnya”.”[22]Dalam riwayat Al Hakim juga dikatakan,
يَخْرُجُ فِي آخِرِ أُمَّتِي المَهْدِيُّ يَسْقِيْهِ اللهُ الغَيْثَ ، وَتُخْرِجُ الأَرْضُ نَبَاتَهَا ، وَيُعْطِي المَالَ صِحَاحًا ، وَتَكْثُرُ المَاشِيَةُ وَتَعْظُمُ الأُمَّةُ ، يَعِيْشُ سَبْعًا أَوْ ثَمَانِيًا » يَعْنِي حِجَجًا
“Imam Mahdi akan keluar di akhir umatku. (Pada masanya), Allah akan menurunkan hujan, akan menumbuhkan tanaman di muka bumi, harta akan dibagi secara merata. Binatang ternak akan semakin banyak, begitu juga umat akan bertambah besar. Imam Mahdi hidup selama 7 atau 8 tahun.”[23]Masa Kekuasaan Imam Mahdi
Disebutkan dalam riwayat At Tirmidzi,
إِنَّ فِى أُمَّتِى الْمَهْدِىَّ يَخْرُجُ يَعِيشُ خَمْسًا أَوْ سَبْعًا أَوْ تِسْعًا
“Imam Mahdi akan muncul di tengah-tengah umatku dan ia akan berkuasa selama lima, tujuh atau sembilan tahun.” Ada keraguan dari Zaid, salah seorang periwayat hadits ini.[24]Al Mubarakfuri menjelaskan, “Dalam riwayat dari Abu Sa’id Al Khudri dalam sunan Abu Daud disebutkan bahwa Imam Mahdi berkuasa selama tujuh tahun dan tidak ada keraguan sama sekali dari perowi. Begitu pula dalam hadits Ummu Salamah disebutkan pula bahwa Imam Mahdi akan berkuasa selama tujuh tahun. Di sini juga tanpa disebutkan adanya keraguan dari perowi. Dari sini, hadits yang menggunakan lafazh tegas lebih didahulukan daripada lafazh yang masih ada syak (keraguan).”[25] Dari penjelasan beliau menunjukkan bahwa yang lebih tepat jika kita katakan, Imam Mahdi berkuasa selama tujuh tahun. Wallahu a’lam.
Di mana Imam Mahdi Muncul?
Tidak ada sama sekali riwayat yang shahih yang menunjukkan di manakah tempat munculnya Imam Mahdi atau waktu kapan keluarnya Imam Mahdi. Akan tetapi, para ulama menjelaskan hal itu dari kesimpulan beberapa riwayat, namun tidak ditegaskan pasti di mana dan kapan munculnya.[26]
Imam Mahdi akan muncul dari arah timur (yaitu timur Jazirah Arab). Sebagaimana hal ini diisyaratkan dalam riwayat Ibnu Majah[27].
Ibnu Katsir mengatakan, ”Imam Mahdi akan muncul dari arah timur dan bukan dari Sirdab Samira’ sebagaimana yang disangkakan oleh Syi’ah (Rafidhah). Mereka menunggu sampai sekarang, padahal persangkaan orang Rafidhah itu hanyalah igauan semata, pemikiran yang sangat lemah dan pemahaman gila yang dimasukkan oleh syaithan. Sanggkaan mereka tidak ada landasan sama sekali dari Al Qur’an maupun As Sunnah serta apa yang mereka sangkakan sangat tidak logis dan tidak sesuai dengan akal yang sehat .”[28]
Nabi ’Isa akan Shalat di Belakang Imam Mahdi
Ketika Nabi ’Isa ’alaihis salam turun kembali di akhir zaman, beliau akan shalat di belakang Imam Mahdi yaitu menjadi makmum di belakangnya.
Dari Jabir bin ’Abdillah, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى يُقَاتِلُونَ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ – قَالَ – فَيَنْزِلُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ -صلى الله عليه وسلم- فَيَقُولُ أَمِيرُهُمْ تَعَالَ صَلِّ لَنَا. فَيَقُولُ لاَ. إِنَّ بَعْضَكُمْ عَلَى بَعْضٍ أُمَرَاءُ. تَكْرِمَةَ اللَّهِ هَذِهِ الأُمَّةَ
”Sekelompok dari umatku ada yang akan terus membela kebenaran hingga hari kiamat. Menjelang hari kiamat turunlah ’Isa bin Maryam. Kemudian pemimpin umat Islam saat itu berkata, ”(Wahai Nabi Isa), pimpinlah shalat bersama kami.” Nabi ’Isa pun menjawab, ”Tidak. Sesungguhnya sudah ada di antara kalian yang pantas menjadi imam (pemimpin). Sungguh, Allah telah memuliakan umat ini.”[29]Dalam hadits yang muttafaqun ’alaih (disepakati Bukhari dan Muslim), Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
كَيْفَ أَنْتُمْ إِذَا نَزَلَ ابْنُ مَرْيَمَ فِيكُمْ وَإِمَامُكُمْ مِنْكُمْ
”Bagaimana kalian jika ’Isa bin Maryam turun di tengah-tengah kalian dan imam kalian dari kalangan kalian sendiri?”[30]Abu Dzar Al Harowiy, dari Al Jauzaqi, dari sebagian ulama masa silam mengatakan bahwa makna ”Imamukum minkum” (Imam kalian adalah dari kalian sendiri), yaitu imam tersebut berhukum dengan Al Qur’an dan bukan dengan Injil.
Ibnu At Tiin mengatakan, ”Makna ”Imamukum minkum” (Imam kalian adalah dari kalian sendiri), yaitu bahwa syari’at Nabi Muhammad itu akan terus dipakai hingga hari kiamat.”[31]
Ringkasnya, maksud penjelasan di atas bahwa Imam Mahdi adalah sebagai imam (pemimpin) kaum muslimin ketika itu. Termasuk pula Nabi Isa ’alaihis salam, beliau akan bermakmum di belakang Imam Mahdi. Beliau pun akan mengikuti syari’at Islam.
Mutawatir secara bahasa berarti berturut-turut (tatabu’). Secara istilah, hadits mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan dari jalan yang sangat banyak sehingga mustahil untuk bersepakat dalam kedustaan karena mengingat banyak jumlahnya dan kesholihannya serta perbedaan tempat tinggal.
Hadits mutawatir ada dua macam yaitu mutawatir lafzhi dan mutawatir ma’nawi. Mutawatir lafzhi adalah hadits yang jumlah periwayatannya amat banyak dan semuanya menggunakan lafazh yang sama atau hampir sama. Sedangkan mutawatri ma’nawi adalah hadits yang membicarakann suatu masalah dengan berbagai macam redaksi, namun menunjukkan pada satu pembicaraan.
Hadits yang membicarakan mengenai kemunculan Imam Mahdi adalah hadits mutawatir ma’nawi. Artinya, hadits tersebut membicarakan mengenai Imam Mahdi dengan berbagai macam redaksi, namun intinya atau maksudnya sama yaitu membicarakan kemunculan Imam Mahdi. Ini menunjukkan bahwa kemunculannya mustahil untuk dikatakan dusta.
Al Hafizh Abul Hasan Al Aabari mengatakan, ”Berita yang membicarakan munculnya Imam Mahdi adalah hadits yang mutawatir dan amat banyak riwayat yang berasal dari Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam yang membicarakan mengenai kemunculannya.”[32]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, ”Hadits-hadits yang membicarakan mengenai kemunculan Imam Mahdi adalah hadits yang shahih sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud, At Tirmidzi, Ahmad dan selainnya, dari hadits Ibnu Mas’ud atau yang lainnya.”[33]
Asy Syaukani mengatakan, ”Hadits-hadits yang membicarakan mengenai kemunculan Imam Mahdi yang dinanti-nanti ada dalam 50 hadits. Di antara hadits tersebut ada yang shahih, hasan dan dho’if. Hadits yang membicarakan Imam Mahdi dipastikan adalah hadits mutawatir, tanpa keraguan sedikit pun. … Begitu pula berbagai riwayat dari para sahabat tentang kemunculan Imam Mahdi amat banyak. Bahkan perkataan para sahabat ini dapat dihukumi sebagai hadits marfu’ yaitu perkataan Nabi, karena tidak mungkin ada ruang ijtihad dari mereka dalam masalah ini.”[34]
Shidiq Hasan Khon –ulama India dan merupakan murid Asy Syaukani- mengatakan, ”Hadits yang membicarakan mengenai kemunculan Imam Mahdi dengan berbagai macam periwayatan adalah amat banyak, bahkan sampai derajat mutawatir ma’nawi. Hadits-hadits yang membicarakan hal tersebut disebutkan dalam berbagai kitab Sunan dan selainnya, juga dalam berbagai mu’jam dan kitab musnad.”[35]
Demikian pembahasan kami mengenai Imam Mahdi. Nantikan pembahasan kami selanjutnya mengenai turunnya Nabi Isa ‘alaihis salam di akhir zaman. Semoga Allah mudahkan.
Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com
Panggang, Gunung Kidul, 3 Muharram 1431 H
[1] HR. Muslim no. 8, dari ‘Umar bin Al Khottob.
[2] Lihat Asyrotus Saa’ah, ‘Abdullah bin Sulaiman Al Ghofiliy, hal. 92, Mawqi’ Al Islam, Asy Syamilah.
[3] HR. Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat As Silsilah Ash Shahihah no. 2735.
[4] An Nihayah fii Ghoribil Hadits wal Atsar, Ibnul Atsir, 5/577, Asy Syamilah
[5] Asyrotus saa’ah, ‘Abdullah bin Sulaiman Al Ghofiliy, hal. 94, Mawqi’ Al Islam, Asy Syamilah
[6] Al Manar Al Munif fi Shohih wa Dho’if, Ibnu Qayyim Al Jauziyah [Tahqiq: ‘Abdul Fatah Abu Ghadah], hal. 148, Asy Syamilah
[7] Karena pada saat itu cuma ada dua pilihan yaitu masuk Islam ataukah dibunuh. Sedangkan di zaman sebelum ’Isa turun, jika tidak mau memeluk Islam, masih bisa hidup asalkan dapat menunaikan jizyah.
[8] Penjelasan mengenai turunnya ‘Isa ‘alaihis salam menjelang hari kiamat -insya Allah- akan dijelaskan pada Serial Tanda-Tanda Hari Kiamat berikutnya.
[9] Al Manar Al Munif fi Shohih wa Dho’if, hal. 92.
[10] Pembahasan ini kami olah dari pembahasan Ibnul Qayyim dalam Al Manar Al Munif, hal. 148-152
[11] HR. Tirmidzi no. 2230, dari ‘Abdullah bin Mas’ud. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan pula oleh ‘Ali, Abu Sa’id, Ummu Salamah, dan Abu Hurairah, status hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani mengatakan dalam Misykatul Mashobih 5452 [16] bahwa hadits ini hasan.
[12] Lihat ‘Aunul Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, Abu Thayyib, 11/250, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, Beirut, cetakan kedua, 1415 H.
[13] HR. Abu Daud no. 4282, dari ‘Abdullah bin Mas’ud. Syaikh Al Albani dalam Shahih wa Dho’if Sunan Abi Daud mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.
[14] HR. Abu Daud no. 4284, dari Ummu Salamah. Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abu Daud mengatakan bahwa hadits ini shohih.
[15] An Nihayah fil Fitan wal Malahim, hal. 17, Mawqi’ Al Waraq.
[16] HR. Tirmidzi no. 2230 dan Abu Daud no. 4282, dari Zirr, dari ‘Abdullah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.
[17] An Nihayah fil Fitan wal Malahim, hal. 15.
[18] HR. Abu Daud no. 4285. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[19] Lihat keterangan Al Qoriy yang disebutkan oleh Abu Thoyib dalam ‘Aunul Ma’bud, 11/252, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, Beirut, cetakan kedua, tahun 1415 H.
[20] HR. Abu Daud no. 4285. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[21] HR. Ibnu Majah no. 4083. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[22] HR. Tirmidzi no. 2232. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[23] HR. Al Hakim (4/557-558). Hadits ini dikatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash Shohihah no. 711.
[24] HR. Tirmidzi no. 2232, dari Abu Sa’id Al Khudri. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[25] Tuhfatul Ahwadzi, Syaikh Muhammad ‘Abdurrahman bin ‘Abdurrahim Al Mubarakfuri Abul ‘Alaa, 6/404, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, Beirut.
[26] Lihat Asyrotus Saa’ah, hal. 97.
[27] HR. Ibnu Majah no. 4084, dari Tsauban. Dalam Az Zawaid dikatakan bahwa sanad hadits ini shahih dan periwayatnya adalah tsiqoh (terpercaya). Al Hakim dalam Al Mustadrok mengatakan bahwa riwayat ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim. Sedangkan Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini dho’if.
[28] Lihat An Nihayah fil Fitan wal Malahim, hal. 17.
[29] HR. Muslim no. 156.
[30] HR. Bukhari no. 3449 dan Muslim no. 155, dari Abu Hurairah.
[31] Fathul Bari, Ibnu Hajar Al Asqolani, 6/493-494, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379.
[32] Tahdzib At Tahdzib, Ibnu Hajar Al ‘Asqolaniy, 9/126, Mawqi’ Ya’sub.
[33] Minhajus Sunnah An Nabawiyah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 8/254, Muassasah Qurthubah, cetakan pertama, tahun 1406 H.
[34] Lihat Asyrotus Saa’ah, hal. 105.
[35] Al Idza’ah lima Kaana wa Maa Yakuunu Baina Yaday As Saa’ah, hal. 112-113. Dinukil dari Asyrotus Saa’ah, hal. 104.
http://rumaysho.com/aqidah/kedatangan-imam-mahdi-yang-dinanti-nanti-725
----------------------------
Apakah Mahdi Itu Hakiki Atau Tidak?
Apakah hadits yang mengabarkan tentang kedatangan Mahdi itu shahih atau tidak? Karena salah seorang teman saya mengabarkan bahwa hal ini tidak shahih, tetapi dhaif.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah.
Beberapa hadits shahih yang menunjukkan tentang munculnya Mahdi 'alaihissalam. Beliau akan datang pada akhir zaman dan termasuk salah satu di antara tanda-tanda kimat. Di antara hadits-hadits tersebut adalah:
1) Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:
"Akan keluar di masa akhir kehidupan ummatku Mahdi. Allah memberi air kepadanya berupa hujan, bumi pun mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, memberi harta yang banyak, ternak yang banyak, ummat pun teragungkan, di hidup selama tujuh tahun atau delapan tahun." [(Mustadrak Al-Hakim 4/557-558).
Dia (Al-Hakim) berkata: Ini hadits shahih sanadnya, sekalipun Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya, dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Berkata Al-Albani: Ini sanad yang shahih, rijalnya tsiqat. (Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah 2/336)]
2) Dan dari Ali Radhiyallahu 'Anhu, dia berkata: Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:
"Mahdi dari golongan kita, ahlul bait. Allah mengislahkannya satu malam." [Musnad Ahmad 2/58, footnote no. 645 tahqiq Ahmad Syakir dan dia berkata: sanadnya shahih; dan Sunan Ibnu Majah 2/1367. Hadits ini dishahihkan juga oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami'ush Shaghir 6753.]
3) Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, dia berkata: Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:
"Mahdi adalah dari golonganku, lebar keningnya, lurus rambutnya dari depan keningnya, mancung hidungnya (artinya hidungnya panjang, tapis di tengahnya cembung). Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah terpenuhinya bumi dengan kejahatan dan kezhaliman. Dia akan berkuasa selama tujuh tahun." [Sunan Abu Dawud, kitab Al-Mahdi 11/375 footnote 4265, Mustadrak Al-Hakim 4/557,
dan dia berkata: Ini adalah hadits shahih berdasarkan syarat muslim, tapi Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkan hadits ini. Hadits ini terdapat pula di Shahih Al-Jami' 6736]
4) Dari Ummu Salamah Radhiyallahu 'Anha, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam berkata:
"Mahdi dari keluargaku (artinya dari nasabku dan ahlu baitku) dari turunan Fatimah." [Sunan Abu Daud 11/373 dan Sunan Ibnu Majah 2/1368. Berkata Al-Albani dalam Shahih Al-Jami': "Shahih" 6734]
5) Dari Jabir Radhiyallahu 'Anhu, dia berkata: Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam berkata:
"Isa bin Maryam akan turun, lalu berkata amir mereka, yaitu Mahdi: 'Mari shalatlah bersama-sama kami'. Lalu dia (Isa) menjawab: 'Tidak, karena sebagian kalian menjadi amir bagi sebagian yang lain sebagai kemuliaan dari Allah untuk ummat ini'." Hadits ini terdapat dalam Shahih Muslim dengan lafazh: "Maka turunlah Isa bin Maryam 'Alaihi Salam, lalu berkatalah amir mereka (muslimin): 'Marilah shalat menjadi imam kami,' Dia menjawab: 'Tidak, karena sebagian kalian menjadi imam bagi sebagian yang lain sebagai kemuliaan dari Allah untuk ummat ini." (HR. Muslim 225)
6) Dan dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, dia berkata: Telah berkata Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam:
"Di antara kita ada orang yang Isa bin Maryam shalat di belakangnya" [HR. Abu Nu'aim dalam berita tentang Mahdi, dan berkata Al-Albani: "Shahih", lihat Al-Jami'us Shaghir 8/219 footnote 5796]
7) Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam, beliau berkata:
"Tidak akan musnah atau tidak akan berakhir dunia ini sehingga ada seorang dari ahli baitku menguasai bangsa Arab. Namanya sesuai dengan namaku." [Musnad Ahmad 5/199 footnote 3573].
Dalam riwayat lain,
"Namanya sesuai dengan namaku dan nama bapaknya sesuai dengan nama bapakku." [Sunan Abu Daud 11/370]
Hadits-hadits tentang kemunculan Mahdi mencapai derajat mutawatir maknawi sebagaimana diterangkan oleh beberapa imam dan ulama. Berikut ini akan dinukil beberapa pendapat mereka:
1) Berkata Al-Hafizh Abul Hasan Al-Abiriy: "Kabar dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam yang menerangkan tentang Mahdi banyak dan mutawatir. Dia adalah dari ahli baitku dan dia akan berkuasa selama 7 tahun, dia akan memenuhi bumi dengan keadilan, dan Isa alaihissalam akan keluar dan membantunya dalam membunuh Dajjal, dan dia akan mengimami ummat ini dan Isa akan shalat di belakangnya."
2) Muhammad Al-Barzanji berkata di dalam kitabnya Al-Isya'ah li Asyratis Sa'ah: "Bab ketiga tentang tanda besar dari tanda telah dekatnya kiamat sangat banyak. Di antaranya adalah Mahdi dan dia merupakan tanda yang pertama. Dan ketahuilah bahwa hadits-hadits yang ada tentang dia dengan berbagai jalan periwayatannya hampir tak terhitung." Dia pun berkata: "Saya telah mengetahui bahwa hadits tentang adanya Mahdi dan akan keluarnya dia pada akhir zaman, dan termasuk dari keluarga Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam dari turunan Fatimah mencapai derajat mutawatir maknawi, maka tidak alasan untuk mengingkarinya."
3) Berkata Al-'Allamah Muhammad As-Safarini: "Riwayat-riwayat tentang akan keluarnya Mahdi sangat banyak sampai mencapai mutawatir maknawi dan tersebar di kalangan ulama sunnah sampai dianggap menjadi bagian dari aqidah mereka." Kemudian para ulama menyebutkan hadits-hadits dan atsar-atsar tentang akan keluarnya Mahdi dan beberapa nama sahabat yang meriwayatkannya, lalu mereka berkata: "Beberapa sahabat, baik yang disebutkan namanya maupun yang tidak disebutkan telah meriwayatkan hal ini dengan riwayat yang bermacam-macam, dan dari tabi'in setelah mereka yang kesemuanya menunjukkkan ilmu yang pasti. Maka beriman kepada akan keluarnya Mahdi adalah wajib sebagaimana hal tersebut telah ditetapkan di kalangan ahli ilmu dan dimasukkan ke dalam aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah."
4) Berkata Al-'Allamah Al-Mujtahid Asy-Syaukani: "Hadits-hadits tentang kemutawatiran riwayat tentang Mahdi yang ditunggu-tunggu wajib kita yakini mencapai 50 hadits. Ada yang shahih, hasan, dan dhaif dan itu adalah berita yang mutawatir tanpa diragukan, tanpa syubhat. Bahkan, juga dianggap mutawatir dalam semua istilah yang ada dalam ilmu ushul. Adapun atsar dari shahabat yang menjelaskan Mahdi sangat banyak sekali yang dihukumi marfu' (sampai kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam, pent.). Oleh karena itu tidak ada celah untuk ijtihad dalam masalah seperti ini."
5) Berkata Al-'Allamah Shidiq Hasan Khan: "Hadits-hadits yang ada tentang Mahdi dengan berbagai macam riwayatnya banyak sekali hingga mencapai derajat mutawatir maknawi. Hadits-hadits tersebut ada di dalam sunan dan kitab-kitab hadits yang lainnya, baik mu'jam ataupun musnad."
6) Berkata Syaikh Muhammad bin Ja'far Al-Kitani: "Kesimpulannya, hadits-hadits yang ada tentang Mahdi yang ditunggu-tunggu adalah mutawatir. Demikian juga yang ada tentang Dajjal dan turunnya Isa bin Maryam alaihissalam." [lihat kitab Asyratus Sa'ah karya Yusuf bin Abdullah Al-Wabil hal. 195-203 (dalam edisi Indonesia Tanda-Tanda Hari Kiamat, Pustaka Mantiq Solo, hal. 197-205), ed.]
Hal lain yang harus diketahui pula adalah bahwa banyak pendusta yang memalsukan hadits-hadits tentang Mahdi alaihissalam atau dalam hal menganggap para pendusta bahwa mereka adalah Mahdi, atau anggapan bahwa Mahdi bukanlah kelompok Ahlus Sunnah wal Jama'ah seperti beberapa orang dajjal yang mengaku Mahdi sebagai upaya penipuan terhadap manusia dan sekedar memperoleh keuntungan duni juga untuk memberikan gambaran yang jelek tentang Islam, bahkan sebagian dari mereka telah melakukan gerakan revolusioner dan mengumpulkan orang-orang yang mereka perdayai yang bisa mereka manfaatkan, kemudian setelah itu binasalah mereka, dan terbuktilah kebohongan mereka, terbukalah kedok mereka dan kemunafikan mereka. Semua itu tidak membahayakan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah tentang Mahdi, dan dia pasti akan keluar untuk menghukumi bumi dengan syariat Islam. Wallahu a'lam.
Beberapa hadits shahih yang menunjukkan tentang munculnya Mahdi 'alaihissalam. Beliau akan datang pada akhir zaman dan termasuk salah satu di antara tanda-tanda kimat. Di antara hadits-hadits tersebut adalah:
1) Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:
"Akan keluar di masa akhir kehidupan ummatku Mahdi. Allah memberi air kepadanya berupa hujan, bumi pun mengeluarkan tumbuh-tumbuhan, memberi harta yang banyak, ternak yang banyak, ummat pun teragungkan, di hidup selama tujuh tahun atau delapan tahun." [(Mustadrak Al-Hakim 4/557-558).
Dia (Al-Hakim) berkata: Ini hadits shahih sanadnya, sekalipun Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya, dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. Berkata Al-Albani: Ini sanad yang shahih, rijalnya tsiqat. (Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah 2/336)]
2) Dan dari Ali Radhiyallahu 'Anhu, dia berkata: Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:
"Mahdi dari golongan kita, ahlul bait. Allah mengislahkannya satu malam." [Musnad Ahmad 2/58, footnote no. 645 tahqiq Ahmad Syakir dan dia berkata: sanadnya shahih; dan Sunan Ibnu Majah 2/1367. Hadits ini dishahihkan juga oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami'ush Shaghir 6753.]
3) Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, dia berkata: Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda:
"Mahdi adalah dari golonganku, lebar keningnya, lurus rambutnya dari depan keningnya, mancung hidungnya (artinya hidungnya panjang, tapis di tengahnya cembung). Dia akan memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana telah terpenuhinya bumi dengan kejahatan dan kezhaliman. Dia akan berkuasa selama tujuh tahun." [Sunan Abu Dawud, kitab Al-Mahdi 11/375 footnote 4265, Mustadrak Al-Hakim 4/557,
dan dia berkata: Ini adalah hadits shahih berdasarkan syarat muslim, tapi Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkan hadits ini. Hadits ini terdapat pula di Shahih Al-Jami' 6736]
4) Dari Ummu Salamah Radhiyallahu 'Anha, dia berkata: Aku mendengar Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam berkata:
"Mahdi dari keluargaku (artinya dari nasabku dan ahlu baitku) dari turunan Fatimah." [Sunan Abu Daud 11/373 dan Sunan Ibnu Majah 2/1368. Berkata Al-Albani dalam Shahih Al-Jami': "Shahih" 6734]
5) Dari Jabir Radhiyallahu 'Anhu, dia berkata: Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam berkata:
"Isa bin Maryam akan turun, lalu berkata amir mereka, yaitu Mahdi: 'Mari shalatlah bersama-sama kami'. Lalu dia (Isa) menjawab: 'Tidak, karena sebagian kalian menjadi amir bagi sebagian yang lain sebagai kemuliaan dari Allah untuk ummat ini'." Hadits ini terdapat dalam Shahih Muslim dengan lafazh: "Maka turunlah Isa bin Maryam 'Alaihi Salam, lalu berkatalah amir mereka (muslimin): 'Marilah shalat menjadi imam kami,' Dia menjawab: 'Tidak, karena sebagian kalian menjadi imam bagi sebagian yang lain sebagai kemuliaan dari Allah untuk ummat ini." (HR. Muslim 225)
6) Dan dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'Anhu, dia berkata: Telah berkata Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam:
"Di antara kita ada orang yang Isa bin Maryam shalat di belakangnya" [HR. Abu Nu'aim dalam berita tentang Mahdi, dan berkata Al-Albani: "Shahih", lihat Al-Jami'us Shaghir 8/219 footnote 5796]
7) Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam, beliau berkata:
"Tidak akan musnah atau tidak akan berakhir dunia ini sehingga ada seorang dari ahli baitku menguasai bangsa Arab. Namanya sesuai dengan namaku." [Musnad Ahmad 5/199 footnote 3573].
Dalam riwayat lain,
"Namanya sesuai dengan namaku dan nama bapaknya sesuai dengan nama bapakku." [Sunan Abu Daud 11/370]
Hadits-hadits tentang kemunculan Mahdi mencapai derajat mutawatir maknawi sebagaimana diterangkan oleh beberapa imam dan ulama. Berikut ini akan dinukil beberapa pendapat mereka:
1) Berkata Al-Hafizh Abul Hasan Al-Abiriy: "Kabar dari Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam yang menerangkan tentang Mahdi banyak dan mutawatir. Dia adalah dari ahli baitku dan dia akan berkuasa selama 7 tahun, dia akan memenuhi bumi dengan keadilan, dan Isa alaihissalam akan keluar dan membantunya dalam membunuh Dajjal, dan dia akan mengimami ummat ini dan Isa akan shalat di belakangnya."
2) Muhammad Al-Barzanji berkata di dalam kitabnya Al-Isya'ah li Asyratis Sa'ah: "Bab ketiga tentang tanda besar dari tanda telah dekatnya kiamat sangat banyak. Di antaranya adalah Mahdi dan dia merupakan tanda yang pertama. Dan ketahuilah bahwa hadits-hadits yang ada tentang dia dengan berbagai jalan periwayatannya hampir tak terhitung." Dia pun berkata: "Saya telah mengetahui bahwa hadits tentang adanya Mahdi dan akan keluarnya dia pada akhir zaman, dan termasuk dari keluarga Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam dari turunan Fatimah mencapai derajat mutawatir maknawi, maka tidak alasan untuk mengingkarinya."
3) Berkata Al-'Allamah Muhammad As-Safarini: "Riwayat-riwayat tentang akan keluarnya Mahdi sangat banyak sampai mencapai mutawatir maknawi dan tersebar di kalangan ulama sunnah sampai dianggap menjadi bagian dari aqidah mereka." Kemudian para ulama menyebutkan hadits-hadits dan atsar-atsar tentang akan keluarnya Mahdi dan beberapa nama sahabat yang meriwayatkannya, lalu mereka berkata: "Beberapa sahabat, baik yang disebutkan namanya maupun yang tidak disebutkan telah meriwayatkan hal ini dengan riwayat yang bermacam-macam, dan dari tabi'in setelah mereka yang kesemuanya menunjukkkan ilmu yang pasti. Maka beriman kepada akan keluarnya Mahdi adalah wajib sebagaimana hal tersebut telah ditetapkan di kalangan ahli ilmu dan dimasukkan ke dalam aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah."
4) Berkata Al-'Allamah Al-Mujtahid Asy-Syaukani: "Hadits-hadits tentang kemutawatiran riwayat tentang Mahdi yang ditunggu-tunggu wajib kita yakini mencapai 50 hadits. Ada yang shahih, hasan, dan dhaif dan itu adalah berita yang mutawatir tanpa diragukan, tanpa syubhat. Bahkan, juga dianggap mutawatir dalam semua istilah yang ada dalam ilmu ushul. Adapun atsar dari shahabat yang menjelaskan Mahdi sangat banyak sekali yang dihukumi marfu' (sampai kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam, pent.). Oleh karena itu tidak ada celah untuk ijtihad dalam masalah seperti ini."
5) Berkata Al-'Allamah Shidiq Hasan Khan: "Hadits-hadits yang ada tentang Mahdi dengan berbagai macam riwayatnya banyak sekali hingga mencapai derajat mutawatir maknawi. Hadits-hadits tersebut ada di dalam sunan dan kitab-kitab hadits yang lainnya, baik mu'jam ataupun musnad."
6) Berkata Syaikh Muhammad bin Ja'far Al-Kitani: "Kesimpulannya, hadits-hadits yang ada tentang Mahdi yang ditunggu-tunggu adalah mutawatir. Demikian juga yang ada tentang Dajjal dan turunnya Isa bin Maryam alaihissalam." [lihat kitab Asyratus Sa'ah karya Yusuf bin Abdullah Al-Wabil hal. 195-203 (dalam edisi Indonesia Tanda-Tanda Hari Kiamat, Pustaka Mantiq Solo, hal. 197-205), ed.]
Hal lain yang harus diketahui pula adalah bahwa banyak pendusta yang memalsukan hadits-hadits tentang Mahdi alaihissalam atau dalam hal menganggap para pendusta bahwa mereka adalah Mahdi, atau anggapan bahwa Mahdi bukanlah kelompok Ahlus Sunnah wal Jama'ah seperti beberapa orang dajjal yang mengaku Mahdi sebagai upaya penipuan terhadap manusia dan sekedar memperoleh keuntungan duni juga untuk memberikan gambaran yang jelek tentang Islam, bahkan sebagian dari mereka telah melakukan gerakan revolusioner dan mengumpulkan orang-orang yang mereka perdayai yang bisa mereka manfaatkan, kemudian setelah itu binasalah mereka, dan terbuktilah kebohongan mereka, terbukalah kedok mereka dan kemunafikan mereka. Semua itu tidak membahayakan aqidah Ahlus Sunnah wal Jama'ah tentang Mahdi, dan dia pasti akan keluar untuk menghukumi bumi dengan syariat Islam. Wallahu a'lam.
Islam Tanya & Jawab
Syeikh Muhammad Sholih Al-Munajid
Syeikh Muhammad Sholih Al-Munajid
http://islamqa.info/id/1252
---------------------
IMAM MAHDI (afs) DALAM RIWAYAT AHLU SUNNAH WAL JAMA'AH & ALQUR'AN...bukan RIWAYAT KAUM HAASIDIN DAN TAKFIRI
BISMILLAH ....
BIMUHAMMAD WA AALI MUHAMMAD
Abu Nu'aim bin Hammad meriwayatkan dari A’isyah dari Rasulullah saww beliau bersabda:
“Al-Mahdi dari itrah-ku, dia berperang atas sunahku sebagaimana saya berperang atas wahyu.”
Imam Ahmad, Muslim, Abu Daud, an-Nasa'i, Ibnu Majah, al-Baihaqi dan sekelompok Ulama lain meriwayatkan dari
Ummul Mu’minin Ummu Salamah r a. Bahwa Nabi saww bersabda:
“Al-Mahdi dari ‘Itrahku dan putra Fathimah. “
Komentar Ulama Ahlusunah Tentang Kemutawatiran Hadis Kedatangan Imam Mahdi a s Ibnu Hajar al-Asqallani berkata:
“Telah mutawatir berita (hadis) bahwa Mahdi adalah dari umat ini dan sesungguhnya (Nabi) Isa putra Maryam akan turun dan salat di belakangnya"
Asy-Syaukani dalam risalahnya yang berjudul at-Taudhih fi Tawaturi Ma Ja'a fi al-Mahdi al-Muntadzar wa al-Masih 70 berkata:
“Dan Hadis yang datang tentang Mahdi yang dapat ditemukan adalah lima puluh hadis, ada yang shahih, hasan dan dhaif yang tertolong, dan ia mutawatir tanpa diragukan.”
Abdul Aziz bin Baz rektor Universitas Madinah Al-Munawarah berkata seperti dimuat di majalah al-Jami’ah al-Islamiyah, no. 3, hal 161 - 162 :
“Sesungguhnya masalah al-Mahdi merupakan masalah yang menjadi pengetahuan umum, dan hadits-hadits mengenainya banyak sekali, bahkan mutawatir. Hadits-hadits itu menunjukkan bahwa munculannya tokoh yang dijanjikan ini merupakan suatu perkara yang telah tetap (kebenarannya yang tidak bisa diragukan lagi), dan kemunculannya adalah benar.
Seorang dozen dalam Universitas tersebut bernama Ustad Syeh Abdul Muhsin Al-Ibad dalam bukunya :
Muhadharah haula al-imam Al-Mahdi wa At-Ta'liq 'Alaiha, hal. 26, yang juga disampaikan dalam kuliahnya yang berjudul
"Akidah Ahlus Sunnah dan Atsar tentang Al-Mahdi Al-Muntadhar sbb: Jumlah yang saya ketahui dari nama-nama sahabat yang meriwayatkan hadits-hadits Al-Mahdi dari Rasulullah S A W, adalah 26 orang"
{Di antara kitab kitab Ulama Ahlussunah yang menyebut sejarah para Imam atau bahkan dikarang khusus tentang sejarah hidup mereka ialah: al-Fushuul al-Muhimmah; Ibnu Shabbagh al-Maliki, ash-Shawaiq al-Muhriqah; Ibnu Hajar al-Haitsami, pada bab 11, Nuuur al-Abshar fi Manaqib Aal an-Nabi al-Mukhtaar; Syeikh asy-Syablanji dan Is'aaf ar-Raghibiin; Ibnu Shabban.}
ULAMA AHLU SUNNAH PUN MEYAKINI BAHWA IMAM MAHDI (afs) ADALAH PUTRA IMAM HASAN ASKARI :
1. Al-Quthb asy-Sya’rani berkata dalam kitab al-Yawaqid wa alJawahir: Al-Mahdi adalah putra Imam Hasan al-Askari dan keturunan Imam Husain, kelahirannya pada malam pertengahan bulan Sya’baan tahun 255H. Beliau akan tetap hidup hingga berkumpul dengan Nabi Isa putra Maryam a s, demikian diberitakan kepada kami oleh Syeikh Hasan al-Iraqi yang dikebumikan di Mesir dan pendapat itu disetujui oleh tuanku Ali Al-Khawaash.
2.’Izzuddin bin Atsir (wafat 630 H.) ketika menulis peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 260 H. menulis: “Abu Muhammad Al-Askari (Imam Hasan) lahir pada tahun 232 H. dan wafat pada tahun 260 H. Ia adalah ayah Muhammad yang dinamai oleh Syi’ah dengan “al-muntazhar”.
3. ’Imaduddin Abul Fida` Ismail bin Nuruddin Asy-Syafi’i (wafat 732 H.) menulis: “Ali Al-Hadi wafat pada tahun 254 di Samirra`. Ia adalah ayah Hasan Al-Askari dan imam kesebelas dari dua belas imam serta ayah Muhammad Al-Muntazhar yang menghilang di sirdab (ruang bawah tanah yang dimiliki oleh mayoritas rumah-rumah di Timur Tengah--pen.) dan lahir pada tahun 255 H.”.
4. Ibnu Hajar Al-Haitsami Al-Makki Asy-Syafi’i (wafat 974 H.) dalam kitab Ash-Shawaa’iqul Muhriqah.
5. Nuruddin Ali bin Muhammad bin Shabbagh Al-Maliki (wafat 855 H.).
6. Abul Abbas Ahmad bin Yusuf Ad-Dimasyqi (wafat 1019 H.) dalam kitab Akhbaarud Duwal wa Atsaaru Uwal.
7. Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Yusud Al-Ganji Asy-Syafi’i (wafat 658 H.) dalam buku Kifaayatut Thaalib.
8. Syaikh Muhyiddin IBN ARABI seorang SUFI BESAR dan terkenal dalam ahlu Sunnah waljama'ah di dalam kitab Al-Futuhat mangatakan :
”Ketahuilah Bahwa Al-Mahdi a. s. itu mesti keluar, namun tidak akan keluar kecuali apabila dunia sudah penuh dengan kezaliman dan dialah yang akan melenyapkan kezaliman itu dan menggantikan dengan keadilan. Dia berasal dari keturunan Rasulullah S A W dari putra Fathimah r. a. Kakeknya adalah Husain bin Ali bin Abi Thalib, dan ayahnya adalah Imam Hasan Al-Askari bin Imam Ali Al-Naqi bin Imam Muhammad Al-Taqi bin Imam Ali Al-Ridha bin Imam Musa Al-Kazhim bin Imam Jakfar Ashshadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Husain bin Imam Ali bin Abi Thalib r.a.
HADITS HADITS TENTANG IMAM MAHDI (afs )
A.Nabi saww bersabda :
“dunia ini tidak akan hancur hingga seorang lelaki dari kalangan bangsa arab yang namanya sama denganku muncul”
(Shahih Tirmidzi, jld 9, hal 74)
B.Rasulullah saww bersabda:
“meskipun masa keberadaan dunia ini telah habis dan hanya tersisa satu hari sebelum hari kiamat tiba, Allah akan memperpanjang hari itu hingga waktu tertentu untuk menegakkan kerajaan orang yang berasal dari ahlul-baytku yang akan dinamai dengan namaku. Ia akan mengisi dunia ini dengan kedamaian dan keadilan sebagaimana dunia ini akan dipenuhi ketidak-adilan dan penindasan setelahnya”
(Shahih Tirmidzi, jld 2, hal 86; Al-majma’ oleh At-thabrani, hal 217; As-sawaiq al-muhriqah oleh Ibnu hajar, bab 11, bag. 1, hal 249)
C.Ummu salamah ra mengutip Rasulullah saww bersabda
“Mahdi adalah dari ahlulbaytku dan keturunan Fathimah as”
(Sunan Ibnu Majah, kitab al-fitan, vol 2, hal 1368, no. 4076; Sunan Abi dawud, kitab al-mahdi, no. 3735)
C. Di riwayatkan oleh Qunduzi dalam kitabnya Yanabi al-mawaddah dari sanad Abu sa’id alkhudri berkata:
“Rasulullah sakit keras. Fathimah mendatanginya ketika aku sedang berada disana. Melihat Rasulullah saww yang lemah, Fathimah menangis tersedak. Rasulullah pun menepuk pundak Husain dan berkata
“Mahdi adalah dari keturunan Husain. Salam atasnya semua”
( Yanabi al-mawaddah vol 3, hal 394)
128 (seratus dua puluh delapan) Ulama Ahlusunah telah meyakini kelahiran Imam Mahdi as.
Di bawah ini akan kami sebutkan sebagian nama-nama mereka:
1.Muhammad bin Harun Abu Bakar ar-Rauyani (w. 307 H) dalam kitabnya al-Musnad.
2.Abu Nu’aim aI-Ishfahani (w. 430H) dalam kitabnya al-Arba’in haditsan fi al-Mahdi.
3.Ahmad Bin Husain al-Baihaqi (w. 458 H) dalam Syu’ab al-Iman.
4.Al-Khawarizmi al-Hanafi (w. 568 H) dalam Maqtal al-Imam al-Husain.
5.Muhyiddin Ibn al-Arabi (w. 638 H) dalam al-Futuhat alMakkiyah, bab 366 dalam pembahasan 65, sebagaimana disebut dalam Yawaqit wa al-Jawahir oleh asy-Sya’rani.
6.Kamaluddin Muhammad bin Thalhah asy-Syafi'iy (w. 652 H) dalam Mathalib as-Su'ul.
7.Sibth Ibn al-Jauzi al-Hanbali (w. 654 H) dalam Tadzkirah-alKhawash.
8.Muhammad bin Yusuf al-Kunji asy-Syafi’i (terbunuh tahun 658 H) dalam kitabnya Kifayah ath-Thalib.
9.Al-Juwaini al-Hamawaini asy-Syafi’i (w. 732 H) dalam Fara’id as-Simthain: 2\337.
10.Nuruddin Ibnu Shabbagh al-Maliki (w. 855 H) dalam al-Fushul al-Muhimmah.71
11.A1-Quthb asy-Sya’raani, sebagaimana dinukil dalam Nuur alAbshar (187).
12.Syeikh Sahan al-Iraqi, sebagaimana dinukil dalan Nuur al-Abshar.
13.Syeikh Ali al-Khawash, sebagaimana disebutkan oleh al-Quthb asy-Sya’rani.
14.Syeikh asy-Syablanji dalam Nuur al-Abshar.
15.Ibnu Hajar al-Haitsami al-Makki (974 H) dalam ash-Shawaiq.
PENUTUP
Imam Mahdi (afs) dalam Al Qur'an........:
Ayat pertama
وَ لَقَدْ كَتَبْنا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الأَْرْضَ يَرِثُها عِبادِيَ الصَّالِحُونَ ( انبيا 105)
Allah SWT berfirman:
“Dan sesungguhnya kami telah menuliskan di Zabur setelah Dzikr, bahwa dunia akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.”(Anbiya’; 105)
Imam Muhammad Al-Baqir a.s. bersabda:” hamba-hamba Allah yang akan menjadi pewaris bumi yang tersebut dalam ayat- adalah para sahabat Al-Mahdi a.s. yang akan bangkit di akhir zaman.”
Syekh Thabrisi setelah menukil riwayat ini mengatakan, terdapat sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Syi’ah dan Ahli Sunah yang menjelaskan dan menguatkan riwayat dari Imam Al-Baqir a.s. di atas. Hadis tersebut mengatakan, “Jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali tinggal sehari, maka Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sehingga seorang yang saleh dari Ahlul-baitku bangkit, dia akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dunia telah dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman.” Imam Abu bakar, Ahmad bin Husain Al-Baihaqi dalam buku al-Ba’tsu wa Nutsur telah membawakan riwayat yang banyak tentang hal ini.[Tafsir Majma’ul bayan, jild 7, hal 66-67]
Dalam kitab Tafsir Ali bin Ibrahim berkaitan dengan ayat yang berbunyi “Kami telah menulis di Zabur setelah Dzikr…” dijelaskan bahwa semua kitab-kitab yang berasal dari langit disebut dengan Dzikr. Sedang maksud dari dunia akan diwarisi oleh para hamba-hamba yang saleh adalah Al-Qaim a.s. dan para pengikutnya.[Tafsir Nur Tsaqalain, jild 3, hal 464]
Ayat kedua
Kami menginginkan untuk menganugerahkan kepada mereka yang tertindas di bumi, dan akan Kami jadikan mereka para pemimpin dan pewaris dunia.(Qashash; 5)
Sesuai dengan beberapa ungkapan Imam Ali a.s. di dalam Nahjul balagah serta sabda para Imam yang lain, ayat ini berkaitan dengan Mahdawiyah. Dan sesungguhnya kaum tertindas yang dimaksud adalah para pengikut kafilah kebenaran yang terzalimi yang akhirnya kendali dunia akan jatuh ke tangan mereka. Fenomena ini puncaknya akan terwujud di akhir zaman.[Majma’ul bayan, juz 7, halaman 239]
Syekh Shaduq dalam kitab Amalinya menukil sabda Imam Ali a.s. yang berbunyi:”ayat ini berkaitan dengan kita”.[Tafsir Nuruts Tsaqalain, juz 4, halaman 107-111]
Ayat Ketiga
Hai orang- orang yang beriman, barang siapa di antara kalian murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, bersikap keras terhadap orang- orang kafir, yang berjihad di jalan Allah dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela...(Al-Maidah; 54)
Dalam tafsir Ali bin Ibrahim disebutkan:”ayat ini turun berkaitan dengan Al-Qaim dan para pengikutnya, merekalah yang berjuang di jalan Allah SWT dan sama sekali tidak takut terhadap apapun”.[Tafsir Nur Tsaqalain, juz 1, halaman 641]
Ayat Keempat
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأَْرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضى لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْفاسِقُونَ.
Allah SWT menjanjikan orang-orang yang beriman dari kalian dan yang beramal saleh, bahwa mereka (pasti) akan dijadikan sebagai khalifah di atas muka bumi, sebagaimana Ia juga telah menjadikan para pemimpin sebelum mereka dan –Ia menjanjikan untuk menyebar dan menguatkan agama yang mereka ridhai, dan menggantikan rasa takut mereka menjadi keamanan.(Nur; 56)
Syekh Thabarsi mengatakan:”dari para Imam Ahlul bait a.s. diriwayatkan bahwa ayat ini berkaitan dengan Mahdi keluarga Muhammad saaw. Syekh Abu Nadhr ‘Iyasyi meriwayatkan dari imam Ali Zainal Abidin a.s. bahwa beliau membaca ayat di atas. Setelah itu beliau berkata,”Demi Allah SWT mereka yang dimaksud adalah para pengikut kita, dan itu akan terealisasi berkat seseorang dari kita. Dia adalah Mahdi umat ini. Dialah orang yang disebut-sebut oleh Rasul saaw, jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali sehari lagi, Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sampai seseorang dari keluarga ku muncul dan memimpin dunia. Namanya seperti namaku (Muhammad), riwayat semacam ini juga dapat ditemukan melalui jalur yang lain seperti dari imam Muhammad Baqir a.s. dan imam Ja’far Shadiq a.s.”.
Aminul Islam Syekh Thabarsi mengakhiri ucapan dan penjelasannya tentang ayat ini dengan penjelasan berikut ini ” mengingat agama Islam belum tersebarnya ke seluruh penjuru dunia, maka pastilah janji ini akan terwujud dalam masa yang akan datang, di mana hal tersebut-globalitas agama- tidak dapat dielakan dan dipungkiri lagi. Dan kita ketahui bahwa janji Allah tidak akan pernah hanya janji semata.”[Majma’ul bayan, juz 7, halaman 152; Tafsir Al-Burhan, juz 3, halaman 147]
Ayat Kelima
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدى وَ دِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَ لَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dialah Zat yang yang telah mengutus rasul-Nya dengan hidayah dan agama yang benar untuk sehingga Ia menangkan agama tersebut terhadap agama-agama yang lain, kendati para musyrik tidak menginginkannya.(At-Taubah; 33)
Dalam kitab tafsir Kasyful Asyrar karya Rasyiduddin Mibudi disebutkan: Rasul dalam ayat tersebut adalah baginda Nabi Muhammad saaw, sedang hidayah yang dimaksud dari ayat tersebut adalah kitab suci al-Quran dan agama yang benar itu adalah agama Islam. Allah SWT akan memenangkan agama (Islam) ini atas agama-agama yang lain, artinya tiada agama atau pedoman di atas dunia, kecuali ajaran Islam telah mengalahkannya. Dan hal ini sampai sekarang belum terwujud. Kiamat tidak akan datang kecuali hal ini terwujud. Abu Said al-Khudri menukil, bahwa Rasul saaw pada suatu kesempatan menyebutkan bala dan ujian yang akan datang kepada umat Islam, ujian itu begitu beratnya, sehingga beliau mengatakan bahwa setiap dari manusia tidak dapat menemukan tempat berlindung darinya. Ketika hal ini telah terjadi, Allah SWT akan memunculkan seseorang dari keluargaku yang nantinya dunia akan dipenuhi oleh keadilan. Seluruh penduduk langit dan bumi rela dan bangga dengannya. Di masanya, hujan tidak akan bergelantungan di atas langit kecuali akan turun menyirami bumi, dan tiada tumbuh-tumbuhan yang ada di dasar bumi kecuali bersemi dan tumbuh. Begitu indah dan makmurnya kehidupan di masa itu sehinga setiap orang berandai-andai jika sesepuh dan sanak keluarganya yang telah meninggal dunia kembali lagi...[Kasyful asar, juz, 4, halaman 119-120]
Ayat Keenam
Barangsiapa terbunuh secara mazdlum, maka kita akan jadikan ahli warisnya sebagai pemimpin, oleh karena itu hendaknya tidaklah berlebihan dalam membunuh, sesungguhnya dia akan tertolong. (Isra’; 33)
Huaizi dalam kitab tafsir Nur Tsaqalain mengatakan: Imam Baqir a.s. berkata, " Maksud dari orang yang terbunuh secara mazdlum tersebut adalah Husain a.s., dan kamilah ahli waris dan wali dari beliau, saat Qaim a.s. datang dia akan menuntut darah Husain a.s. dan sesungguhnya dia akan ditolong. Dan dunia tidak akan berakhir selagi darah tersebut tidak ditebus dan diambil oleh seorang dari keluarga Muhammad saaw, seorang sosok yang akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dunia telah disesaki oleh kezaliman dan ketidak adilan.”[Nur tsaqalian, juz 3, halaman 163]
Ayat Ketujuh
Simpanan Tuhan itu lebih baik bagi kalian, jika kalian beriman... (Hud; ayat 86)
Dalam tafsir Nur Tsaqalain, dengan menukil dari Al-Kafi, disebutkan,” Seseorang bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq a.s. tentang Al-Qaim a.s., apakah bisa menggunakan ungkapan Amirul mukminin saat mengucapkan salam kepada beliau? Imam menjawab, "Tidak, karena gelar ini diberikan Allah untuk Imam Ali a.s saja. ... dia bertanya (lagi), aku tebusan bagimu, lalu apa yang harus aku sampaikan saat mengucapkan salam padanya ? Imam Shadiq a.s. menjawab, Semua harus mengatakan: السلام عليک يا بقية الله “Salam atasmu wahai simpanan Allah”. Kemudian beliau membaca ayat di atas.[Nur tsaqalian, juz 2, halaman 390]
Syekh Abu Manshur Thabrisi dalam kitab Al-Ihtijaj, menukil sebuah riwayat dari Amirul Mukiminin Ali a.s.:”Baqiyatullah adalah Mahdi, di mana dia akan datang setelah masa ini. Dia akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagimana dunia telah dipenuhi oleh kezaliman.”[Nur tsaqalian, juz 2, halaman 390]
Syekh Shaduq r.a. dalam kitab Ikmaluddin, meriwayatkan sebuah riwayat yang cukup panjang dari Imam Muhammad Al-Baqir a.s. Isi sebagian riwayat yang menyinggung permasalahan Imam Mahdi a.s.itu demikian,” Saat Qaim muncul, dia akan bersandar kepada Ka’bah, kemudian 313 orang bergabung dengannya. Maka ungkapan pertama yang beliau ucapkan adalah ayat di atas, dan mengatakan akulah Baqiyatullah, hujjah dan khalifah Allah di antara kalian. Saat itu setiap muslim menyalaminya dengan ungkapan, Salam atasmu wahai Baqiyatullah di bumi-Nya.”
[Nur tsaqalian, juz 2, halaman 390-392]
I.Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib a.s., dari Rasulullah Saaw.:
“Sesungguhnya Islam itu bermula sebagai sesuatu yang asing, dan akan kembali menjadi asing. Maka berbahagialah orang-orang yang asing.” Seseorang bertanya: “Siapakah orang-orang yang asing itu, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab:
"Mereka itu ialah orang-orang yang berlaku baik ketika masyarakat telah rusak. Sesungguhnya tidak ada keterlepasan atau keterasingan bagi seorang Mukmin. Tak ada seorang Mukmin pun yang mati, melainkan para malaikat menangis karena kasihan kepadanya. Kalaupun mereka tidak menangis untuknya, maka kuburnya akan diluaskan dengan cahaya yang cemerlang ketika ia diletakkan di tempat kepalanya terletak.” ”
(silakan rujuk Luthfullah Ash-Shafi, Muntakhab Al-Atsar, cetakan ke 3 hal, 436, dikutip dari Ja’fariyat wal Asy-Atsiyyat)
II. Ibnu Majah men-takhrij dalam Sunan-nya, jilid II, dalam bab Al-Fitan, Fitnah Dajjal, dari Abu Imamah Al-Bahili, katanya:
“Rasulullah berkhutbah kepada kami, dan sebagian besar khutbah beliau adalah ceritera mengenai Dajjal, yang terhadapnya beliau memperingatkan kami. Di antara kata-kata beliau adalah:
"Sungguh, belum pernah ada cobaan di muka bumi, sejak Allah menciptakan keturunan Adam, yang lebih besar dari Dajjal. Allah tidak pernah mengutus seorang Nabi, maka pasti dia memperingatkan umatnya terhadap Dajjal. Aku adalah Nabi yang terakhir dan kalian adalah umat yang terakhir; dan tak dapat tidak, Dajjal akan keluar di kalangan kalian.’”
(silakan rujuk Luthfullah Ash-Shafi, Muntakhab Al-Atsar, cetakan ke 3 hal, 436, dikutip dari Sunan Ibnu Majah)
III. Imam Ja'far bin Muhammad Al BAqir (AS ) berkata :
“Sesungguhnya Al-Qa’im kami, apabila ia muncul, maka Allah SWT memanjangkan bagi pengikut kami daya dengar dan lihat mereka, sehingga antara mereka dengan Al-Qa’im tidak perlu ada kurir. Dia akan berbicara kepada mereka, dan mereka dapat mendengar dan melihat kepadanya sedang dia sendiri masih tetap di tempatnya.’”
(Al-Kulainy, Al-Kafi, jilid VIII, hal 240 – 241)
IV. Imam Ash-Shadiq a.s berkata :
“Sesungguhnya orang Mukmin di zaman Al-Qa’im itu, jika dia berada di Timur, dia pasti bisa melihat saudaranya yang berada di Barat. Demikian pula mereka yang berada di Barat akan dapat melihat saudaranya yang berada di Timur.”
(Abdullah Syabr, Haqqul Yakin, jilid I, hal. 229)
V. Rasulullah saaw bersabda:
“Barangsiapa yang MATI belum mengenal IMAM ZAMANNYA , maka matinya mati jahiliyah.”
(Shahih Bukhari jilid 5, halaman 13, bab Fitan).
=========
Allahumma shalli wasallim wabaarik alaa Muhammad wa Aali Muhammad ,Allahumma nawwir quluubana bi Muhammad wa Aalihil Ath'har.Allahumma'shrah shudhuurana bidzhuhuuril Hujjah Al Qa'im min Aali Muhammad waj'alna min anshaarihi wa Hizbihi Ya Karim
BIMUHAMMAD WA AALI MUHAMMAD
Abu Nu'aim bin Hammad meriwayatkan dari A’isyah dari Rasulullah saww beliau bersabda:
“Al-Mahdi dari itrah-ku, dia berperang atas sunahku sebagaimana saya berperang atas wahyu.”
Imam Ahmad, Muslim, Abu Daud, an-Nasa'i, Ibnu Majah, al-Baihaqi dan sekelompok Ulama lain meriwayatkan dari
Ummul Mu’minin Ummu Salamah r a. Bahwa Nabi saww bersabda:
“Al-Mahdi dari ‘Itrahku dan putra Fathimah. “
Komentar Ulama Ahlusunah Tentang Kemutawatiran Hadis Kedatangan Imam Mahdi a s Ibnu Hajar al-Asqallani berkata:
“Telah mutawatir berita (hadis) bahwa Mahdi adalah dari umat ini dan sesungguhnya (Nabi) Isa putra Maryam akan turun dan salat di belakangnya"
Asy-Syaukani dalam risalahnya yang berjudul at-Taudhih fi Tawaturi Ma Ja'a fi al-Mahdi al-Muntadzar wa al-Masih 70 berkata:
“Dan Hadis yang datang tentang Mahdi yang dapat ditemukan adalah lima puluh hadis, ada yang shahih, hasan dan dhaif yang tertolong, dan ia mutawatir tanpa diragukan.”
Abdul Aziz bin Baz rektor Universitas Madinah Al-Munawarah berkata seperti dimuat di majalah al-Jami’ah al-Islamiyah, no. 3, hal 161 - 162 :
“Sesungguhnya masalah al-Mahdi merupakan masalah yang menjadi pengetahuan umum, dan hadits-hadits mengenainya banyak sekali, bahkan mutawatir. Hadits-hadits itu menunjukkan bahwa munculannya tokoh yang dijanjikan ini merupakan suatu perkara yang telah tetap (kebenarannya yang tidak bisa diragukan lagi), dan kemunculannya adalah benar.
Seorang dozen dalam Universitas tersebut bernama Ustad Syeh Abdul Muhsin Al-Ibad dalam bukunya :
Muhadharah haula al-imam Al-Mahdi wa At-Ta'liq 'Alaiha, hal. 26, yang juga disampaikan dalam kuliahnya yang berjudul
"Akidah Ahlus Sunnah dan Atsar tentang Al-Mahdi Al-Muntadhar sbb: Jumlah yang saya ketahui dari nama-nama sahabat yang meriwayatkan hadits-hadits Al-Mahdi dari Rasulullah S A W, adalah 26 orang"
{Di antara kitab kitab Ulama Ahlussunah yang menyebut sejarah para Imam atau bahkan dikarang khusus tentang sejarah hidup mereka ialah: al-Fushuul al-Muhimmah; Ibnu Shabbagh al-Maliki, ash-Shawaiq al-Muhriqah; Ibnu Hajar al-Haitsami, pada bab 11, Nuuur al-Abshar fi Manaqib Aal an-Nabi al-Mukhtaar; Syeikh asy-Syablanji dan Is'aaf ar-Raghibiin; Ibnu Shabban.}
ULAMA AHLU SUNNAH PUN MEYAKINI BAHWA IMAM MAHDI (afs) ADALAH PUTRA IMAM HASAN ASKARI :
1. Al-Quthb asy-Sya’rani berkata dalam kitab al-Yawaqid wa alJawahir: Al-Mahdi adalah putra Imam Hasan al-Askari dan keturunan Imam Husain, kelahirannya pada malam pertengahan bulan Sya’baan tahun 255H. Beliau akan tetap hidup hingga berkumpul dengan Nabi Isa putra Maryam a s, demikian diberitakan kepada kami oleh Syeikh Hasan al-Iraqi yang dikebumikan di Mesir dan pendapat itu disetujui oleh tuanku Ali Al-Khawaash.
2.’Izzuddin bin Atsir (wafat 630 H.) ketika menulis peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun 260 H. menulis: “Abu Muhammad Al-Askari (Imam Hasan) lahir pada tahun 232 H. dan wafat pada tahun 260 H. Ia adalah ayah Muhammad yang dinamai oleh Syi’ah dengan “al-muntazhar”.
3. ’Imaduddin Abul Fida` Ismail bin Nuruddin Asy-Syafi’i (wafat 732 H.) menulis: “Ali Al-Hadi wafat pada tahun 254 di Samirra`. Ia adalah ayah Hasan Al-Askari dan imam kesebelas dari dua belas imam serta ayah Muhammad Al-Muntazhar yang menghilang di sirdab (ruang bawah tanah yang dimiliki oleh mayoritas rumah-rumah di Timur Tengah--pen.) dan lahir pada tahun 255 H.”.
4. Ibnu Hajar Al-Haitsami Al-Makki Asy-Syafi’i (wafat 974 H.) dalam kitab Ash-Shawaa’iqul Muhriqah.
5. Nuruddin Ali bin Muhammad bin Shabbagh Al-Maliki (wafat 855 H.).
6. Abul Abbas Ahmad bin Yusuf Ad-Dimasyqi (wafat 1019 H.) dalam kitab Akhbaarud Duwal wa Atsaaru Uwal.
7. Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Yusud Al-Ganji Asy-Syafi’i (wafat 658 H.) dalam buku Kifaayatut Thaalib.
8. Syaikh Muhyiddin IBN ARABI seorang SUFI BESAR dan terkenal dalam ahlu Sunnah waljama'ah di dalam kitab Al-Futuhat mangatakan :
”Ketahuilah Bahwa Al-Mahdi a. s. itu mesti keluar, namun tidak akan keluar kecuali apabila dunia sudah penuh dengan kezaliman dan dialah yang akan melenyapkan kezaliman itu dan menggantikan dengan keadilan. Dia berasal dari keturunan Rasulullah S A W dari putra Fathimah r. a. Kakeknya adalah Husain bin Ali bin Abi Thalib, dan ayahnya adalah Imam Hasan Al-Askari bin Imam Ali Al-Naqi bin Imam Muhammad Al-Taqi bin Imam Ali Al-Ridha bin Imam Musa Al-Kazhim bin Imam Jakfar Ashshadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Husain bin Imam Ali bin Abi Thalib r.a.
HADITS HADITS TENTANG IMAM MAHDI (afs )
A.Nabi saww bersabda :
“dunia ini tidak akan hancur hingga seorang lelaki dari kalangan bangsa arab yang namanya sama denganku muncul”
(Shahih Tirmidzi, jld 9, hal 74)
B.Rasulullah saww bersabda:
“meskipun masa keberadaan dunia ini telah habis dan hanya tersisa satu hari sebelum hari kiamat tiba, Allah akan memperpanjang hari itu hingga waktu tertentu untuk menegakkan kerajaan orang yang berasal dari ahlul-baytku yang akan dinamai dengan namaku. Ia akan mengisi dunia ini dengan kedamaian dan keadilan sebagaimana dunia ini akan dipenuhi ketidak-adilan dan penindasan setelahnya”
(Shahih Tirmidzi, jld 2, hal 86; Al-majma’ oleh At-thabrani, hal 217; As-sawaiq al-muhriqah oleh Ibnu hajar, bab 11, bag. 1, hal 249)
C.Ummu salamah ra mengutip Rasulullah saww bersabda
“Mahdi adalah dari ahlulbaytku dan keturunan Fathimah as”
(Sunan Ibnu Majah, kitab al-fitan, vol 2, hal 1368, no. 4076; Sunan Abi dawud, kitab al-mahdi, no. 3735)
C. Di riwayatkan oleh Qunduzi dalam kitabnya Yanabi al-mawaddah dari sanad Abu sa’id alkhudri berkata:
“Rasulullah sakit keras. Fathimah mendatanginya ketika aku sedang berada disana. Melihat Rasulullah saww yang lemah, Fathimah menangis tersedak. Rasulullah pun menepuk pundak Husain dan berkata
“Mahdi adalah dari keturunan Husain. Salam atasnya semua”
( Yanabi al-mawaddah vol 3, hal 394)
128 (seratus dua puluh delapan) Ulama Ahlusunah telah meyakini kelahiran Imam Mahdi as.
Di bawah ini akan kami sebutkan sebagian nama-nama mereka:
1.Muhammad bin Harun Abu Bakar ar-Rauyani (w. 307 H) dalam kitabnya al-Musnad.
2.Abu Nu’aim aI-Ishfahani (w. 430H) dalam kitabnya al-Arba’in haditsan fi al-Mahdi.
3.Ahmad Bin Husain al-Baihaqi (w. 458 H) dalam Syu’ab al-Iman.
4.Al-Khawarizmi al-Hanafi (w. 568 H) dalam Maqtal al-Imam al-Husain.
5.Muhyiddin Ibn al-Arabi (w. 638 H) dalam al-Futuhat alMakkiyah, bab 366 dalam pembahasan 65, sebagaimana disebut dalam Yawaqit wa al-Jawahir oleh asy-Sya’rani.
6.Kamaluddin Muhammad bin Thalhah asy-Syafi'iy (w. 652 H) dalam Mathalib as-Su'ul.
7.Sibth Ibn al-Jauzi al-Hanbali (w. 654 H) dalam Tadzkirah-alKhawash.
8.Muhammad bin Yusuf al-Kunji asy-Syafi’i (terbunuh tahun 658 H) dalam kitabnya Kifayah ath-Thalib.
9.Al-Juwaini al-Hamawaini asy-Syafi’i (w. 732 H) dalam Fara’id as-Simthain: 2\337.
10.Nuruddin Ibnu Shabbagh al-Maliki (w. 855 H) dalam al-Fushul al-Muhimmah.71
11.A1-Quthb asy-Sya’raani, sebagaimana dinukil dalam Nuur alAbshar (187).
12.Syeikh Sahan al-Iraqi, sebagaimana dinukil dalan Nuur al-Abshar.
13.Syeikh Ali al-Khawash, sebagaimana disebutkan oleh al-Quthb asy-Sya’rani.
14.Syeikh asy-Syablanji dalam Nuur al-Abshar.
15.Ibnu Hajar al-Haitsami al-Makki (974 H) dalam ash-Shawaiq.
PENUTUP
Imam Mahdi (afs) dalam Al Qur'an........:
Ayat pertama
وَ لَقَدْ كَتَبْنا فِي الزَّبُورِ مِنْ بَعْدِ الذِّكْرِ أَنَّ الأَْرْضَ يَرِثُها عِبادِيَ الصَّالِحُونَ ( انبيا 105)
Allah SWT berfirman:
“Dan sesungguhnya kami telah menuliskan di Zabur setelah Dzikr, bahwa dunia akan diwarisi oleh hamba-hamba-Ku yang saleh.”(Anbiya’; 105)
Imam Muhammad Al-Baqir a.s. bersabda:” hamba-hamba Allah yang akan menjadi pewaris bumi yang tersebut dalam ayat- adalah para sahabat Al-Mahdi a.s. yang akan bangkit di akhir zaman.”
Syekh Thabrisi setelah menukil riwayat ini mengatakan, terdapat sebuah hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Syi’ah dan Ahli Sunah yang menjelaskan dan menguatkan riwayat dari Imam Al-Baqir a.s. di atas. Hadis tersebut mengatakan, “Jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali tinggal sehari, maka Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sehingga seorang yang saleh dari Ahlul-baitku bangkit, dia akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dunia telah dipenuhi oleh kezaliman dan kelaliman.” Imam Abu bakar, Ahmad bin Husain Al-Baihaqi dalam buku al-Ba’tsu wa Nutsur telah membawakan riwayat yang banyak tentang hal ini.[Tafsir Majma’ul bayan, jild 7, hal 66-67]
Dalam kitab Tafsir Ali bin Ibrahim berkaitan dengan ayat yang berbunyi “Kami telah menulis di Zabur setelah Dzikr…” dijelaskan bahwa semua kitab-kitab yang berasal dari langit disebut dengan Dzikr. Sedang maksud dari dunia akan diwarisi oleh para hamba-hamba yang saleh adalah Al-Qaim a.s. dan para pengikutnya.[Tafsir Nur Tsaqalain, jild 3, hal 464]
Ayat kedua
وَ نُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الأَْرْضِ وَ نَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَ نَجْعَلَهُمُ الْوارِثِينَ.
Kami menginginkan untuk menganugerahkan kepada mereka yang tertindas di bumi, dan akan Kami jadikan mereka para pemimpin dan pewaris dunia.(Qashash; 5)
Sesuai dengan beberapa ungkapan Imam Ali a.s. di dalam Nahjul balagah serta sabda para Imam yang lain, ayat ini berkaitan dengan Mahdawiyah. Dan sesungguhnya kaum tertindas yang dimaksud adalah para pengikut kafilah kebenaran yang terzalimi yang akhirnya kendali dunia akan jatuh ke tangan mereka. Fenomena ini puncaknya akan terwujud di akhir zaman.[Majma’ul bayan, juz 7, halaman 239]
Syekh Shaduq dalam kitab Amalinya menukil sabda Imam Ali a.s. yang berbunyi:”ayat ini berkaitan dengan kita”.[Tafsir Nuruts Tsaqalain, juz 4, halaman 107-111]
Ayat Ketiga
يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَ يُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكافِرِينَ يُجاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَ لا يَخافُونَ لَوْمَةَ لائِمٍ ...
Hai orang- orang yang beriman, barang siapa di antara kalian murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, bersikap keras terhadap orang- orang kafir, yang berjihad di jalan Allah dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela...(Al-Maidah; 54)
Dalam tafsir Ali bin Ibrahim disebutkan:”ayat ini turun berkaitan dengan Al-Qaim dan para pengikutnya, merekalah yang berjuang di jalan Allah SWT dan sama sekali tidak takut terhadap apapun”.[Tafsir Nur Tsaqalain, juz 1, halaman 641]
Ayat Keempat
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصَّالِحاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأَْرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَ لَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضى لَهُمْ وَ لَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَ مَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذلِكَ فَأُولئِكَ هُمُ الْفاسِقُونَ.
Allah SWT menjanjikan orang-orang yang beriman dari kalian dan yang beramal saleh, bahwa mereka (pasti) akan dijadikan sebagai khalifah di atas muka bumi, sebagaimana Ia juga telah menjadikan para pemimpin sebelum mereka dan –Ia menjanjikan untuk menyebar dan menguatkan agama yang mereka ridhai, dan menggantikan rasa takut mereka menjadi keamanan.(Nur; 56)
Syekh Thabarsi mengatakan:”dari para Imam Ahlul bait a.s. diriwayatkan bahwa ayat ini berkaitan dengan Mahdi keluarga Muhammad saaw. Syekh Abu Nadhr ‘Iyasyi meriwayatkan dari imam Ali Zainal Abidin a.s. bahwa beliau membaca ayat di atas. Setelah itu beliau berkata,”Demi Allah SWT mereka yang dimaksud adalah para pengikut kita, dan itu akan terealisasi berkat seseorang dari kita. Dia adalah Mahdi umat ini. Dialah orang yang disebut-sebut oleh Rasul saaw, jika usia dunia sudah tidak tersisa lagi kecuali sehari lagi, Allah SWT akan memanjangkan hari tersebut sampai seseorang dari keluarga ku muncul dan memimpin dunia. Namanya seperti namaku (Muhammad), riwayat semacam ini juga dapat ditemukan melalui jalur yang lain seperti dari imam Muhammad Baqir a.s. dan imam Ja’far Shadiq a.s.”.
Aminul Islam Syekh Thabarsi mengakhiri ucapan dan penjelasannya tentang ayat ini dengan penjelasan berikut ini ” mengingat agama Islam belum tersebarnya ke seluruh penjuru dunia, maka pastilah janji ini akan terwujud dalam masa yang akan datang, di mana hal tersebut-globalitas agama- tidak dapat dielakan dan dipungkiri lagi. Dan kita ketahui bahwa janji Allah tidak akan pernah hanya janji semata.”[Majma’ul bayan, juz 7, halaman 152; Tafsir Al-Burhan, juz 3, halaman 147]
Ayat Kelima
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدى وَ دِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَ لَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
Dialah Zat yang yang telah mengutus rasul-Nya dengan hidayah dan agama yang benar untuk sehingga Ia menangkan agama tersebut terhadap agama-agama yang lain, kendati para musyrik tidak menginginkannya.(At-Taubah; 33)
Dalam kitab tafsir Kasyful Asyrar karya Rasyiduddin Mibudi disebutkan: Rasul dalam ayat tersebut adalah baginda Nabi Muhammad saaw, sedang hidayah yang dimaksud dari ayat tersebut adalah kitab suci al-Quran dan agama yang benar itu adalah agama Islam. Allah SWT akan memenangkan agama (Islam) ini atas agama-agama yang lain, artinya tiada agama atau pedoman di atas dunia, kecuali ajaran Islam telah mengalahkannya. Dan hal ini sampai sekarang belum terwujud. Kiamat tidak akan datang kecuali hal ini terwujud. Abu Said al-Khudri menukil, bahwa Rasul saaw pada suatu kesempatan menyebutkan bala dan ujian yang akan datang kepada umat Islam, ujian itu begitu beratnya, sehingga beliau mengatakan bahwa setiap dari manusia tidak dapat menemukan tempat berlindung darinya. Ketika hal ini telah terjadi, Allah SWT akan memunculkan seseorang dari keluargaku yang nantinya dunia akan dipenuhi oleh keadilan. Seluruh penduduk langit dan bumi rela dan bangga dengannya. Di masanya, hujan tidak akan bergelantungan di atas langit kecuali akan turun menyirami bumi, dan tiada tumbuh-tumbuhan yang ada di dasar bumi kecuali bersemi dan tumbuh. Begitu indah dan makmurnya kehidupan di masa itu sehinga setiap orang berandai-andai jika sesepuh dan sanak keluarganya yang telah meninggal dunia kembali lagi...[Kasyful asar, juz, 4, halaman 119-120]
Ayat Keenam
وَ مَنْ قُتِلَ مَظْلُوماً فَقَدْ جَعَلْنا لِوَلِيِّهِ سُلْطاناً فَلا يُسْرِفْ فِي الْقَتْلِ إِنَّهُ كانَ مَنْصُوراً
Barangsiapa terbunuh secara mazdlum, maka kita akan jadikan ahli warisnya sebagai pemimpin, oleh karena itu hendaknya tidaklah berlebihan dalam membunuh, sesungguhnya dia akan tertolong. (Isra’; 33)
Huaizi dalam kitab tafsir Nur Tsaqalain mengatakan: Imam Baqir a.s. berkata, " Maksud dari orang yang terbunuh secara mazdlum tersebut adalah Husain a.s., dan kamilah ahli waris dan wali dari beliau, saat Qaim a.s. datang dia akan menuntut darah Husain a.s. dan sesungguhnya dia akan ditolong. Dan dunia tidak akan berakhir selagi darah tersebut tidak ditebus dan diambil oleh seorang dari keluarga Muhammad saaw, seorang sosok yang akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagaimana dunia telah disesaki oleh kezaliman dan ketidak adilan.”[Nur tsaqalian, juz 3, halaman 163]
Ayat Ketujuh
بَقِيَّة اللَّهِ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ ...
Simpanan Tuhan itu lebih baik bagi kalian, jika kalian beriman... (Hud; ayat 86)
Dalam tafsir Nur Tsaqalain, dengan menukil dari Al-Kafi, disebutkan,” Seseorang bertanya kepada Imam Ja’far Shadiq a.s. tentang Al-Qaim a.s., apakah bisa menggunakan ungkapan Amirul mukminin saat mengucapkan salam kepada beliau? Imam menjawab, "Tidak, karena gelar ini diberikan Allah untuk Imam Ali a.s saja. ... dia bertanya (lagi), aku tebusan bagimu, lalu apa yang harus aku sampaikan saat mengucapkan salam padanya ? Imam Shadiq a.s. menjawab, Semua harus mengatakan: السلام عليک يا بقية الله “Salam atasmu wahai simpanan Allah”. Kemudian beliau membaca ayat di atas.[Nur tsaqalian, juz 2, halaman 390]
Syekh Abu Manshur Thabrisi dalam kitab Al-Ihtijaj, menukil sebuah riwayat dari Amirul Mukiminin Ali a.s.:”Baqiyatullah adalah Mahdi, di mana dia akan datang setelah masa ini. Dia akan memenuhi dunia dengan keadilan sebagimana dunia telah dipenuhi oleh kezaliman.”[Nur tsaqalian, juz 2, halaman 390]
Syekh Shaduq r.a. dalam kitab Ikmaluddin, meriwayatkan sebuah riwayat yang cukup panjang dari Imam Muhammad Al-Baqir a.s. Isi sebagian riwayat yang menyinggung permasalahan Imam Mahdi a.s.itu demikian,” Saat Qaim muncul, dia akan bersandar kepada Ka’bah, kemudian 313 orang bergabung dengannya. Maka ungkapan pertama yang beliau ucapkan adalah ayat di atas, dan mengatakan akulah Baqiyatullah, hujjah dan khalifah Allah di antara kalian. Saat itu setiap muslim menyalaminya dengan ungkapan, Salam atasmu wahai Baqiyatullah di bumi-Nya.”
[Nur tsaqalian, juz 2, halaman 390-392]
I.Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib a.s., dari Rasulullah Saaw.:
“Sesungguhnya Islam itu bermula sebagai sesuatu yang asing, dan akan kembali menjadi asing. Maka berbahagialah orang-orang yang asing.” Seseorang bertanya: “Siapakah orang-orang yang asing itu, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab:
"Mereka itu ialah orang-orang yang berlaku baik ketika masyarakat telah rusak. Sesungguhnya tidak ada keterlepasan atau keterasingan bagi seorang Mukmin. Tak ada seorang Mukmin pun yang mati, melainkan para malaikat menangis karena kasihan kepadanya. Kalaupun mereka tidak menangis untuknya, maka kuburnya akan diluaskan dengan cahaya yang cemerlang ketika ia diletakkan di tempat kepalanya terletak.” ”
(silakan rujuk Luthfullah Ash-Shafi, Muntakhab Al-Atsar, cetakan ke 3 hal, 436, dikutip dari Ja’fariyat wal Asy-Atsiyyat)
II. Ibnu Majah men-takhrij dalam Sunan-nya, jilid II, dalam bab Al-Fitan, Fitnah Dajjal, dari Abu Imamah Al-Bahili, katanya:
“Rasulullah berkhutbah kepada kami, dan sebagian besar khutbah beliau adalah ceritera mengenai Dajjal, yang terhadapnya beliau memperingatkan kami. Di antara kata-kata beliau adalah:
"Sungguh, belum pernah ada cobaan di muka bumi, sejak Allah menciptakan keturunan Adam, yang lebih besar dari Dajjal. Allah tidak pernah mengutus seorang Nabi, maka pasti dia memperingatkan umatnya terhadap Dajjal. Aku adalah Nabi yang terakhir dan kalian adalah umat yang terakhir; dan tak dapat tidak, Dajjal akan keluar di kalangan kalian.’”
(silakan rujuk Luthfullah Ash-Shafi, Muntakhab Al-Atsar, cetakan ke 3 hal, 436, dikutip dari Sunan Ibnu Majah)
III. Imam Ja'far bin Muhammad Al BAqir (AS ) berkata :
“Sesungguhnya Al-Qa’im kami, apabila ia muncul, maka Allah SWT memanjangkan bagi pengikut kami daya dengar dan lihat mereka, sehingga antara mereka dengan Al-Qa’im tidak perlu ada kurir. Dia akan berbicara kepada mereka, dan mereka dapat mendengar dan melihat kepadanya sedang dia sendiri masih tetap di tempatnya.’”
(Al-Kulainy, Al-Kafi, jilid VIII, hal 240 – 241)
IV. Imam Ash-Shadiq a.s berkata :
“Sesungguhnya orang Mukmin di zaman Al-Qa’im itu, jika dia berada di Timur, dia pasti bisa melihat saudaranya yang berada di Barat. Demikian pula mereka yang berada di Barat akan dapat melihat saudaranya yang berada di Timur.”
(Abdullah Syabr, Haqqul Yakin, jilid I, hal. 229)
V. Rasulullah saaw bersabda:
“Barangsiapa yang MATI belum mengenal IMAM ZAMANNYA , maka matinya mati jahiliyah.”
(Shahih Bukhari jilid 5, halaman 13, bab Fitan).
=========
Allahumma shalli wasallim wabaarik alaa Muhammad wa Aali Muhammad ,Allahumma nawwir quluubana bi Muhammad wa Aalihil Ath'har.Allahumma'shrah shudhuurana bidzhuhuuril Hujjah Al Qa'im min Aali Muhammad waj'alna min anshaarihi wa Hizbihi Ya Karim
https://id-id.facebook.com/notes/saleh-aljufri/imam-mahdi-afs-dalam-riwayat-ahlu-sunnah-wal-jamaah-alquranbukan-riwayat-kaum-ha/103129299782196
----------------------
Orang-Orang Yang Mengingkari Hadits Al-Mahdi Dan Jawabannya
Sejumlah hadits shahih menunjukkan secara qath'i akan munculnya Al-Mahdi pada akhir zaman sebagai juru damai dan pemimpin yang adil, bahkan sejumlah perkataan ulama telah menetapkan ke-mutawatiran hadits-hadits tentang Al-Mahdi tersebut, disamping itu beberapa buah kitab pun telah disusun para ulama yang membicarakan masalah Al-Mahdi secara khusus. (red)
Dalil-Dalil As-Sunnah Yang Menunjukkan Akan Kemunculannya
Banyak hadits shahih yang menunjukkan akan munculnya Al-Mahdi ini. Di antaranya ada hadits-hadits yang secara eksplisit menyebutkan Al-Mahdi dan ada pula yang hanya menyebut sifat-sifat atau identifikasinya saja. Di sini akan kami sebutkan beberapa hadits saja yang kami pandang sudah cukup untuk menunjukkan akan munculnya Al-Mahdi pada akhir zaman yang merupakan salah satu tanda sudah dekatnya hari kiamat.
[1]. Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Pada masa akhir umatku akan muncul Al-Mahdi. Pada waktu itu Allah menurunkan banyak hujan, bumi menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan banyak harta (penghasilan), banyak ternak, umat menjadi mulia, dan dia hidup selama tujuh atau delapan tahun." [Mustadrak Al-Hakim 4: 557-558, dan ia berkata, "Ini adalah hadits yang shahih isnadnya, tetapi Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya." Dan Adz-Dzahabi menyetujui pendapat Al-Hakim ini. Al-Albani berkata, "Ini adalah sanad yang shahih yang perawi-perawinya terpecaya". Silsilatul-Ahaditsish-Shalihah 2:336, hadits no. 711. Dan periksa risalah (Thesis) Abdul Alim Ahaditsul Mahdi Fi Mizanil-Jarhi wat-Ta'dil halaman 127-128]
[2]. Juga diriwayatkan dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Aku sampaikan kabar gembira kepada kalian dengan datangnya Al-Mahdi yang akan diutus (ke tengah-tengah manusia) ketika manusia sedang dilanda perselisihan dan kegoncangan-kegoncangan, dia akan memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi dengan penganiayaan dan kezhaliman. Seluruh penduduk langit dan bumi menyukainya, dan dia akan membagi-bagikan kekayaan secara tepat (merata)." Lalu ada seseorang yang bertanya kepada beliau, "Apakah yang dimaksud dengan shihah (tepat) ?" Beliau menjawab, "Merata di antara manusia." Dan selanjutnya beliau bersabda, "Dan Allah akan memenuhi hati umat Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dengan kekayaan (kepuasan), dan meratakan keadilan kepada mereka seraya memerintahkan seorang penyeru untuk menyerukan: 'Siapakah yang membutuhkan harta? Maka tidak ada seorang pun yang berdiri kecuali satu, lalu Al-Mahdi berkata, "Datanglah kepada bendahara dan katakan kepadanya, 'Sesungguhnya Al-Mahdi menyuruhmu memberi uang. 'Kemudian bendahara berkata, 'Ambillah sedikit'' Sehingga setelah dibawanya ke kamarnya, dia menyesal seraya berkata, 'Saya adalah umat Muhammad yang hatinya paling rakus, atau saya tidak mampu mencapai apa yang mereka capai' Lalu ia mengembalikan uang (harta) tersebut, tetapi ditolak seraya dikatakan kepadanya, 'Kami tidak mengambil kembali apa yang telah kami berikan.' Begitulah kondisinya waktu itu yang berlangsung selama tujuh, delapan, atau sembilan tahun. Kemudian tidak ada kebaikan lagi dalam kehidupan sesudah itu. "
[Musnad Ahmad 3: 37. Al-Haitsami berkata, "Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan lainnya secara ringkas, dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan berbagai sanad, juga diriwayatkan oleh Abu Ya'la dengan ringkas dan perawi-perawinya terpecaya. Majma'uz Zawaid 7: 313:314. Dan periksalah "Aqidatu ahlis-Sunnah wal-Atsar fi Al-Mahdi Al-Muntazhar" halaman 177 karya Syekh Abdul Muhsin Al-'Abbad)].
Hadits ini menunjukkan bahwa setelah kematian Al-Mahdi akan muncul keburukan dan muncul fitnah-fitnah yang besar.
[3]. Dari Ali Radhiyallahu 'anhu. ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Al-Mahdi itu dari golongan kami, ahli bait. Allah memperbaikinya dalam satu malam. " [Musnad Ahmad 2: 58 hadits nomor 645 dengan tahqiq Ahmad Syakir yang mengatakan. "Isnadnya shahih." Dan Sunan Ibnu Majah 2:1367. Hadits ini juga dishahkan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir 6: 22 hadits nomor 6611].
Ibnu Katsir berkata, "Allah menerima taubatnya dan memberinya taufiq, memberinya ilham dan bimbingan setelah sebelumnya tidak demikian." [An-Nihayah fil-Fitan wal-Malahim 1: 29) dengan tahqiq DR. Thaha Zaini]'
[4]. Dari Abu Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Al-Mahdi itu dari keturunanku, lebar dahinya dan mancung hidungnya. la memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi dengan kezhaliman dan penganiayaan.. la berkuasa selama tujuh tahun."
[Sunan Abu Daud, Kitab Al-Mahdi 11: 375 hadits nomor 4265. Mustadrak Al-Hakim 4: 557 dan dia berkata, "Ini adalah hadits shahih menurut syarat Muslim, tetapi beliau berdua (Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkannya." Adz-Dzahabi berkata. "lmran, salah seorang perawinya, adalah dha'if dan Muslim tidak meriwayatkan haditsnya." Dan mengenai sanad Abi Daud, Al-Mundziri berkata, "Di dalam sanadnya terdapat Imran Al-Qaththan, yaitu Abul 'Awwam Imran bin Dawur Al-Qaththan Al-Bishri, Al-Bukhari menjadikan haditsnya sebagai syahid. dan dia dianggap kepercayaan oleh Affan bin Muslim dan Yahya bin Sa'id Al-Qaththan memujinya dengan baik. Tetapi dia dilemahkan oleh Yahya bin Ma'in dan Nasa'i." (Aunul Ma'bud 11: 37). Adz-Dzahabi berkata dalam Mizanul I'tidal, "Ahmad berkata, 'Saya berharap dia itu baik haditsnya.' Abu Daud berkata, 'Dha'if.' (mizanul I'tidal 3: 26). Ibnu Hajar berkata mengenai Imran, "Dia itu jujur tetapi tertuduh berfaham Khawarij. " (Taqribut-Tahdzib 2: 83). Dan Ibnul Qayyim mengomentari sanadnya Abu Daud demikian. "Jayyid (bagus). " (Al-Manarul Munif: 144 dengan tahqiq Syeh Abdul Fattah Abu Ghadah). Al-Albani berkata, "Isnadnya hassan. " (Shahih Al-Jami'ush Shaghir 6: 22-23 hadits nomor 6612)].
[5]. Dari Ummu Salamah Radhiyallahu 'anha, ia berkata : saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Artinya : Al-Mahdi itu keturunanku, dari anak cucu Fatimah". [Sunan Abi Daud : 373; Sunan Ibnu Majah 2: 1368. Al-Albani berkata dalam Shahih Al-Jami'ush Shaghir 6: 22 nomor 6610. "Shahih." Dan periksalah Risalah / Thesis Abdul Alim tentang "Al-Mahdi" halaman 160].
[6]. Dari Jabir Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Isa bin Maryam akan turun, lalu pemimpin mereka, Al-Mahdi, berkata. 'Marilah shalat bersama kami! Isa menjawab, Tidak! Sesungguhnya sebagian mereka menjadi amir (pemimpin) bagi sebagian yang lain sebagai penghormatan dari Allah kepada umat ini. '"
[Hadits Riwayat Al-Harits bin Abu Usamah dalam musnadnya seperti disebutkan dalam Al-Manarul Munif karya Ibnul Qayyim halaman 147-148, dan diriwayatkan dalam kitab Al-Hawi fi Al-Fatawa karya As-Suyuthi 2: 64. Ibnul Qayyim berkata, "Hadits ini isnadnya jayyid (bagus). " Dan dishahkan oleh Abdul 'Alim dalam Risalahnya tentang Al-Mahdi halaman 144].
[7]. Dari Abi Sa'id Al-Khudri Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah sShallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Dari antara keturunan kami akan ada orang yang Isa Ibnu Maryam melakukan shalat di belakangnya. "
[Riwayat Abu Nu'aim dalam Akhbaril Mahdi sebagaimana dikatakan oleh As-Suyuthi dalam Al-Hawi 2: 64, dan dia memberi tanda dha'if, demikian pula Al-Munawi dalam Faidhul Qadir 6: 17. Al-Albani berkata, Shahih. Periksa: Shahih Al-Jami'ush Shaghir 5: 219 hadits nomor 5796. Abdul 'Alim mengatakan di dalam risalah nya, isnadnya hasan karena syahid-syahidnya." Periksa Risalah/Thesis Abdul 'Alim halaman 241].
[8]. Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu. ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Tidaklah dunia akan lenyap sehingga negeri Arab dikuasai oleh seorang laki-laki dari ahli baitku (keluarga rumahku) yang namanya sama dengan namaku" [Musnad Ahmad 5: 199 hadits nomor 3573 dengan tahqiq Ahmad Syakir, dia berkata, 'Isnadnya shahih'. Dan Tirmidzi 6:485, dan dia berkata, "Ini adalah hadist hasan shahih. '' Dan Sunan Abu Daud 11: 371]
Dan dalam riwayat disebutkan dengan lafal:
"Namanya sama dengan namaku dan nama ayahnya sama dengan nama ayahku. " [Sunan Abi Daud 11: 370. Al-Albani berkata, "Shahih. " (Shahih Al-Jami'ush Shaghir 5: 70-71, hadits nomor 5180). Dan periksa pula Risalah Abdul 'Alim tentang al-Mahdi halaman 202]
Al-Mahdi, Namanya Sifat-Sifatnya Dan Tempat Keluarnya
AL-MAHDI
Pada akhir zaman akan keluar seorang laki-laki dari golongan Ahlul-Bait (keturunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam) dan Allah mengokohkan Dinnul Islam dengannya pada saat itu. Dia berkuasa selama tujuh tahun. Pada waktu itu dia memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dipenuhi dengan kelaliman dan kezhaliman. Pada masanya umat manusia merasakan nikmat yang belum pernah dirasakan sebelumnya; bumi rnengeluarkan tumbuh-tumbuhan, langit menurunkan hujan, dan memberikan penghasilan (kekayaan) yang tak terhitung banyaknya.
lbnu Katsir rahimahullah berkata, "Pada waktu itu banyak buah-buahan, tanam-tanaman subur, harta melimpah, kekuasaan berjalan dengan baik, agama berdiri tegak, permusuhan sirna. dan kebaikan bersemarak." [An-Nihayah Fil-Fitan wal-Malahim 1:31 dengan tahqiq DR. Thaha Zaini]
NAMANYA DAN SIFAT-SIFATNYA
Laki-laki ini namanya seperti nama Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan nama ayahnya seperti nama ayah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka dia bernama Muhammad atau Ahmad bin Abdullah. Dia berasal dari keturunan Fatimah binti Rasulullah Saw, dari anak cucu Hasan bin Ali Radhiyallahu 'anhu
Ibnu Katsir berkata tentang Al-Mahdi, "Dia bernama Muhammad bin Abdullah Al-Alawi Al-Fathimi al-Hasani radhiyallahu 'anhu." [Ibid, halamann 29].
Dan sifat-sifat tubuhnya antara lain mukanya lebar dan hidungnya mancung.
TEMPAT KELUARNYA
Al-Mahdi akan muncul dari arah (kawasan) timur. Dalam sebuah hadits dari Tsauban Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Akan berperang tiga orang di sisi perbendaharaanmu. Mereka semua adalah putera khalifah. Tetapi tak seorang pun di antara mereka yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah bendera-bendera hitam dari arah timur, lantas mereka membunuh kamu dengan suatu pembunuhan yang belum pernah dialami oleh kaum sebelummu. " Kemudian beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menyebutkan sesuatu yang aku tidak hafal, lalu bersabda: "Maka jika kamu melihatnya, berbai'atlah walaupun dengan merangkak di atas salju, karena dia adalah khalifah Allah "Al-Mahdi".[1]
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Yang dimaksud dengan perbendaharaan didalam hadits ini ialah perbendaharaan Ka'bah. Akan ada tiga orang putera khalifah (ia berperang di sisinya untuk memperebutkannya hingga datangnya akhir zaman, lalu keluarlah Al-Mahdi yang akan muncul dari negeri Timur, bukan dari dalam bangunan di bawah tanah Samira seperti anggapan orang-orang Rafidhah yang jahil bahwa Al-.Mahdi sekarang berada di sana dan mereka menanti keluarnya pada akhir zaman. Anggapan semacam ini merupakan igauan yang hina dari syetan, karena tidak ada dalil dan keterangannya sama sekali baik dari Al-Qur'an maupun As-Sunnah, dari perkataan atau pemikiran orang sehat maupun dari istihsam."
Selanjutnya beliau mengatakan, "Dan beliau dikukuhkan oleh penduduk masyriq (kawasan timur) yang membantunya, menegakkan kekuasaannya, dan membangun pilar-pilarnya, dan bendera mereka juga berwarna hitam, yaitu warna yang melambangkan sikap merendahkan diri, karena bendera Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam juga berwarna hitam yang diberi nama Al-'Uqab.... Maksudnya, bahwa Al-Mahdi yang terpuji dan dijanjikan akan muncul pada akhir zaman, kemunculannya adalah dari wilayah timur dan dia dibai'at di sisi Baitullah sebagaimana ditunjuki oleh beberapa hadits. "[2]
Para Ulama Yang Menyusun Kitab Tentang Al-Mahdi
Di samping adanya kitab-kitab hadits yang masyhur seperti Sunan Yang Empat (Sunan Abu Daud, Sunan Tirmidzi, Sunan Nasai, dan Sunan Ibnu Majah), dan kitab-kitab Musnad seperti Musnad Ahmad, Musnad Al-Bazzar, Musnad Abi Ya'la, Musnad Al-Harits bin Abi Usamah, dan Mustadrak Al-Hakim, Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, Shahih Ibnu Khuzaimah, dan kitab-kitab lain yang menyebutkan hadits-hadits tentang Al-Mahdi [1], sebagian ulama juga telah menyusun secara tersendiri mengenai Al-Mahdi Al-Muntazhor ini dalam karya-karya mereka yang memuat sejumlah besar hadits tentang Al-Mahdi ini, antara lain:
[1]. Al-Hafizh Abu Bakar bin Abi Khaitsamah [2] menghimpun hadits-hadits tentang Al-Mahdi, sehagaimana dikutip oleh Ibnu Khaldun dalam Muqaddimahnya halaman 556 dari As-Suhaili.
[2]. As-Suyuthi menyusun satu bagian tersendiri yang diberi judul Al-'Arful Wardiy Fi Akhbaril Mahdi dalam Al-Hawi lil Fatawi.
[3]. Dalam kitabnya An-nihayah Fil Fitan wal Malahim juz 1 halaman 30, Ibnu Katsir mengatakan bahwa beliau telah menyusun sebuah kitab tersendiri mengenai Al-Mahdi.
[4]. Ali Al-Muttaqi Al-Hindi [3] memiliki sebuah risalah yang diberi judul Risalah Fi Sya 'nil Mahdi [Al-Isya'ah li Asyrathis Sa'ah halaman 121].
[5]. Ibnu Hajar Al-Makki [4] menyusun sebuah kitab yang diberi judul Al-Qaulul Mukhtashar Fi 'Alaamaatil Mahdil Mahdil Muntazhor. [Al-Isya'ah: 105; Lawami 'ul Anwar 2: 72] ; dan Risalah / Thesis Abdul ' Alim tentang Al-Mahdi halaman 43).
[6]. Al-Mulla Ali al-Qari [5] menyusun sebuah kitab yang diberi judul Al-Masyrabul Wardiy Fi Madzhabil Mahdi. [Al-Isya'ah: 113].
[7]. Mar'i bin Yusuf al-Hanbali [6] menyusun sebuah kitab berjudul Fawaidul Fikri Fi Zhuhuril Muntazhor. [Lawami'ul Anwar 2: 76; dan Al-ldza'aj: 147-148]
[8]. Asy-Syaukani juga menyusun sebuah kitab yang berjudul At-Taudhih Fi Tawaturi Maa Jaa-a Fil Mahdil Muntazhor wad-Dajjal wal-Masih. [Al-Idza'ah. 113].
[9]. Shiddiq Hasan berkata. "As-Sayyid Al-'Allamah Badrul Millah Al-Munir Mu-hammad bin Ismail Al-Amir Al-Yamani [7] telah mengumpulkan hadits-hadits yang menetapkan akan keluarnya Al-Mahdi, yang dia ini berasal dari keluarga Nabi Muhammad saw dan akan muncul pada akhir zaman." [Al-ldza'ah: 114].
Kemutawatiran Hadits-Hadits Al-Mahdi
Hadits-hadits yang telah kami sebutkan di muka di samping banyak hadits lain yang tidak kami sebutkan karena khawatir terkesan terlalu panjang menunjukkan bahwa hadits-hadits tentang Al-Mahdi adalah Mutawatir Maknawi. Hal ini telah dikemukakan oleh beberapa Imam dan ulama, antara lain:
[1]. Al-Hafizh Abul Hasan Al-Aabiri [1] berkata, "Telah mutawatir berita-berita dan telah melimpah riwayat-riwayat dari Rasulullah saw yang menyebutkan tentang Al-Mahdi bahwasanya dia berasal dari keluarga beliau, akan berkuasa selama tujuh tahun, akan memenuhi bumi dengan keadilan, bahwa Isa 'alaihissalam akan muncul dan membantu dia untuk memerangi Dajjal, dan dia mengimami umat ini melakukan shalat dan Isa shalat di belakangnya." [Tahdzibul Kamal Fi Asmair Rijal 3: 1194 karya Abul Hajjaj Yusuf Al-Maziy, dan Al-Manarul Munif: 142 dengan tahqiq Abdul Fattah Abu Ghodah]
[2]. Muhammad Al-Barzanji"[2] berkata, di dalam kitabnya Al-lsya'ah Asyratis Sa'ah yang memuat banyak sekali tanda akan datangnya kiamat dan di antaranya adalah Al-Mahdi yang merupakan tanda yang pertama kali muncul katanya, "Ketahuilah bahwasanya hadits-hadits yang membicarakan Al-Mahdi dengan pelbagai riwayatnya hampir tak terhitung banyaknya." (Al-Isya 'ah li Asyrathis Sa 'ah: 87). Dia berkata lagi, "Saya tahu bahwa hadits-hadits yang membicarakan adanya Al-Mahdi dan keluarnya pada akhir zaman yang dia ini dari keluarga Rasulullah saw dari keturunan Fatimah as mencapai derajat mutawatir maknawi, maka tidak ada artinya orang mengingkarinya." [Al-lsya'ah: 112]
[3]. Al-'Allamah Muhammad As-Sufarini [3] berkata, "Banyak sekali riwayat tentang akan kedatangan Al-Mahdi hingga mencapai derajat mutawatir maknawi. Hal ini sudah tersebar di kalangan ulama sunnah sehingga sudah dianggap sebagai aqidah mereka."
Kemudian beliau menyebutkan sejumlah hadits dan atsar mengenai kedatangan Al-Mahdi dan nama beberapa orang sahabat yang meriwayatkannya, lalu beliau berkata, "Sungguh telah diriwayatkan dari orang-orang yang menyebutkan nama sahabat dan yang tidak menyebutkan nama sahabat dengan riwayat yang banyak sekali jumlahnya serta dari para tabi'in sesudah mereka yang menghasilkan ilmu (pengetahuan) yang pasti (qath'i). Karena itu mengimani kedatangan al-Mahdi adalah wajib sebagaimana ditetapkan oleh para ahli ilmu dan dibukukan dalam aqidah Ahli Sunnah wa Jama'ah." [Lawami'ul Anwari Bahiyah 2: 84. Dan periksa: Aqidah Ahlis Sunnah wal-Atsar, halaman 173]
[4]. Imam Syaukani berkata. "Hadits-hadits mutawatir mengenai kedatangan Al-Mahdi Al-Muntazhor yang dapat dipegangi sebagai hujjah di antaranya terdapat lima puluh hadits yang terdiri atas hadits shahih, hasan, dan dha'if yang terpuluhkan kedudukannya (karena banyaknya yang shahih dan hasan); dan ini adalah mutawatir tanpa diragukan dan tanpa ada kesamaran. Bahkan dalam jumlah di bawah lima puluh pun sudah dianggap mutawatir menurut istilah yang ditetapkan dalam ilmu ushul. Adapun atsar-atsar dari sahabat mengenai kedatangan Al-Mahdi ini banyak sekali jumlahnya dan dapat dihukumi marfu", mengingat tidak adanya lapangan ijtihad dalam masalah ini (yakni tidak mungkin para sahabat berani mengatakan dengan pendapatnya sendiri bahwa kelak akan datang Al-Mahdi pada akhir zaman. melainkan karena mereka mendengar keterangan dari Rasulullah saw mengenai masalah ini)." [Dari risalah Asy-Syaukani yang berjudul At-Taudhih Fi Tawaturi Maa Jaa-a Fil Mahdil Muntazhor wad-Dajjal wal-Masih sebagaimana dikutip oleh Shidiq Hasan dalam kitab Al-Idza 'ah halaman 113-114 dan Al-Katani dalam kitab Nazhmul Mutanatsir minal Haditsil Mutawaatir" halaman 145-146. Dan periksa pula kitab Aqidah Ahlis Sunnah wal Atsar fil Mahdil Muntazhor halaman 173-174]
[5]. Shidiq Hasan [4] berkata, "Hadits-hadits mengenai Al-Mahdi dengan riwayat dan susunan redaksinya yang bermacam-macam banyak sekali jumlahnya hingga mencapai derajat mutawatir maknawi. Hadits-hadits tersebut tercantum dalam kitab-kitab Sunan dan lain-lainnya dari kitab-kitab ke-Islaman, baik yang berupa mu'jam maupun musnad." [Al-Idzaa 'ah limaa Kaana wa maa yakuunu Baina Yadayis Saa' ah, halaman 112]
[6]. Syekh Muhammad bin Ja'far Al-Kattani [5] berkata, "Walhasil, hadits-hadits me-ngenai Al-Mahdi Al-Muntazhor adalah mutawatir. Demikian pula hadits-hadits tentang dajjal dan akan turunnya kembali Nabi Isa Ibnu Maryam 'alaihissalam." [Nazhmul Mutanaatsir minal Hadiitsil Mutawatir karya Syekh Muhammad bin Ja'far Al- Kattani, halaman 147]
Sebagian Hadits Shahih Yang Berhubungan Dengan Al-Mahdi
[1]. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Bagaimana keadaanmu jika Ibnu Maryam telah turun kepadamu dan imam kamu dari golonganmu?" [Shahih Bukhari, Kitab Ahaditsil Anbiya', Bab Nuzuli Isa bin Maryam 'alaihissalam 6: 491; Shahih Muslim, Kitab Al-Iman, Bab Nuzuli Isa bin Maryam Hakiman 2: 193]
[2]. Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda:
"Artinya : Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang tampil membela kebenaran hingga datangnya hari kiamat." Kemudian, sabda beliau selanjutnya, "akan turun Isa ibnu Maryam, lalu pemimpin mereka berkata, 'Marilah shalat mengimami kami. ' Lalu Isa menjawab, 'Tidak! Sesungguhnya sebagian kamu adalah pemimpin bagi sebagian yang lain, sebagai kehormatan dari Allah. '" [Shahih Muslim, Kitabul Iman, Bab Nuzuli Isa bin Maryam Alaihis sallam. Hakim 2: 193-194].
[3]. Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu 'anhu, dia berkata: Rasullulah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Pada masa terakhir umatku akan ada khalifah yang membagi-bagikan harta dengan tiada terhitung. " Al-Juzairii - salah seorang perawi hadits ini berkata, “Saya bertanya kepada Abu Nadharah dan Abul 'Ala'. "Apakah Anda berdua berpendapat bahwa orang tersebut adalah Umar Abdul Aziz?†Mereka menjawab,â€Tidak.â€[Shahih Muslim, Kitabul Fitan wa Asyrathis Sa'ah 18: 38-39. Dan diriwayatkan oleh al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah pada bab Al-Mahdi 15: 86-87 dengan tahqiq Syu'aib Al-Aznaut. Al-Baghawi berkata. "ini adalah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Muslim."].
Hadits-hadits yang tersebut dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim ini menunjukan kepada dua hal:
Pertama.
Bahwa ketika Isa Ibnu Maryam 'Alaihis sallam turun dari langit, yang menjadi pemimpin untuk mengurus urusan kaum muslimin adalah salah seorang laki-laki di antara mereka.
Kedua.
Bahwa kehadiran pemimpin mereka untuk shalat mengimami mereka dan permintaannya kepada Isa ketika turun dari langit itu untuk menjadi imam shalat bersama mereka menunjukkan bahwa pemimpin tersebut adalah orang yang shalih dan mendapat serta menerapkan petunjuk Allah. Meskipun dalam hadits-hadits tersebut tidak disebutkan nama Al-Mahdi secara eksplisit melainkan hanya disebutkan sifat-sifatnya sebagai orang shalih yang mengimani kaum Muslimin pada waktu itu, namun banyak hadits dalam kitab-kitab Sunan dan Musnad serta lain-lainnya yang menafsirkan hadits-hadits yang tersebut dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim itu yang menunjukkan bahwa lelaki yang shalih itu bernama Muhammad bin Abdullah dan disebut juga Al-Mahdi, dan sunnah itu saling menafsirkan antara sebagian terhadap sebagian yang lain. Dan di antara hadits yang menunjukkan hal itu ialah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Harits bin Abi Usamah dalam Musnadnya dari Jabir Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Artinya : Isa bin Maryam akan turun, lalu Amir (pemimpin) mereka, Al-Mahdi, berkata. . . "
Hadits ini menunjukkan bahwa pemimpin yang tersebut dalam Shahih Muslim yang meminta kepada Isa Ibnu Maryam untuk mengimami shalat itu bernama Al-Mahdi.
Syaikh Shidiq Hasan mengemukakan sejumlah besar hadits tentang Al-Mahdi di dalam kitabnya Al-idza 'ah dan menempatkan hadits Jabir yang diriwayatkan Imam Muslim ini di bagian terakhir. Selanjutnya Uqbah berkata, "Di dalam hadits ini tidak terdapat sebutan Al-Mahdi secara eksplisit, tetapi hadits ini dan hadits-hadits lain yang semakna dengannya tak dapat diartikan lain kecuali Al-Mahdi Al-Muntazhor (yang ditunggu kedatangannya) sebagaimana ditunjuki oleh hadits-hadits dan atsar-atsar terdahulu yang banyak jumlahnya." [Aqidah Ahlis Sunnah wa Atsar fil Mahdil Muntazhor. 175-176 oleh Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al-'Abbad, Dosen Al-Jami'ah Al-Islamiyyah Madinah Al-Munawarroh, cetakan pertama tahun 1402 H, terbitan Mathabi'ur Rasyid, Madinah. Dan periksa pula Al-Idza'ah halaman 144]
Orang-orang yang mengingkari?
Ada sejumlah penulis [1] pada zaman ini yang mengingkari kedatangan Al-Mahdi dan mengatakan bahwa hadits-hadits tentang Al-Mahdi itu tanaqudh (bertentangan satu sama lain) dan batil, dan Al-Mahdi itu hanyalah cerita fiksi ciptaan kaum Syi'ah kemudian dimasukkan dalam kitab-kitab Ahlus Sunnah.
Sebagian penulis itu terpengaruh oleh pendha'ifan sejarawan Ibnu Khaldun[2] terhadap hadits-hadits Al-Mahdi, padahal Ibnu Khaldun sendiri tidak termasuk pakar dalam lapangan ini yang layak diterima pengesahan dan pendha'ifannya. Dalam hal ini, setelah mengemukakan banyak hadits mengenai Al-Mahdi dan mencela banyak sanadnya, beliau berkata, "Inilah sejumlah hadits yang diriwayatkan para Imam mengenai Al-Mahdi dan kedatangannya pada akhir zaman; sedangkan hadits-hadits itu sebagaimana yang saya ketahui tidak lepas dari kritik kecuali hanya sedikit atau sangat sedikit." [Muqaddimah Tarikh Ibnu Khaldun 1: 574]
Perkataan Ibnu Khaldun di atas menunjukkan bahwa masih ada beberapa hadits yang selamat dari kritiknya. Maka kami katakan bahwa seandainya ada sebuah hadits saja yang shahih, niscaya hal itu sudah cukup menjadi hujjah mengenai Al-Mahdi ini. Nah betapa lagi dengan hadits-haditsnya yang shahih dan mutawatir ini?
Dalam menyanggah pendapat Ibnu Khaldun, Syekh Ahmad Syakir mengatakan. "Ibnu Khaldun tidak memahami dengan baik istilah ahli hadits: "Al-Jarhu maqadamu ‘ala at-Ta'diili." (Celaan itu didahulukan daripada pujian).
Kalau dia mau menganalisis dan memahami dengan baik istilah tersebut niscaya dia tidak akan berkata begitu. Tetapi boleh jadi dia telah membaca dan memahaminya. Namun dia ingin melemahkan hadits-hadits tentang Al-Mahdi karena visi politik pada waktu itu." [Ta'liq Ahmad Syakir atas Musnad Imam Ahmad 5: 197-198]
Kemudian beliau menjelaskan bahwa apa yang ditulis Ibnu Khaldun dalam pasal ini tentang al-Mahdi; penuh dengan kesalahan mengenai nama-nama perawinya dan pengutipan catat-cacatnya. Dan beliau beralasan bahwa hal itu mungkin disebabkan dari sikap orang-orang yang me nasakh dan kelalaian para pen tashhih. Wallahu a 'lam.
Untuk meringkas pembahasan, baiklah kami kutipkan di sini apa yang dikatakan Syekh Muhammad Rasyid Ridha mengenai Al-Mahdi, sebagai contoh bagi orang-orang yang mengingkari hadits-hadits tentang Al-Mahdi. Beliau berkata:
"Adapun pertentangan di antara hadits-hadits Al-Mahdi sangat kuat dan jelas, mengkompromikan riwayat-riwayat tersebut sangat sulit, orang-orang yang mengingkarinya sangat banyak, dan syubhatnya sangat jelas. Karena itu Imam Syaikhani (Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkan sama sekali hadits Al-Mahdi ini dalam kitab Shahih beliau, padahal kerusakan dan fitnah banyak tersebar di kalangan bangsa-bangsa yang beragama Islam." [Tafsir Al-Manar 9: 499]
Kemudian beliau mengemukakan beberapa contoh pertentangan hadits-hadits Al-Mahdi tersebut dan kesemrawutannya -menurut anggapan beliau- dengan mengatakan. "Sesungguhnya riwayat yang masyhur mengenai namanya dan nama ayahnya menurut Ahlus Sunnah bahwa dia bernama Muhammad bin Abdullah, dan dalam satu riwayat dikatakan Ahmad bin Abdullah. Sedangkan golongan Syi'ah Imamiyah sepakat bahwa dia adalah Muhammad bin Al-Hasan Al-'Asy'ari, imam kesebelas dan keduabelas dari imam-imam mereka yang makshum. dan mereka memberinya gelar Al-hujjah. Al-Qaaim, dan Al-Muntazhor.... Sedangkan kelompok Al-Kisaniyyah [3] beranggapan bahwa Al-Mahdi adalah Muhammad bin Al-Hanafiyah dan dia hidup dan berdiam, di gunung Dhawi...." [Tafsir Al-Manar 9: 501]
Selanjutnya beliau mengatakan. "Yang masyhur mengenai nasabnya, bahwa dia adalah 'Alawi Fatimi (keturunan Ali dari jurusan Fatimah) dari putra Al-Hasan. sedangkan dalam beberapa riwayat dikatakan dari putra Al-Husain. dan ini sesuai pendapat Syi'ah Imamiyah. Di samping itu terdapat beberapa hadits yang menerangkan. bahwa dia dari putra Abbas." [Tafsir Al-Manar 9: 502]
Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa banyak cerita Israilliyat yang dimasukkan dalam kitab-kitab hadits. Dan para fanatis Alawiyyah, Abbasiyyah. dan Farisiyyah mempunyai peranan yang sangat besar dalam memalsukan hadits-hadits Al-Mahdi. Masing-masing golongan mendakwakan bahwa Al-Mahdi itu dari kelompok mereka. Orang-orang Yahudi dan orang-orang Persi mempopulerkan riwayat-riwayat ini dengan maksud meninabobokan kaum muslimin sehingga mereka bersikap pasrah tanpa mau berjuang karena menunggu munculnya Al-Mahdi untuk menegakkan Dinul Islam ini dan menyebarkan keadilan di jagad raya. [Tafsir Al-Manar 9: 501-50I]
Apa yang dikemukakan Syekh Muhammad Rasyid Ridha ini dapat dijawab demikian: Bahwa riwayat-riwayat tentang kedatangan Al-Mahdi itu adalah shahih dan mutawatir maknawi sebagaimana telah kami sebutkan sejumlah hadits mengenai Al-mahdi ini serta nash-nash para ulama tentang keshahihan dan kemutawatirannya.
Sedangkan alasan bahwa Imam Syaikhani (Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkan hadits-hadits Al-Mahdi, maka kami katakan bahwa seluruh sunnah tidak hanya terbukukan dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim saja, bahkan banyak sekali hadits shahih yang tidak tercantum dalam kedua kitab tersebut tetapi tercantum dalam kitab-kitab Sunan, Musnad, Mu'jam, dan lain-lain kitab hadits.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, "Imam Bukhari dan Muslim tidak harus meriwayatkan semua hadits shahih, tetapi kedua beliau itu tidak juga menshahihkan beberapa hadits yang tidak terdapat dalam kedua kitab beliau, sebagaimana dikutip oleh Imam Tirmidzi dan lainnya dari Imam Bukhari mengenai penshahihan beliau terhadap beberapa hadits yang tidak terdapat dalam kitab beliau, melainkan dalam kitab-kitab Sunan dan lainnya." [Al-Baa 'itsul Hatsiits Syarhu Itkhtishori Ulumil Hadits karya Ibnu Katsir, halaman 25, oleh Ahmad Syakir, terbitan Darul Kutubil Ilmiyyah]
Adapun mengenai keberadaan hadits-hadits tersebut banyak kemasukan dongeng-dongeng Israiliyat dan sebagian lagi merupakan hasil pemalsuan golongan Syi'ah dan para fanatis golongan lain, maka anggapan seperti ini adalah benar. Tetapi, para Imam hadits telah menjelaskan mana yang shahih dan mana yang tidak.
Kalau ada riwayat-riwayat Al-Mahdi yang maudhu' yang dibuat oleh orang-orang yang fanatik terhadap golongan, maka hal itu tidak menjadikan kita harus meninggalkan riwayat-riwayat yang shahih. Dan dalam riwayat-riwayat yang shahih ini disebutkan sifat-sifatnya, namanya, dan nama ayahnya.
Apabila ada segolongan manusia yang menetapkan dan menganggap seseorang sebagai Al-Mahdi tanpa didukung oleh identitasnya sebagaimana yang tersebut dalam hadits-hadits shahih. maka hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk mengingkari akan datangnya Al-Mahdi sebagaimana disebutkan dalam hadits. Selanjutnya, Al-Mahdi yang sebenarnya tidak memerlukan adanya orang yang memproklamirkannya. Dia akan dimunculkan oleh Allah ke tengah-tengah manusia jika Allah sudah menghendakinya, dan orang-orang pun akan mengenalnya dengan tanda-tandanya. Adapun anggapan bahwa hadits-hadits Al-Mahdi itu kontradiktif, maka anggapan ini muncul disebabkan adanya riwayat-riwayat yang tidak shahih; sedangkan hadits-hadits yang shahih maka tidak ada pertentangan sama sekali. Maka kepunyaan Allah-lah segala puji dan sanjungan.
Dan lagi, memang perselisihan antara golongan Syi'ah dan Ahlus Sunnah tak terbatas, sedangkan hukum yang adil adalah Al-Qur'an dan Sunnah yang shahih. Adapun khurafat dan kebatilan-kebatilan Syi'ah tidak boleh dijadikan standard unluk menolak hadits shahih dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Al-Allamah Ibnul Qayyim berkata mengenai Al-Mahdi demikian, "Golongan Rafidhah Imamiyah memiliki pendapat keempat bahwa Al-Mahdi adalah Muhammad bin Al-Hasan Al-Askari [4] Al-Muntazhor dari anak Husain bin Ali, bukan dari anak Hasan, yang datang ke pelbagai negara, tetapi tidak terlihat oleh mata, yang mewariskan tongkat dan menutup tanah lapang. la telah masuk ke dalam gua di bawah tanah Samira' sebagai anak kecil dalam waktu lebih dari lima ratus tahun. Setelah itu tidak ada lagi mata yang pernah memandangnya dan tidak ada pula kabar beritanya, dan mereka menantinya setiap hari. Mereka berhenti dengan kudanya di depan pintu gua sambil berteriak-teriak memanggilnya agar keluar dengan mengatakan, "Keluarlah, wahai Tuan kami! Keluarlah, wahai Tuan kami!" Kemudian mereka kembali dengan tangan hampa. Begitulah kelakuan mereka! Dan sungguh baik orang yang mengatakan:
" Mana mungkin gua dalam tanah akan melahirkan orang yang kamu panggil dengan kebodohan.
Bilakah waktunya ia kan datang?
Maka karena akalmu yang rusak, kamu memuat yang ketiga setelah anqa* dan ghilan**
Maka mereka menjadi cercaan bagi Bani Adam dan menjadi bahan tertawaan setiap orang yang berakal sehat." [Al-Manarul Munif: 152-153]
_________
Foote Note
[1]. Yang paling menonjol dalam hal ini antara lain: Syekh Muhammad Rasyid Ridha dalam Tafsir Al-Manar 9: 499-504, Muhammad Farid Wajdi dalam Dairatu Ma'arifil Qamil 'Isyrin 10: 480, Ahmad Amin dalam kitabnya Dhuhal Islam 3: 237-241, Abdur Rahman Muhammad Utsman dalam Catatan kakinya terhadap Tuhfatul Ahwadzi 6: 474, Muhammad Abdullah 'Anan dalam kitabnya Mawaqif Hasimah Fi Tarikhil Islam: 357-364, Muhammad Fahim Abu Ubaiyyah dalam ta'liqnya atas an-Nihayah Fil Fitan wal Malahim karya Ibnu Katsir 1: 37, Abdul Karim Al-Khathib dalam kitabnya Al-Masih Fil Qur'an wat Taurat wal Injil: 539, dan terakhir adalah Syekh Abdullah bin Zaid Alu Mahmud dalam kitabnya Laa Mahdiy Muntazhor Ba 'dar Rasul saw. Khairul Basyar."
Pendapat beliau-beliau itu disanggah oleh Fadhilatus Syekh Abdul Muhsin bin Muhammad Al-'Abbad dalam kitab beliau yang sangat berharga yang berjudul Ar’Radd 'ala Man-Kadzdzaba bil-Ahaadiitshish-Shahihah al-waridah fil Mahdi". khususnya sanggahan terhadap risalah Ibnu Mahmud yang di dalamnya terdapat pendapat yang jauh dari kebenaran. Semoga Allah membalas pembelaan beliau terhadap Islam dan kaum Muslimin dengan balasan yang sebaik-baiknya.
[2]. Beliau adalah Abdur Rahman bin Muhammad bin Muhammad bin Khaldun Abu Zaid, "Waliyyuddin Al-Hadhrami Al-Asybili yang termasyhur dengan kitabnya Al- 'Ibrar wa Diwanul Mubtada' wal Khabar Fi Tarikhil Arab wa 'Ajam wal Barbar yang terdiri atas tujuh jilid yang diawali dengan Al-Muqaddimah. Beliau juga memiliki karya-karya tulis lain termasuk yang berbentuk sya'ir (puisi).
Beliau lahir dan dibesarkan di Tunis, kemudian pergi ke Mesir dan menjabat Hakim madzhab Maliki, dan wafat di Kairo pada tahun 808 H. Semoga Allah merahmati beliau. Periksa: Syadzaraatudz-Dzahabl: Id-11 dznAl-A'lam 3: 330.
[3]. Al-Kisaniyyah adalah salah satu kelompok Rafidhoh. Mereka adalah pengikut Al-Muhtar bin Abi 'Ubaid Ats-Tsaqafi Al-Kadzdzab. Dan mereka dinisbatkan kepada Kisan, mantan budak Ali ra. Dan ada yang mengatakan bahwa Kisan adalah gelar bagi Muhammad bin Al-Hanafiyah. Periksa: Al-Farqu Bainal Firoq, halaman 38, dengan tahqiq Syekh Muhamma Muhjiddin Abdul Hamid.
[4]. la dilahirkan pada tahun 256 H dan wafat pada tahun 2754 H. Menurut pendapat yang mengatakan bahwa ia pernah ada. Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa ia tidak pernah ada. Periksa: Minhajus Sunnah 2: 131, dan Al-A'lam 6: 80.
*). Binatang yang berkepala dan bersayap seperti garuda dan berbadan singa. (pen).
**) Hantu. (pen).
==================================================
Hadits Tidak Ada Al-Mahdi Kecuali Isa Ibnu Maryam Dan Jawabannya
Sebagian orang yang mengingkari hadits-hadils Al-Mahdi mengemukakan alasan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Anas bin Malik ra bahwa Rasulullah saw bersabda:
"Artinya : Tidaklah bertambah urusan melainkan semakin sulit, dunia semakin rusak. manusia semakin bakhil; dan tidaklah datang kiamat melainkan atas manusia yang paling jelek. dan tidak ada Al-Mahdi kecuali Isa bin Maryam. " [Sunan Ibnu Majah 2: 1341.dan Mustadrak Al-Hakim 4: 441-442]
Alasan mereka ini dijawab bahwa hadits ini adalah dha'if karena dalam sanadnya terdapat perawi yang bernama Muhammad bin Khalid Al-Jundi. Mengenai Muhammad ini Adz-Dzahabi mengatakan "Al-Azdi berkata mungkar haditsnya". dan Abu Abdillah Al-hakim berkkata, "majhul" Dan saya sendiri -Adz-Dzahabi- mengatakan bahwa haditsnya yang berbunyi Laa Mahdiyya Illaa Isa 1bnu maryam (Tidak ada Mahdi kecuali Isa Ibnu Maryam) merupakan khabar mungkar yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah." [Mizanul I'tidal 3: 535].
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, "Hadits ini dha'if Abu Muhammad bin Al-walid Al-Baghdadi dan lain-lainnya berpegang pada hadits ini, padahal dia tidak dapat dijadikan pegangan. Dan hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Yunus dari Asy- Syafi'i, dan Asy-Syafi'i meriwayatkan dari seorang laki-laki penduduk Yaman yang bernama Muhammad bin Khalid Al-Jundi, yang dia ini tidak dapat dijadikan hujjah, dan hadits ini tidak terdapat di dalam Musnad Asy-Syafi'i. Dan ada yang mengatakan bahwa Asy-Syafi'i tidak mendengarnya dari Al-Jundi dan Yunus tidak mendengarnya dari Asy-Syafi'i." [Minhajus Sunnah An-Nabawiyyah 4: 211]
Mengenai Muhammad bin Khalid Al-Jundi ini Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata, "Dia rnajhul (tidak dikenal)." [Taqribut Tahdzib 2: 157]
Lain lagi dengan Al-Hafizh Ibnu Katsir, mengenai masalah ini beliau berkata, "Sesungguhnya ini adalah hadits yang terkenal dengan perawi Muhammad bin Khalid Al-Jundi Ash-Shan'ani Al-Muadzdzin, guru Imam Syafi'i, yang banyak orang meriwayatkan hadits darinya. Dia tidak majhul sebagaimana anggapan Al-Hakim, bahkan diriwayatkan dari Ibnu Ma'in bahwa beliau menganggapnya tsiqat (kepercayaan). Tetapi sebagian perawi ada yang meriwayatkan hadits darinya dari Aban bin Abi 'Iyasy dari Al-Hasan Al-Bishri secara mursal. Syekh (guru) kami menyebutkan di dalam At-Tahdzib [1] dari sebagian mereka bahwa dia (Muhammad bin Al-Khalid Al-Jundi) bermimpi melihat Asy-Syafi'i, dia berkata, "Yunus bin Abdul A'la Ash-Shadafi berdusta terhadap saya, ini bukan hadits saya." Saya mengatakan, "Yunus bin Abdul A'la Ash-Shadafi termasuk dalam jajaran perawi kepercayaan, dan dia tidak tercela hanya semata-mata mimpi.
Abu Abdillah Al-Qurthubi berkata, "Boleh jadi yang dimaksud dengan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam "Laa Mahdiyya Illaa Isaa" (Tidak Mahdi selain Isa) ialah "Tidak ada Mahdi yang sempurna dan makshum kecuali Isa." Dengan demikian maka hadits-hadits tersebut dapat dikompromikan dan hilanglah kesan pertentangannya." [2]
Saya berkata, "Seandainya hadits ini ditetapkan shahih, maka ia tidak dapat rnengesampingkan hadits-hadits mengenal hadits-hadits mengenai Al-Mahdi yang banyak jumlahnya dan lebih shahih isnadnya daripada hadits ini yang masih diperselisihkan oleh para ulama mengenai shahih dan tidaknya. Wallahu a'lam."
[Disalin dari kitab Asyratus Sa'ah edisi Indonesia Tanda-Tanda Hari Kiamat, Penulis Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabl MA, Penerjemah Drs As'ad Yasin, Penerbit CV Pustaka Mantiq]
_________
Foote Note
[1]. Tahdzibul Kamal Fi Asmaair Rijal 3: 193-194 karya Abul Hajaj Al-Maziy.
[2]. At-Tadzkiroh Fi Ahwalil Mautaa wa Unuuril Akhirah, halaman 617.
http://mantan-siswamta.blogspot.com/2012/08/orang-orang-yang-mengingkari-hadits-al.html
----------
--------------
Dengan adanya keimanan yang tertanam dalam hati, manusia akan mengakui kekurangan dan kelemahan dirinya dihadapan Allah sehingga tidak sempat menyombongkan diri. Bahkan manusia akan selalu merendahkan diri, memohon petunjuk dan menerima kritik dari orang lain.
Sehingga bersihlah jiwanya baik dalam berperilaku maupun dalam beramal zariyah yang pada akhirnya makin meningkatlah rasa taqwanya pada Allah.
Sumber Artikel (wisatapedia.web.id)
Sumber Gambar (dari berbagai sumber)
---------------
Sumber asli ;
https://granadamediatama.wordpress.com/poster/penciptaan-alam-semesta-dalam-al-quran-dan-sains/
Bila anda akan meng-copy atau memperbanyak bahasan artikel ini, seyogyanya anda tetap mencantumkan sumber pada Sumber asli dan bahan tulisan di atas.
Demikian artikel tentang Hadits Mutawatir Berkenaan Munculnya Al-Mahdi
Semoga bisa menjadi hiburan dan terutama menambah wawasan anda ...
Kembali ke Halaman Utama >>>>
Pemikiran dan Pandangan Modern Dalam ARTIKEL AKHIR ZAMAN
I Hope you like the post. Stay connected for more...
Edit; wawansurya
Sumber utama bahasan;
http://wawansurya.de.vu
http://wawansurya.tk
http://wawansurya.infos.st
http://wwbisnis.blogspot.com
www.affiliate-waones.com
http://waones-sbm.blogspot.com
http://mitra-sbm.blogspot.com
merchant
Tidak ada komentar:
Posting Komentar